Tauhid Corner
562 subscribers
90 photos
38 videos
6 files
770 links
Catatan Teologi Islam Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah

https://linktr.ee/tauhidcorner
Download Telegram
๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ


ใ€ฐโ™พ๐ŸŒผ *Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani* ๐ŸŒผโ™พใ€ฐ (w 1314 H/1897)

Beliau menyatakan dalam Tafsirnya, at-Tafsรฎral-Munรฎr Li Maโ€™รขlim at-Tanzรฎl, ketika menafsirkan ayat 54 surat al Aโ€™raf: 7, โ€œTsummastawรข โ€˜alรข al-โ€˜arsyโ€, sebagai berikut:

ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ู†ูŽู‚ู’ุทูŽุนูŽ ุจููƒูŽูˆู’ู†ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ู…ูู†ูŽุฒู‘ูŽู‡ู‹ุง ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูู‡ูŽุฉู

โ€œDan kita wajib meyakini secara pasti bahwa Allah taโ€™ala maha suci dari tempat dan arahโ€ฆ.โ€

(*at-Tafsir alMunir li Maโ€™alim at-Tanzil, jilid I, hlm. 282*)

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
*Al Imam al Ghazali* mudahโ€“mudahan Allah merahmatinya berkata:*

"ู„ุง ุชุตุญ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ุฅู„ุง ุจุนุฏ ู…ุนุฑูุฉ ุงู„ู…ุนุจูˆุฏ"

Maknanya:
_โ€œTidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (Allah) yang wajib disembahโ€_

Jadi barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan menjadikan-Nya memiliki ukuran yang tidak berpenghabisan misalnya maka dia adalah kafir. Dan tidak sah bentuk-bentuk ibadahnya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya.

*Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi* mudahโ€“mudahan Allah meridlainya  ( 227-321 H) mengatakan :

"ุชุนุงู„ู€ู‰ (ูŠุนู†ูŠ ุงู„ู„ู‡) ุนู† ุงู„ุญุฏูˆุฏ ูˆุงู„ุบุงูŠุงุช ูˆุงู„ุฃุฑูƒุงู† ูˆุงู„ุฃุนุถุงุก ูˆุงู„ุฃุฏูˆุงุช ู„ุง ุชุญูˆูŠู‡ ุงู„ุฌู‡ุงุช ุงู„ุณุช ูƒุณุงุฆุฑ ุงู„ู…ุจุชุฏุนุงุช". 

_"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut"_

*PENJELASAN :*

*Imam  ath-Thahawi adalah Ahmad bin Muhammad bin Sallamah*, lahir tahun 227 H. Jadi beliau masuk  dalam makna hadits yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam :

" ุฎูŠู€ุฑ ุงู„ู‚ุฑูˆู† ู‚ุฑู†ูŠ ุซู… ุงู„ุฐูŠู† ูŠู„ูˆู†ู‡ู… ุซู… ุงู„ุฐูŠู† ูŠู„ูˆู†ู‡ู… " ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ

Maknanya :
_"Sebaikโ€“baik abad adalah abad-ku, kemudian satu abad setelahnya, kemudian satu abad setelahnya"_ (H.R. at-Tirmidzi)

Beliau menyebutkan perkataan tersebut dalam kitab aqidahnya, yang merupakan penjelasan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yang dianggap baik oleh seluruh ummat dari generasi ke generasi.

Maksud dari Ta'ala (ุชุนุงู„ู€ู‰ ) adalah bahwa Allah maha suci.

Allah maha suci dari Hudud (ุงู„ุญุฏูˆุฏ) maksudnya bahwa Allah maha suci dari Hadd sama sekali. Hadd adalah benda dan ukuran, besar maupun kecil. Suatu benda pasti berada pada suatu tempat dan arah. Sedangkan Allah maha suci dari berupa benda, berarti Allah ada tanpa tempat. Seandainya Allah adalah benda niscaya akan ada banyak serupa bagi-Nya, padahal Allah ta'ala telah berfirman :

[ูู„ุง ุชุถุฑุจูˆุง ู„ู„ู‡ ุงู„ุฃู…ุซุงู„] (ุณูˆุฑุฉ ุงู„ู†ุญู„ : 74)

Maknanya : 
_"Janganlah kalian membuat serupa-serupa bagi Allah "_ (Q.S. an-Nahl : 74)

Jadi barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah memiliki hadd, kita tidak mengetahui hadd tersebut, Allah-lah yang mengetahuinya sungguh dia telah kafir.

Makna (ู„ุง ุชุญูˆูŠู‡ ุงู„ุฌู‡ุงุช ุงู„ุณุช) bahwa Allah mustahil berada di salah satu arah atau di semua arah karena Allah ada tanpa tempat dan arah. Enam arah yang dimaksud adalah adalah atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang.

Maksud dari (ูƒุณุงุฆุฑ ุงู„ู…ุจุชุฏุนุงุช ) adalah bahwa semua makhluk diliputi oleh arah, sedangkan Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dari satu segi maupun semua segi dan Allah tidak bisa digambarkan dalam hati dan benak manusia. *Al Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan:*

          "ู…ู‡ู…ุง ุชุตูˆุฑุช ุจุจุงู„ูƒ ูุงู„ู„ู‡ ุจุฎู„ุงู ุฐู„ูƒ" ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุงู„ูุถู„ ุงู„ุชู…ูŠู…ูŠ

Maknanya:
_"Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah), maka Allah tidak seperti itu"_ (Diriwayatkan oleh Abu al Fadll at-Tamimi).

*Jika ditanyakan:*
_Bagaimana hal demikian itu bisa terjadi (bahwa ada sesuatu yang ada tetapi tidak bisa dibayangkan dan digambarkan dengan benak)?_

*Maka jawabannya adalah:*
Bahwa di antara makhluk ada yang tidak bisa kita bayangkan akan tetapi kita harus beriman dan meyakini adanya. Yaitu bahwa cahaya dan kegelapan keduanya dulu tidak ada. Tidak ada satupun di antara kita yang bisa membayangkan pada dirinya bagaimana ada suatu waktu atau masa yang berlalu tanpa ada cahaya dan kegelapan di dalamnya ?!. Meski demikian kita wajib beriman dan meyakini bahwa  telah ada suatu masa yang berlalu tanpa dibarengi dengan cahaya dan kegelapan, karena Allah ta'ala berfirman :

[ูˆุฌุนู„ ุงู„ุธู„ู…ุงุช ูˆุงู„ู†ูˆุฑ] (ุณูˆุฑุฉุงู„ุฃู†ุนุงู… : 1) 

Maknanya:
_"โ€ฆ dan yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya"_ (Q.S. al An'am: 1)

yakni menjadikan kegelapan dan cahaya setelah sebelumnya tidak ada.

Jika demikian halnya yang terjadi pada makhluk, maka lebih utama kita beriman dan percaya tentang Allah Yang mengatakan tentang D
zat-Nya ู„ูŠุณ ูƒู…ุซู„ู‡ ุดู‰ุก"", jadi Allah tidak tergambar dalam benak dan tidak diliputi oleh akal, Allah ada, maha suci dari bentuk dan ukura, ada tanpa tempat dan arah.

*Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:*

" ูˆู…ู† ูˆุตู ุงู„ู„ู‡ ุจู…ุนู†ู‰ ู…ู† ู…ุนุงู†ู€ูŠ ุงู„ุจุดุฑ ูู‚ุฏ ูƒูุฑ" 

_"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir"_

*PENJELASAN :*

Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir. Sifatโ€“sifat manusia banyak sekali. Sifat yang paling menonjol adalah baharu, yakni ada setelah sebelumnya tidak ada. Di antara sifat manusia juga adalah mati, berubah, berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain, bergerak, diam, infi'al (merespon peristiwa dengan kegembiraan atau kesedihan atau semacamnya yang nampak dalam raut muka dan gerakan anggota tubuh), turun dari atas ke bawah, naik dari bawah ke atas, berpindah, memiliki warna, bentuk, panjang, pendek, bertempat pada suatu arah dan tempat, membutuhkan, memperoleh pengetahuan yang baru, terkena lupa, bodoh, duduk, bersemayam, berada di atas sesuatu dengan jarak, berjarak, menempel, berpisah dan lainโ€“lain. Jadi barangsiapa mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia tersebut maka dia telah kafir.

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
*Tafsir โ€œal-Ma'iyyahโ€ Pada Hak Allah (Bukan Dalam Makna Menempel; Hati-hati!!!!)*

Oleh : Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA

Dalam al-Qurโ€™an Allah berfirman:

ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽูƒูู…ู’ ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ (ุงู„ุญุฏูŠุฏ: 4)

Kata โ€œMaโ€™akumโ€ dalam ayat ini bukan berarti bahwa Allah menempel, mengiringi, menyatu, atau menetap dengan setiap orang dari kita. Tetapi al-Maโ€™iyyah di sini adalah dalam pengertian bahwa Allah dengan sifat ilmu-Nya mengetahui dimanapun setiap orang dari kita berada. Artinya, yang dimaksud ayat ini adalah โ€œMaโ€™iyyah al-โ€˜Ilmโ€, bukan โ€œMaโ€™iyyah adz-Dzat Bi adz Dzatโ€. Terkadang al-Maโ€™iyyah dapat pula dalam pengertian pertolongan dan perlindungan Allah. Seperti firman-Nya dalam QS. an-Nahl: 128:

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุงุชู‘ูŽู‚ูŽูˆู’ุง (ุณูˆุฑุฉ ุงู„ู†ุญู„ :128)

Al-ma'iyyah dalam ayat ini bukan bahwa Allah menempati makhluk-Nya, menyatu, atau menempel dengannya. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa Allah memberikan pertolongan dan perlindungan bagi orang-orang sabar. Seorang yang berkeyakinan bahwa Allah menempel, menyatu, atau berpisah dengan jarak, atau bertempat, maka ia telah menjadi kafir. Karena itu, Allah tidak boleh dikatakan bagi-Nya menempel, atau menyatu dengan alam ini, juga tidak boleh dikatakan terpisah dengan jarak, atau berada di luar alam ini. Allah tidak disifati dengan bentuk, baik ukuran besar atau kecil, panjang atau pendek, di luar atau di dalam, menempel atau terpisah, karena semua itu adalah sifat-sifat benda. Dengan demikian, setiap prasangka atau bayangan yang menyandarkan bentuk dan ukuran kepada Allah, atau menyandarkan sifat-sifat benda kepada-Nya, maka itu semua wajib diusir dan dihilangkan dari benak dan pikiran.

Dahulu, orang-orang Yahudi menyandangkan sifat lelah kepada Allah. Mereka berkata: โ€œSetelah Allah menciptakan langit dan bumi Dia beristirahat dan terlentang karena lelahโ€. Perkataan semacam ini jelas sebuah kekufuran, karena Allah maha suci dari sifat-sifat benda. Dia maha suci dari sifat-sifat tubuh (al-Infiโ€™alat), seperti lelah, sakit, merasa lezat, dan lainnya. Karena yang mengalami keadaan-keadaan semacam ini pasti sebagai makhluk yang selalu mengalami perubahan. Allah berfirman:

ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูููŠ ุณูุชู‘ูŽุฉู ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุง ู…ูŽุณู‘ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูุบููˆู’ุจู (ุณูˆุฑุฉ ู‚ : 38)

โ€œKami (Allah) telah menciptakan semua langit-langit dan bumi dan segala apa yang berada di antara keduanya dalam enam hari dan tidaklah sekali-kali mendapati Kami oleh kelelahanโ€ (QS. Qaf: 38)

Yang akan merasakan lelah adalah yang melakukan suatu perbuatan dengan perantara anggota-anggota badan. Sedangkan Allah maha suci dari setiap anggota badan. Allah berfirman:

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุจูŽุตููŠู’ุฑู (ุบุงูุฑ : 20)

โ€œSesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihatโ€. (QS. Ghafir: 20)

Allah mendengar dan melihat bukan seperti melihat dan mendengar yang ada pada makhluk. Sifat mendengar (as-Samโ€™u) dan sifat melihat (al-Bashar) pada Allah ada dua sifat-Nya azali yang bukan merupakan sifat-sifat anggota badan. Artinya, bukan dengan telinga, bukan dengan kelopak mata, bukan dengan istilah jarak dekat atau jauh, tidak berhubungan dengan adanya arah, dan tanpa dengan munculnya cahaya dari mata, atau berhembusnya udara.

Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah memiliki telinga maka ia telah kafir, meskipun ia mengatakan bahwa telinga Allah tidak seperti telinga kita. Hal ini berbeda dengan orang yang mengatakan: โ€œLillahi โ€˜Ain La Ka Aโ€™yuninaโ€ atau โ€œLillahi Yad La Ka Aidinaโ€, (Artinya; โ€œAllah memiliki โ€˜Ain, tetapi tidak seperti mata kitaโ€, atau โ€œAllah memiliki Yad, tetapi tidak seperti tangan kita). Melainkan bahwa โ€œal-โ€˜Ainโ€ dan โ€œal-Yadโ€ ini adalah sebagai sifat-Nya. Kata โ€œal-โ€˜Ainโ€ dan kata โ€œal-Yadโ€ terdapat penyebutannya di dalam al-Qurโ€™an, dengan demikian keduanya boleh kita nisbatkan kepada Allah tanpa kita memahaminya sebagai anggota-anggota badan. Sedangkan kata โ€œal-Udzunโ€ (telinga) tidak ada penyebutannya dalam nash-nash syariโ€™at dinisbatkan kepada Allah

*(Lebih lengkap tafsir โ€œal-Maโ€™iyyahโ€ lihat asy-Syarh al-Qawim Fi Hall Alfazh ash-Shirath al-Mustaqim karya al-Hafizh al-Abdari, h. 192,
dan kitab tafsir lainnya)*


โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
ใ€ฐโ™พ๐ŸŒผ *Definisi Yang Salah Tentang Syariโ€™at Dan Hakekat | Oleh Dr. H. Kholilurrohman, MA* ๐ŸŒผโ™พใ€ฐ

Ada definisi menyesatkan yang berkembang di sebagaian masyarakat tentang pengertian syariโ€™at dan hakekat. Definisi menyesatkan ini berangkat dari pemahaman membeda-bedakan dalam tataran praktis antara hakikat dan syariโ€™at, atau dalam istilah mereka antara zhahir dan batin. Kesimpulan sesat ini seringkali didasarkan, di antaranya, kepada kisah nabi Musa dan nabi Khadlir. Mereka mengatakan bahwa ahl azh-zhรขhir yaitu para ulama syariโ€™at hanya bergelut di medan ilmu-ilmu praktis saja, sementara ahlal-bรขthin atau ahl al-haqรฎqah telah sampai kepada tujuannya. Dan karenanya, ahl al-bรขthin ini, -menurut mereka-, tidak lagi membutuhkan kepada ajaran-ajaran syariโ€™at, karena semua amalan syariโ€™at pada dasarnya hanya merupakan sarana atau media belaka dalam usaha mencapai hakikat, sementara mereka telah sampai kepada hakikat tersebut[1].

Keyakinan semacam ini jelas merupakan kesesatan dan kekufuran. Karena Rasulullah tidak datang dengan membawa dua syariโ€™at; syariโ€™at untuk ahlazh-zhรขhir dan syariโ€™at untuk ahl al-bรขthin. Ajaran yang dibawa Rasulullah ditujukan bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Benar, tujuan dari pengamalan ajaran-ajaran syariโ€™at adalah untuk mencapai derajat ahl al-maโ€™rifah, ahl al-taqwรข, dan menjadi manusia-manusia yang dicintai oleh Allah (Auliyรขโ€™ Allah). Tetapi derajat agung tersebut tidak akan pernah tercapai kecuali dengan hanya mengikuti ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah. Seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya dalam konsentrasi ibadah kepada Allah, namun tidak dengan jalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah maka semua amal ibadahnya tersebut hanyalah kesia-siaan belaka.

Simak pernyataan Imam al-Junaid al-Baghdadi:

_โ€œSesungguhnya kaum yang berpendapat bahwa amalan-amalan syariโ€™at dapat menjadi gugur (karena ketinggian derajat seseorang) adalah pendapat yang menyesatkan. Bagiku seorang yang mencuri atau yang berbuat zina lebih baik dari pada orang yang berpendapat demikian. Sesungguhnya orang-orang yang โ€˜ร‚rif Billรขh bahwa mereka sampai kepada derajat maโ€™rifat tersebut adalah karena pengamalan mereka terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Jika aku hidup dalam seribu tahun maka aku tidak akan berbuat kebaikan sedikitpun kecuali didasarkankepada perintah-perintah-Nyaโ€_ [2].

Dalam kesempatan lain Imam al-Junaid berkata:

_โ€œSeluruh jalan menuju Allah tertutup bagi semua makhluk (untuk mencapai maโ€™rifat Allah), kecuali jalan orang yang benar-benar mengikuti jalan Rasulullahโ€_ [3].

Imam Ahmad ar-Rifaโ€™i dalam kitab al-Burhรขn al-Muโ€™ayyad, menuliskan sebagai berikut:

_โ€œJanganlah kalian berkata seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang mengaku sufi: โ€œKita ahli batin dan mereka (ulama syariโ€™at) ahli zhahirโ€. Karena dalam agama ini keduanya, zhahir dan batin adalah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Batin adalah inti dari zhahir, dan zhahir adalah wadah bagi batin. Kalaulah tidak ada zhahir tentu tidak akan ada batin. Ketiadaan zhahir pasti menuntut ketiadaan batin. Hati tidak dapat berdiri sendiri kecuali dengan adanya jasad. Kalaulah bukan karena jasad maka hati tidak akan pernah ada. Hati ini adalah cahaya bagi jasad. Ilmu yang oleh sebagain (kaum sufi) disebut ilmu batin adalah ilmu-ilmu yang terkait denganpembersihan hati. Sementara ilmu zhahir ilmu-ilmu yang secara praktis terkait dengan anggota-anggota tubuh. Seandainya engkau meletakan niat yang baik dalam Hatimu dan Hatimu tersebut bersih dari kotoran-kotoran, namun dalam praktek anggota badan engkau mencuri, berzina, makan harta riba, minum khamr, berbohong, takabur, buruk kata-kata, maka apalah artinya niat baik yang telah engkau letakan dalam Hatimu?! Demikian pula apa bila engkau melaksanakan ibadah kepada Allah dengan sangat tekun, memelihara anggota tubuh dari hal-hal yang haram, berpuasa, bersedekah, bersopan santun kepada sesama, sementara dalam Hatimu engkau meletakkan riya, sombong, supaya dilihat dan mendapat pujian dari orang lain, maka apalah artinya amalan dengan anggota badan yang engkau perbuat tersebut?! Denga
n demikian jelas batin adalah intisari dari pada zhahir dan zhahir adalah wadah bagi batin, tidak ada perbedaan pada keduanya_ [4].

Membuat dikotomi antara syariโ€™at dan hakekat adalah kesalahan besar. Syariโ€™at dan hakekat adalah laksana dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan syariโ€™at adalah pencapaian terhadap hakekat. Dan kahekat tidak akan pernah diraih kecuali dengan jalan syariโ€™at. Sebagaian ulama membuat gambaran kesatuan perkara-perkara ini dalam tiga perumpamaan. Pertama; Syariโ€™at diibaratkan sebagai perahu atau sampan. Kedua; Tarekat diibaratkan sebagai lautan. Dan yang terakhir, hakekat diibaratkan sebagai mutiara. Seorang yang hendak meraih mutiara, maka ia harus menaiki perahu dan melewati lautan. Sudah pasti bahwa kedua perantara ini; yaitu perahu dan luatan, adalah keharusan yang tidak boleh dilewatkan bagi yang benar-benar menginginkan mutiara.

Syaikh Zainuddin Ibnโ€˜Ali al-Malibari dalam Nadzam Hidรขyah al-Adzkiyรขโ€™ membuatgambaran tersebut sebagai berikut:

ููŽุดูŽู€ุฑููŠู’ุนูŽุฉูŒ ูƒูŽุณูŽู€ูููŠู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุทูŽุฑููŠู’ู€ู‚ูŽุฉูŒ        #       ูƒูŽุงู„ู’ุจูŽู€ุญู’ุฑูุซูู…ู‘ูŽ ุญูŽู‚ููŠู’ู€ู‚ูŽุฉูŒ ุฏูุฑู‘ูŒ ุบูŽู€ู„ุงูŽ
ู…ูŽู€ู†ู’ ุฑูŽุงู…ูŽ ุฏูุฑู‘ู‹ุง ู„ูู„ุณู‘ูŽูููŠู’ู†ูŽุฉู ูŠูŽุฑู’ูƒูŽู€ุจู        #       ูˆูŽูŠูŽุบูู€ูˆู’ุตูุจูŽุญู’ู€ุฑู‹ุง ุซูู…ู‘ ุฏูุฑู‘ูŒ ุญูŽุตูŽู„ุงูŽ
ูˆูŽูƒูŽุฐูŽุง ุงู„ุทู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ูŠูŽุง ุฃุฎููŠู’        #       ู…ูู†ู’ุบูŽูŠู’ุฑู ููุนู’ู„ู ุดูŽุฑููŠู’ุนูŽุฉู ู„ูŽู†ู’ ุชูุญู’ุตูŽู„ุงูŽ[5]

โ€œSyariโ€™at ibarat perahu, tarekat ibarat lautan, dan hakekat ibarat mutiara yang berharga. Siapa yang menginginkan mutiara, maka ia harus menaiki parahu, kemudian menyelam dilautan, maka dia akan meraih mutiara tersebut. Demikian pula tarekat dan hakekat, wahai saudaraku, dengan tanpa pengamalan terhadap syariโ€™at maka hakekat tersebut tidak akan pernah didapatkanโ€.

Syaikh Nawawi al-Bantani dalam menjelaskan bait di atas mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali dengan melaksanakan tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan satu dari lainnya. Pertama; Syariโ€™at; yaitu dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Kedua; Tarekat; ialah menteladani segala prilaku Rasulullah dalam berbagai keadaannya. Ketiga; Hakekat, yaitu buah yang akan dicapai dari perjalan syariโ€™at dan tarekat[6].

Sebagian ulama lain mencontohkan kesatuan tiga unsur  ini dengan sebuah kelapa. Syariโ€™at diibarakan sebagai kulit kelapa, tarekat sebagai daging kelapa dan hakekat sebagai minyak dari inti kelapa. Artinya bahwa perantara-perantara untuk dapat mendapatkan inti kelapa yang berupa minyak adalah keharusan yang tidak mungkin ditinggalkan[7].

Imam Ahmad ar-Rifaโ€™i pada bagian lain dalam kitab al-Burhรขn al-Muโ€™ayyad menyatakan bahwa puncak tujuan dari perjalanan kaum sufi adalah sama dengan puncak tujuan dari perjalanan para ulama fiqih atau ulama syariโ€™at. Demikian pula sebaliknya, tujuan utama ulama fiqih adalah juga merupakan tujuan utama para kaum sufi. Kemudian rintangan-rintangan jalan yang dilalui ulama fiqih dalam mencari ilmu adalah juga rintangan yang sama yang dihadapi kaum sufi dalam sulรปk mereka. Maka syariโ€™at adalah tarekat, dan tarekat adalah syariโ€™at. Keduanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kandungan atau isi dan tujuannya adalah satu. Perbedaan hanya dari segi lafazh saja. Jika seorang sufi mengingkari seorang ahli fiqih (al-faqรฎh), maka tidak lain sufi tersebut pasti seorang yang tertipu. Demikian sebaliknya, jika seorang ahli fiqih mengingkari seorang sufi maka tidak lain ahli fiqih tersebut pasti seorang yang dijauhkan oleh Allah dari karunia-Nya[8].

Seorang wali Allah, seluhur apapun derajat takwa dan kemuliaan yang telah ia raih, maka kewajiban-kewajiban syariโ€™at akan selalu tetap ada pada pundaknya dan tidak akan pernah gugur darinya. Rasulullah tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang bila telah mencapai derajat tinggi maka kewajiban syariโ€™at menjadi gugur darinya. Oleh karenanya, kita tidak menemui satupun keadaan di antara para sahabat nabi di mana kewajiban-kewajiban syariโ€™at telah gugur dari sebagian mereka. Padahal banyak di kalangan sahabat tersebut yang notabene sebagai para wali Allah, bahkan sebagai para wali terkemuka (Kibรขral-Auliyรขโ€™). Sahabat
Abu Bakr ash-Shiddiq misalkan, adalah orang yang paling mulia dari seluruh umat Muhammad, pemimpin tertinggi dalam derajat kewalian, dan lebih utama dari seluruh wali Allah yang hidup sesudahnya, bahwa beliau tidak pernah sedikit punmerasa bahwa kewajiban-kewajiban syariโ€™at telah gugur darinya. Dua puluh empat jam dari setiap detik waktunya beliau habiskan dalam ibadah kepada Allah dan dalam menegakkan syariโ€™at Allah. Demikian pula dengan sahabat โ€˜Umar ibn al-Khaththab, โ€˜Utsman ibn โ€˜Affan, dan โ€˜Ali ibn Abi Thalib. Karena itu para ulama Ahlussunnah telah bersepakat (Ijmaโ€™) bahwa orang yang mengatakan bahwa ibadah dan mujรขhadah yang telah mencapai puncak tertingginya dapat menggugurkan ajaran-ajaran syariโ€™at maka orang ini telah keluar dari Islam menjadi kafir[9].

Simak kisah nyata yang terjadi pada Syaikh โ€˜Abd al-Qadir al-Jailani. Suatu ketika, Syaikh โ€˜Abd al-Qadir dalam khlawah-nya didatangi Iblis dalam bentuk cahaya. Iblis berkata: โ€œWahai hambaku, wahai โ€˜Abd al-Qadir, aku adalah tuhanmu, aku halalkan bagimu segala sesuatu yang telah aku haramkanโ€. Tanpa berfikir panjang Syaikh โ€˜Abd al-Qadir menjawab: โ€œTerlaknat engkau wahai Iblis...!โ€. Syaikh โ€˜Abd al-Qadir seorang โ€˜ร‚rif Billรขh, beliau tahu bahwa yang berbicara tersebut adalah Iblis. Karena Allah bukan cahaya atau sinar, Allah tidak berkata-kata dengan suara dan huruf, juga Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, serta karena Allah tidak menghalalkan sesuatu yang telah diharamkannya[10].

Kemudian Imam Ahmad ar-Rifaโ€™i dalam menjelaskan bahwa hukum-hukum syariโ€™at tidak akan pernah gugur dari siapapun menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sifat-sifat kewalian bukanlah seperti orang-orang semacam Firโ€™aun atau semacam Namrud. Orang semacam Firโ€™aun, -ketika telah meraih apa yang diinginkan- maka berkata: โ€œAnรข Rabbukum al-Aโ€™lรขโ€ฆ (Saya adalah tuhan kalian yang maha tinggi)โ€. Demikian pula kesombongan yang diungkapkan Namrud, dia mengaku sebagai Tuhan. Sikap kufur semacam ini jelas tidak akan pernah ada pada diri seorang wali Allah. Seorang yang dicintai oleh Allah tidak akan pernah berkata โ€œAnรข Allahโ€ฆโ€. Bagaimana mungkin seorang sufi dengan gelar โ€œal-Faqรฎrโ€ mengaku bahwa dirinya Tuhan. Lantas dimanakah letak kefakirannya?! Sementara Allah berfirman:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูุฃูŽู†ู’ุชูู…ู ุงู„ู’ููู‚ูŽุฑูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู (ูุงุทุฑ: 15)

โ€œWahai sekalian manusia, kalian semua adalah orang-orang fakir yang membutuhkan kepada Allahโ€. (QS.Fรขthir: 15).

Kemudian lebih dari pada ini, Rasulullah yang notabene merupakan panutan kaum sufi, dan seorang kekasih Allah yang telah mendapat derajat maโ€™rifat yang tidak pernah diraih oleh siapapun, beliau tidak pernah mengatakan kata-kata buruk semacam itu. Justru sebaliknya, dengan tegas beliau mengatakan bahwa dirinya berasal dari kalangan manusia. Sebagaimanafirman Allah:

ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุงุจูŽุดูŽุฑูŒ ู…ูุซู’ู„ููƒูู…ู’ ูŠููˆุญูŽู‰ ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ(ุงู„ูƒู‡ู: 110)

โ€œKatakanlah -wahai Muhammad- sesungguhnya saya adalah manusia seperti kalian yang diberikan wahyu kepadakuโ€. (QS. al-Kahfi: 110)

Kemudian dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

ููŽุฅู†ู‘ูŠู„ูŽุณู’ุชู ุจูู…ูŽู„ูŽูƒู ุฅู†ู‘ู…ูŽุง ุฃู†ูŽุง ุงุจู’ู†ู ุงู…ู’ุฑูŽุฃุฉู ู…ูู†ู’ ู‚ูุฑูŽูŠู’ุดู ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุชูŽุฃู’ูƒูู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ุฏูŽ(ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุงุฌูŽู‡ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุงูƒูู…)

โ€œSesungguhnya saya bukanlah malaikat, saya hanyalah seorang anak seorang perempuan dari suku Quraisy; seorang perempuan yang suka makan qadidโ€ (daging yang dijemur). (HR. Ibn Majah dan al-Hakim).

*Catatan Kaki*

[1] Ibnโ€˜Arabi yang oleh sebagian orang dianggap telah membuat dikotomi antara hakekat dan syariโ€™at justru sebaliknya, beliau menentang adanya pemilahan semacam ini. Beliau memandang bahwa hakekat dan syriโ€™at adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Adanya dikotomi semacam ini adalah penyebab utama dari lahirnya faham yang membedakan antara ulama syariโ€™at dan ulama hakekat. Kesimpulan selanjutnya dari faham sesat ini adalah menetapkan adanya perbedaan jalan yang ditempuh oleh dua kubu tersebut. Lebih lengkap ungkapan-ungkapan Ibn โ€˜Arabi tentang masalah ini lihat pada bab kajian karya-karya Ibn โ€˜Arabi dari buku ini.

[2] Lihatal-Qusyairi, ar-Risรขlahโ€ฆ, h. 430

[3] Ibid

[4] ar-Rifaโ€™i, Maqรขl
รขt Min al-Burhรขnโ€ฆ, h. 50-51

[5] Lihat Zainuddin Ibn โ€˜Ali al-Malibari, Hidรขyah al-Adzkiyรขโ€™โ€ฆ, h. 9-12.

[6] al-Bantani, Salรขlim al-Fudlalรขโ€™, h. 3.

[7] al-Bakri, Kifรขyah al-Atqiyรขโ€™โ€ฆ, h. 9. Perumpamaan - perumpamaan semacam ini banyak disebutkan oleh Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatรขwรข al-Hadรฎtsiyyah, lihat kitab h. 221-222

[8] ar-Rifaโ€™i, Maqรขlรขt Min al-Burhรขnโ€ฆ, , h. 80-81

[9] Lihat al-Qรขdlรฎโ€˜Iyad, asy-Syifรข Bi Taโ€™rif Huqรปq al-Mushthafรข, j. 2, h. 239

[10] Lihatasy-Syaโ€™rani, ath-Thabaqรขtโ€ฆ, j. 1, h. 218



โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
ใ€ฐโ™พ๐ŸŒผ *Bukti-Bukti Tekstual Kebenaran Akidah Asyโ€™ariyyah Sebagai Akidah Ahlussunnah* ๐ŸŒผโ™พใ€ฐ

Oleh : *Dr. H. Kholilurrohman, MA*

*Firman Allah QS. Al Maโ€™idah: 54*

Dalam al-Qurโ€™an Allah berfirman:  

ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุกูŽุงู…ูŽู†ููˆุง ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏู‘ูŽ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู  ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู  ูŠูุญูุจู‘ูู‡ูู…ู’  ูˆูŽูŠูุญูุจู‘ููˆู†ูŽู‡ู  ุฃูŽุฐูู„ู‘ูŽุฉู  ุนูŽู„ูŽู‰  ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ  ุฃูŽุนูุฒู‘ูŽุฉู  ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ  ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ  ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู  ูˆูŽู„ุงูŽ  ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ  ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ  ู„ุขูŽุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ  ููŽุถู’ู„ู  ุงู„ู„ู‡ู  ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู  ู…ูŽู†  ูŠูŽุดูŽุขุกู  ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู  ูˆูŽุงุณูุนูŒ  ุนูŽู„ููŠู…ูŒ  (ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ: 54)

Maknanya:

_โ€œWahai sekalian orang beriman barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah, mereka adalah orang-orang yang lemah lembut kepada sesama orang mukmin dan sangat kuat -ditakuti- oleh orang-orang kafir. Mereka berjihad dijalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap cacian orang yang mencaciโ€._ *(QS. Al-Maโ€™idah: 54)*

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika turun ayat ini, Rasulullah memberitakannya sambil menepuk pundak sahabat *Abu Musa al-Asyโ€™ari*, seraya bersabda: _*โ€œMereka (kaum tersebut) adalah kaum orang ini!!โ€*_. Dari hadits ini para ulama menyimpulkan bahwa kaum yang dipuji dalam ayat di atas tidak lain adalah kaum Asyโ€™ariyyah, karena sahabat Abu Musa al-Asyโ€™ari adalah moyang dari al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโ€™ari, sebagaimana telah kita tulis dalam biografi ringkas al-Imรขm Abu al-Hasan sendiri.

Dalam penafsiran firman Allah di atas: _โ€œMaka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah...._โ€ (QS. Al-Maโ€™idah: 54), al-Imรขm Mujahid berkata: _โ€œMereka adalah kaum dari negeri Sabaโ€™ (Yaman)โ€_. Kemudian al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menambahkan: _โ€œDan orang-orang Asyโ€™ariyyah adalah kaum yang berasal dari negeri Saba'"_[1].

Lebih dari pada itu Ibn Asakir sendiri dalam kitab Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ telah mengutip pernyataan para ulama hadits terkemuka (Huffรขzh al-Hadรฎts) sebelumnya yang telah menafsirkan ayat tersebut demikian, di antaranya ahli hadits terkemuka al-Imรขm al-Hรขfizh Abu Bakar al-Bayhaqi penulis kitab Sunan al-Bayhaqi dan berbagai karya besar lainnya.

Al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menuliskan pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi dengan sanad-nya dari Yahya ibn Fadlillah al-Umari, dari Makky ibn Allan, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu al-Qasim ad-Damasyqi, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn al-Fadl al-Furawy, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Bayhaqi, bahwa ia (al-Bayhaqi) berkata:

_โ€œSesungguhnya sebagian para Imam kaum Asyโ€™ariyyah -semoga Allah merahmati mereka- mengingatkanku dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari โ€˜Iyadl al-Asyโ€™ari, bahwa ketika turun firman Allah: (Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah) QS. Al-Maโ€™idah: 54, Rasulullah kemudian berisyarat kepada sahabat Abu Musa al-Asyโ€™ari, seraya berkata: โ€œMereka adalah kaum orang iniโ€. Dalam hadits ini terdapat isyarat akan keutamaan dan derajat mulia bagi al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโ€™ari, karena tidak lain beliau adalah berasal dari kaum dan keturunan sahabat Abu Musa al-Asyโ€™ari. Mereka adalah kaum yang diberi karunia ilmu dan pemahaman yang benar. Lebih khusus lagi mereka adalah kaum yang memiliki kekuatan dalam membela sunah-sunnah Rasulullah dan memerangi berbagai macam bidโ€™ah. Mereka memiliki dalil-dalil yang kuat dalam memerangi bebagai kebatilan dan kesesatan. Dengan demikian pujian dalam ayat di atas terhadap kaum Asyโ€™ariyyah, bahwa mereka kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah, adalah karena telah terbukti bahwa akidah yang mereka yakini sebagai akidah yang hak, dan bahwa ajaran agama yang mereka bawa sebagai ajaran yang benar, serta terbukti bahwa mereka adalah kaum yang memiliki kayakinan yang sangat kuat. Maka siapapun yang di dalam akidahnya mengikuti ajaran-ajaran mereka, artinya dalam konsep meniadakan keserupaan Allah dengan segala makhluk-Ny
a, dan dalam metode memegang teguh al-Qurโ€™an dan Sunnah, sesuai dan sejalan dengan faham-faham Asyโ€™ariyyah maka ia berarti termasuk dari golongan merekaโ€_[3].

Al-Imรขm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโ€™iyyah mengomentari pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi di atas, berkata:

_โ€œKita katakan; -tanpa kita memastikan bahwa ini benar-benar maksud Rasulullah-, bahwa ketika Rasulullah menepuk punggung sahabat Abu Musa al-Asyโ€™ari, sebagaimana dalam hadits di atas, seakan beliau sudah mengisyaratkan akan adanya kabar gembira bahwa kelak akan lahir dari keturunannya yang ke sembilan al-ImรขmAbu al-Hasan al-Asyโ€™ari. Sesungguhnya Rasulullah itu dalam setiap ucapannya terdapat berbagai isyarat yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang mendapat karunia petunjuk Allah. Dan mereka itu adalah orang yang kuat dalam ilmu (ar-Rรขsikhรปn Fi al-โ€˜Ilm) dan memiliki mata hati yang cerah. Firman Allah: โ€œSeorang yang oleh Allah tidak dijadikan petunjuk baginya, maka sama sekali ia tidak akan mendapatkan petunjukโ€_ (QS. An-Nur: 40)โ€[4].

[1] Thabaqรขt asy-Syafiโ€™iyyah, j. 3, h. 364 mengutip dari Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ.
[2] Ibid.
[3] Tabyรฎn Kadzib al-Mufarรฎ, h. 49-50. Tulisan Ibn Asakir ini dikutip pula oleh Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโ€™iyyah, j. 3, h. 362-363
[4] Thabaqรขt asy-Syรขfiโ€™iyyah, j. 3, h. 363

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
https://youtu.be/qJh3CF3EoPk

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
*Penting untuk di pahami, semoga bermanfaat.*

Ta'lim Kitab Ash-Shiraath Al-Mustaqiim Karya Syaikh 'Abdullah Al-Harari | Ayat - Ayat Mutasyabihat. Bersama Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA

https://youtu.be/O9L8d28kFGc

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
*Bagian I dari VI*

ใ€ฐโ™พ๐ŸŒผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM* ๐ŸŒผโ™พใ€ฐ

*IMAN DENGAN ALLAH*

*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA

Dalam QS. al-Ikhlash Allah berfirman:

(ู‚ูู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏ (1) ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽู…ูŽุฏ (2) ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู„ูุฏู’ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠููˆู’ู„ูŽุฏ (3) ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู‡ู ูƒููููˆู‹ุง ุฃุญูŽุฏ (4) (ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุงุฎู„ุงุต 1-4)

_โ€œKatakan (wahai Muhammad), Dialah Allah al-Ahad (Tidak terbagi-bagi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, baik pada Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pada perbuatan-Nya). Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya (Tidak membutuhkan) kepada semua makhluk-Nya, dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (Baik dari satu segi maupun semua segi)โ€_ *(QS. al-Ikhlas: 1-4)*

Maโ€™rifatullah adalah berkeyakinan bahwa Allah maha Ada, tidak menyerupai sesuatu apapun dari alam ini. Dia bukan Hajm Katsif; benda yang dapat disentuh oleh tangan, juga bukan Hajm Lathif; benda yang tidak bisa disentuh oleh tangan. Allah bukan sesuatu yang berbentuk, baik bentuk dengan ukuran kecil maupun ukuran besar. Adapun makna โ€œAllahu Akbarโ€ artinya bahwa Allah Maha Besar dan Maha Agung pada derajat-Nya, _*bukan besar dari segi bentuk dan ukuran*_. Allah adalah Dzat yang tidak bisa dibayangkan dalam hati, dan tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran manusia.

*Sifat-Sifat Allah (Tafsir QS. al-Ikhlas)*

Dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh al-Baihaqi dari sahabat โ€˜Abdullah ibn โ€˜Abbas bahwa segolongan kaum Yahudi datang kepada Rasulullah. Mereka berkata: โ€œWahai Muhammad, beritahukan kepada kami sifat Tuhanmu yang engkau sembah!โ€. Mereka bertanya bukan karena ingin mengetahui hal sebenarnya atau ingin memperoleh petunjuk, tapi hanya sekedar ingin mengingkari lalu mengolok-oloknya. Kemudian turunlah QS. al-Ikhlas ayat 1 hingga ayat 4. Rasulullah bersabda: โ€œInilah sifat Tuhankuโ€.

Surat al-Ikhlas ini turun sebagi jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi tersebut. Meskipun hanya terdiri dari empat ayat yang pendek namun mengandung makna yang sangat luas dan mendalam dalam ketauhidan Allah.

Ayat pertama merupakan ikrar dan penegasan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah. Artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya. Dia Maha Esa pada dzat-Nya. Makna โ€œDzat Allahโ€ artinya โ€œhakikat Allahโ€. Makna โ€œDzatโ€ di sini bukan dalam pengertian bentuk atau benda. Pengertian bahwa Dzat Allah Esa ialah bahwa Dzat Allah tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya. Karena Dzat Allah azali; ada tanpa permulaan, sedangkan dzat-dzat selain-Nya baharu; memiliki permulaan, yaitu ada dari tidak ada. Oleh karena itu, Allah mensifati dzat-Nya sendiri dalam al-Qurโ€™an dengan firman-Nya:

(ู‡ููˆูŽ ุงู„ุฃูˆู‘ูŽู„ู (ุงู„ุญุฏูŠุฏ:4 )

_โ€œHanya Dia (Allah) al-Awwal (ada tanpa permulaan)โ€_. *(QS. al-Hadid:4)*

Kemudian Allah maha Esa pada Sifat-Sifat-Nya. Artinya bahwa sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman:

(ูˆูŽู„ู„ู‡ู ุงู„ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ุฃุนู’ู„ูŽู‰ (ุงู„ู†ุญู„:6 )

_โ€œDan bagi Allah sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat selain-Nyaโ€_. *(QS.an-Nahl: 6)*

Sebagaimana kita wajib meyakini bahwa Dzat Allah Azali; tidak bermula, maka demikian pula dengan semua Sifat-Sifat-Nya, kita wajib meyakini itu semua Azali. Karena mustahil bila ada dzat yang qadim dan azali, sementara sifat-sifat-nya baharu. Karena adanya sifat yang baharu pada suatu dzat menunjukkan bahwa dzat tersebut juga baharu. Dengan demikian mustahil bagi Allah mempunyai sifat-sifat yang baharu. Bila sifat-sifat manusia setiap saat dapat mengalami perubahan, maka tidak demikian halnya dengan sifat-sifat Allah. Dia tidak mengalami perubahan atau perkembangan, tidak bertambah atau berkurang.

Kemudian Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya. Artinya, tidak ada dzat yang dapat menciptakan sesuatu dari โ€œtidak adaโ€ menjadi โ€œadaโ€ kecuali Allah saja. Hanya Allah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta kebaikan dan kejahatan, keimanan dan kekufuran, ketaโ€™atan dan kemaksiatan. Dia pencipta semua benda, mulai dari benda terkecil, yaitu dzarrah; (Ialah benda yang berterbangan terlihat oleh mata dalam sinar matahari), hingga benda yang paling besar, yaitu โ€˜a
rsy. Dia pencipta segala perbuatan manusia, baik perbuatan yang mengandung unsur ikhtiar (al-Afโ€™al al-Ikhtiyariyyah), seperti makan, minum, dan lainnya, ataupun perbuatan yang tidak mengandung unsur ikhtiar (al-Afโ€™al al-Idlthirariyyah), seperti detak jantung, rasa takut, dan lainnya. Inilah makna yang tersirat dalam firman Allah:

(ู‚ูู„ู’ ุฅู†ู‘ูŽ ุตูŽู„ุงูŽุชููŠ ูˆูŽู†ูุณููƒููŠ ูˆูŽู…ูŽุญู’ูŠูŽุงูŠูŽ ูˆูŽู…ูŽู…ูŽุงุชููŠ ู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ (ุงู„ุฃู†ุนุงู… :152 )

_โ€œKatakanlah (Wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku danmatiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alamโ€_. *(QS. al-Anโ€™am:162)*

Shalat dan ibadah adalah dua diantara perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur usaha, ikhtiar dan kehendak dari manusia. Sedangkan hidup dan mati adalah sesuatu yang terjadi diluar kehendak manusia, keduanya hanya menjadi wewenang dan kehendak Allah. Dalam doa tersebut ditegaskan bahwa shalat dan ibadah, serta hidup dan mati, pada hakikatnya adalah milik Allah dan hanya dicitakan hanya oleh Allah saja.

Ayat kedua dari surat QS. al-Ikhasdi atas mengandung makna bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh alam ini. Dia tidak membutuhkan kepada sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya selalu membutuhkan kepada-Nya. Allah tidak mengambil manfaat sedikitpun dari perbuatan-perbuatan makhluk-Nya, dan mereka sedikit pun tidak dapat mencelakakan-Nya atau membuat madlarat terhadap-Nya. Seandainya seluruh makhluk ini taโ€™at kepada Allah, maka hal tersebut tidak akan menambah kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Demikian pula bila seluruh makhluk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah sedikitpun.
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan dari mereka. Demikian pula Ia menciptakan โ€˜arsy bukan untuk menjadikan tempat bagi dzat-Nya, tetapi untuk menampakkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. Tentang hal ini al-Imam โ€˜Ali ibn Abi Thalib berkata:

(ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ุนูŽุฑู’ุดูŽ ุฅุธู’ู‡ูŽุงุฑู‹ุง ู„ูู‚ูุฏู’ุฑูŽุชูู‡ู ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชู‘ูŽุฎูุฐู’ู‡ู ู…ูŽูƒูŽุงู†ู‹ุง ู„ูุฐูŽุงุชูู‡ู (ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุฃุจููˆ ู…ูŽู†ุตููˆุฑุงู„ุจูŽุบุฏูŽุงุฏูŠู‘ ูููŠ ุงู„ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ููุฑูŽู‚ )

_โ€œSesungguhnya Allah menciptakan โ€˜arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya dan bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nyaโ€_. *(Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bainal-Firq)[1].*

Ayat ketiga dari QS. al-Ikhlash memberikan penjelasan dalam penafian, peniadaan dan pengingkaran terhadap keyakinan yang menyebutkan bahwa Allah sebagai benda (Jism). Juga bantahan terhadap keyakinan bahwa Allah mempunyai bagian-bagian yang terpisah-pisah dari-Nya. Sekaligus, penjelasan dalam menafikan bahwa Allah sebagai bagian dari sesuatu yang lain.

Dalam ayat ke tiga ini secara jelas dinyatakan bahwa Allah bukan sebagai โ€œasalโ€ atau โ€œbahanโ€ (Walid) bagi sesuatu, dan juga bukan โ€œcabangโ€ (Walad) dari sesuatu yang lain. Ayat ini berisi bantahan terhadap doktrin trinitas yang diyakini orang-orang Nasrani. Doktrin yang menyatakan ada tiga unsur ketuhanan yang kesemuanya kembali pada unsur yang tunggal. Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap keyakinan atau doktrin orang-orang Majusi yang menyatakan bahwa tuhan ada dua, yaitu tuhan kebaikan dan tuhan keburukan.

Faham serupa yang tak kalah sesatnya adalah faham yang dianut oleh segolongan orang yang terlena dalam kebodohannya (al-maghrurun). Mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum Sufi yang telah mencapai derajat โ€œtinggiโ€. Padahal keyakinan mereka bertentangan dengan ajaran kaum Sufi sejati sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa keseluruhan alam ini adalah sebagai Dzat Allah. Dan setiap komponen-komponen yang ada di dalam alam ini adalah bagian-bagian dari Dzat Allah. Keyakinan mereka ini dikenal dengan nama akidah Wahdah al-Wujud. Mereka menganggap bahwa manusia, hewan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan lain sebagainya adalah bagian dari Dzat Allah.

Faham semacam ini telah berkembang di sebagaian kalangan yang mengaku sebagai pengikut tarekat dan pengamal โ€œshalawatโ€ yang menyimpang. Keyakinan Wahdahal-Wujud ini lebih sesat dari pada kekufuran orang-orang Nasrani dan Majusi. Kaum Nasrani berk
eyakinan ada tiga tuhan, kaum Majusi berkeyakinan adanya dua tuhan, sementara mereka yang meyakini Wahdah al-Wujud meyakini bahwa segala sesuatu di alam ini adalah bagian-bagian dari dzat Tuhan. Kekufuran semacam ini jelas lebih buruk dari pada kekufuran kaum Nasrani dan kaum Majusi.

Ada pula faham sesat lainnya, yang juga merupakan kekufuran. Ialah keyakinan yang menyatakan bahwa Allah menyatu dengan sebagian mahluk-Nya. Kaum yang berkeyakinan ini mengatakan: โ€œApabila seorang hamba telah mencapai derajat ibadah tertentu, maka Allah akan menempati dan menyatu dengan tubuh orang tersebutโ€. Karenanya, di antara mereka ada yang menyembah sebagian lainnya yang mereka anggap telah sampai padabatasan tersebut dalam ibadahnya tersebut. Keyakinan sesat ini dikenal dengan nama akidah Hulul.

Dua keyakinan di atas, yaitu akidah Wahdahal-Wujud dan Hulul telah meracuni sebagian orang awam yang hanya mengutamakan dzikir tanpa mempelajari akidah yang benar dan cara beragama mereka. Dari sini mereka menganggap bahwa perbuatan mereka adalah jaminan keselamatan di akhirat kelak. Mereka juga menganggap bahwa mereka telah berbuat kebaikan โ€œbanyakโ€ dan โ€œbesarโ€ tiada tara. Padahal pada hakikatnya mereka tenggelam dalam kekufuran karena keyakinan sesat tersebut.

*Asy-Syekh โ€˜Abd al-Ghani an-Nabulsi* berkata:

ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุญูู„ู‘ู ูููŠ ุดูŽูŠุกู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽู†ู’ุญูŽู„ู‘ู ู…ูู†ู’ู‡ู ุดูŽูŠุกูŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุญูู„ู‘ู ูููŠู’ู‡ู ุดูŽูŠุกูŒ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู„ูู‡ู ุดูŽูŠุกูŒ

_โ€œSesungguhnya Allah tidak bertempat atau menyatu pada sesuatu apapun, dan tidak berpisah dari-Nya sesuatu apapun, serta tidak menyatu dengan-Nya sesuatu apapun. Dia tidak menyerupai segala sesuatu apapun dari makhluk-Nyaโ€_ [2].

*Al-Imam Muhyiddin Ibn al-โ€˜Arabi* berkata:

(ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูุงู„ุญูู„ููˆู„ู ููŽุฏููŠู’ู†ูู‡ู ู…ูŽุนู’ู„ููˆู„ูŒ ูˆูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจุงู„ุงุชู‘ุญูŽุงุฏู ุฅู„ุงู‘ูŽ ุฃู‡ู’ู„ู ุงู„ุงู„ู’ุญูŽุงุฏ (ุฐูƒูŽุฑู‡ู ุฃุจููˆุงู„ู‡ูุฏูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽูŠู‘ูŽุงุฏูŠ ูููŠ ุฑุณูŽุงู„ุชูู‡ู

_โ€œBarangsiapa berkata (berkeyakinan) Hulul maka agamanya cacat. Dan tidak menyatakan Ittihad (Wahdah al-Wujud) kecuali golongan yang menyimpang (dari Islam)โ€_. *(Dituturkan oleh Abu al-Huda al-Shayyadi dalam Risalah-nya)*

Ayat keempat dari QS.al-Ikhlash merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meyerupai segala makhluk-Nya. Ayat tersebut merupakan ayat Muhkamat; artinya merupakan ayat yang jelas maknanya dan tidak mengandung faham takwil. Pemaknaan ayat ini sama dengan pemaknaan ayat Muhkamat lainnya, yaitu dalam firman Allah:

(ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู„ูู‡ู ุดูŽูŠุกูŒ (ุงู„ุดูˆุฑู‰:11 )

_โ€œDia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhlukNya, baik dari satu segi maupun semua segi dan, tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nyaโ€_. *(QS.as-Syura: 11)*

Dalam menafsirkan QS. al-Ikhlash: 4 ini, para ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (yaitu segala sesuatu selain Allah) terbagi kepada dua bagian. Yaitu; benda dan sifat benda. Yang pertama; *Benda, terbagi kepada dua bagian*, yaitu:

*1. Hajm Lathif :* Yaitu benda yang *tidak dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti cahaya, kegelapan, ruh, dan lain sebagainya.

*2. Hajm Katsif :* Yaitu benda yang *dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti manusia, dan benda-benda padat lainnya.

Adapun yang kedua, yaitu *sifat benda, artinya sifat-sifat dari Hajm Lathif dan sifat-sifat dari Hajm Katsif*. Contohnya bergerak, diam, berubah, bersemayam, duduk, beridiri, terlentang, berada di tempat dan arah (baik atas, bawah, kanan, kiri, depan maupun belakang), turun, naik, panas, dingin, memiliki warna, bentuk, dan sebagainya.

Ayat QS. al-Ikhlash: 4 ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Bahwa Allah bukan sebagai Hajm Lathif, juga bukan sebagai Hajm Katsif, dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda tersebut. Dari ayat ini para ulama Ahlussunnah Wal Jamaโ€™ah mengambil dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Karena bila Allah mempunyai tempat dan arah maka berarti Allah mempunyai banyak keserupaan dengan makhluk-Nya, dan mempunyai dimensi, yaitu panjang, lebar, dan kedalaman. Padahal sesuatu yang memiliki dimensi semacam ini pastilah merupakan makhluk, bukan sebagai Tuhan. Mustahil Alla
h membutuhkan kepada yang menjadikan-Nya dalam dimensi tersebut. Karena bila Allah โ€œmembutuhkanโ€ maka berarti Allah lemah, dan tidak layak dituhankan.

Di antara Imam terkemuka di kalangan Ahlussunnah, al-Imam Ahmad ibn Hanbal, dan al-Imam Dzu al-Nun al-Mishri yang seorang sufi kenamaan, juga salah seorang murid terkemuka al-Imam Malik ibn Anas, berkata:

ู…ูŽู‡ู’ู…ูŽุง ุชูŽุตูŽูˆู‘ูŽุฑู’ุชูŽ ุจูุจูŽุงู„ููƒูŽ ููŽุงู„ู„ู‡ู ุจูุฎูู„ุงูŽูู ุฐู„ููƒูŽ (ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุนู† ุงู„ุงู…ูŽุงู… ุฃุญู’ู…ูŽุฏ ุฃุจููˆ ุงู„ููŽุถู’ู„ ุงู„ุชู‘ูŽู…ููŠู’ู…ูŠู‘ูููŠ ุงุนุชู‚ุงุฏ ุงู„ุงู…ุงู… ุงู„ู…ูุจูŽุฌู‘ูŽู„ ุฃุญู…ูŽุฏ ุจู† ุญูŽู†ู’ุจูŽู„ ูˆูŽุฑูŽูˆุงู‡ู ุนู†ู’ ุฐูŽูŠ ุงู„ู†ู‘ููˆู† ุงู„ู…ูุตู’ุฑูŠู‘ ุงู„ุฎูŽุทูŠุจู ุงู„ุจูŽุบู’ุฏูŽุงุฏูŠู‘ ููŠ ุชูŽุงุฑูŠู’ุฎ ุจูŽุบู’ุฏูŽุงุฏ)

_โ€œApapun yang terlintas dalam benakmu tentang Allah, maka Allah tidak seperti demikian ituโ€_ . *(Dikutip darial-Imam Ahmad ibn Hanbal oleh Abu al-Fadl al-Tamimi dalam kitab I'tiqadal-Imam al-Mubajjal Ahmad ibn Hanbal. Dan diriwayatkan dari al-Imam Dzual-Nun al-Mishri oleh al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad)*

Semoga kita termasuk Ahl al-Maโ€™rifah dan mengimani Allah dengan seteguh-teguhnya keimanan seperti yang telah digariskan Rasulullah dan para sahabatnya. Amin.

[1] al-Farq Bain al-Firaq, h. 333
[2] al-Fath ar-Rabbani, h. 128


โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
https://youtu.be/QxRwWoDRRUo

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐ŸŽฆ๐Ÿ“ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

๐ŸŒ๐Ÿ•Œ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

๐Ÿ“ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ“ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐Ÿ–ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah

โšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœโšœ

๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ

โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค

โ— *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ—
*Bagian II dari VI*

ใ€ฐโ™พ๐ŸŒผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM; IMAN DENGAN PARA MALAIKAT* ๐ŸŒผโ™พใ€ฐ

*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA



*IMAN KEPADA MALAIKAT*

Dalam al-Qurโ€™an tentang keberadaan para Malaikat, Allah berfirman:

ูˆูŽุฅู†ู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ู„ูŽุญูŽุงููุธููŠู’ู†ูŽ ูƒูุฑูŽุงู…ู‹ุง ูƒูŽุงุชูุจููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ุชูŽูู’ุนูŽู„ููˆู†ูŽ (ุงู„ุงู†ูุทุงุฑ: 10-12)

_*โ€œSesungguhnya atas kalian ada (Malaikat-Malaikat) yang mengawasi (segala perbuatan), yang mulia dan selalu mencatat (perbuatan-perbuatan tersebut). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan (baik perbuatan maupun perkataan yang baik dan buruk)โ€*_ . (QS. al-Infithar:10-12)

Diantara Ushul al-Iman as-Sittah adalah kewajiban beriman kepada para Malaikat Allah. Beriman kepada para Malaik atartinya meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia. Para Malaikat tersebut bukan sebagai bintang atau planet-planet yang berada di arah langit. Tetapi mereka adalah para makhluk Allah yang termasuk dari Hajm Lathif (tidak dapat dipegang oleh tangan). Mereka bukan dari jenis laki-laki ataupun perempuan, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak nikah, serta tidak berketurunan. Mereka tidak pernah berbuat dosa kepada Allah sedikitpun. Mereka selalu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah atas mereka. Allahberfirman:

ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ุตููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูŽุง ุฃู…ูŽุฑูŽู‡ูู… ูˆูŽูŠูŽูู’ุนูŽู„ููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ูŠูุคู’ู…ูŽุฑููˆู’ู†ูŽ .(ุงู„ุชู‘ุญุฑูŠู…: 6)

_*โ€œMereka tidak pernah bermaksiat (durhaka) kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkanโ€*_ . (QS. at-Tahrim: 6)

Allah menjadikan tabiโ€™at para Malaikat tersebut hanya untuk selalu taat kepada-Nya. Namun begitu, mereka taat bukan karena terpaksa (Majbur), karena mereka memiliki ikhtiar. Akan tetapi ikhtiar mereka, -dengan kehendak Allah-, hanya dalam ketaatan-ketaatan kepada-Nya saja. Maka sama sekali tidak ada ikhtiar pada diri mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Dan mereka sama sekali tidak merasa bosan atau lelah dalam beribadah kepada Allah.

Para Malaikat tersebut tidak boleh disebut sebagai pembantu-pembantu Allah (Aโ€™wan Allah). Karena Allah Maha Kaya atas seluruh alam ini. Allah yang menciptakan segala sesuatu maka Allah tidak membutuhkan kepada siapapun dari makhluk-makhluk-Nya ini. Allah berfirman:

ููŽุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุบูŽู†ููŠู‘ูŒ ุนูŽู†ู ุงู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ (ุกุงู„ ุนู…ุฑุงู† :97)

_*โ€œ... maka sesungguhnya Allah Maha Kaya atas seluruhalamโ€*_ . (QS. Ali โ€˜Imran: 97).

Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan atau mengambil manfaโ€™at dari mereka. Allah menciptakan para Malaikat dengan tujuan berbagai hikmah, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak. Di antara hikmahnya adalah bahwa para Malaikat tersebut adalah sebagai bukti akan keluasan rahmat-rahmat Allah. Karena sebagian di antara para Malaikat tersebut ada yang mengemban tugas dengan tujuan kemaslahatan dan mempermudah bagi urusan-urusan manusia. Di samping itu, Allah menciptakan para Malaikat tersebut adalah untuk memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Allah menciptakan para Malaikat dari cahaya. Rasulullah bersabda:

ุฎูู„ูู‚ูŽุชู ุงู„ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉู ู…ูู†ู’ ู†ููˆู’ุฑู ูˆูŽุฎูู„ูู‚ูŽ ุงู„ุฌูŽุงู†ู‘ู ู…ูู†ู’ ู…ูŽุงุฑูุฌู ู…ูู†ู’ ู†ูŽุงุฑู ูˆูŽุฎูู„ู‚ูŽ ุกูŽุงุฏูŽู…ู ู…ูู…ู‘ูŽุง ูˆูุตููŽู„ูŽูƒูู… (ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ู…ูŒ)

_*โ€œMalaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api -murni- tidak berasap, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalianโ€*_ . (HR Muslim)

Allah menciptakan para Malaikat dalam bentuk dan ukuran yang sangat besar, serta memiliki sayap-sayap. Malaikat Jibril misalnya, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau mempunyai 600 sayap. Satu sayap Malaikat Jibril ini dapat menutupi ufuk langit, dari sebelah timur hingga sebelah barat. Artinya, satu sayap Malaikat Jibril tersebut dapat menutupi alam dunia ini.

Dijelaskan pula dalam sebuah hadits tentang gambaran besarnya para Malaikat Hamalah al-โ€˜Arsy, yaitu Malaikat-Malaikat pengangkat โ€˜arsy, bahwa jarak antara cuping telinga dan pundak mereka adalah jarak perjalanan 700 tahun dengan kecepatan terbang seekor burung yang sangat cepat.

Pemimpin secara keseluruhan dari para Malaikat Allaha dalah Malaikat Jibril. Beliau adalah
Malaikat yang paling mulia. Selain Jibril, pemimpin para Malaikat lainnya (Ru-asaโ€™ al-Malaโ€™ikah) adalah Mika-il, โ€˜Azra-il dan Israfil.

Dari uraian sifat-sifat Malaikat diatas dapat kita ketahui beberapa hal berikut:

*Pertama :*

Cerita yang tersebar mengenai Harut dan Marut, bahwa keduanya turun ke bumi, kemudian terpesona oleh kecantikan seorang wanita bernama al-Zuhrah, lalu keduanya menggoda wanita tersebut, hingga akhirnya berbuat zina dengannya, atau cerita yang menyebutkan bahwa Harut dan Marut terlebih dahulu minum khamr, kemudian berzina dengan wanita tersebut hingga melahirkan seorang anak yang kemudian dibunuh, adalah cerita bohong belaka. Karena sifat-sifat buruk semacam ini bukan sifat-sifat para Malaikat Allah, yang notabene selalu menjalankan perintah-Nya dan tidak pernah durhaka kepada-Nya.

Cerita keji ini bersumber dari orang-orang Yahudi yang memang sangat membenci para Malaikat. Cerita seperti ini jelas bertentangan dengan al-Qurโ€™an, serta menyalahi akal sehat. Karena itu, para ulama kita mengatakan bahwa cerita ini sama sekali tidak berdasar dan boleh diyakini kebenarannya. Pembahasan ini semua telah dijelaskan oleh para ulama tafsir, seperti al-Imam al-Mufassir al-Fakhrurrazi, al-Mufassir al-Baidlawi, al-Mufassir Abu as-Suโ€™ud, al-Mufassir al-Khazin dan lain-lain. Juga telah dijelaskan oleh para ulama hadits, seperti al-Hafizh as-Suyuthi dalam kitab al-Musnad dan kitab ad-Durr al-Mantsur, asy-syekh Muhammad Hut al-Bairuti dalam kitab Asna al-Mathalib, dan oleh para ulama terkemuka lainnya.

*Kedua :*

Bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat. Karena dzat dan sifat-sifat Iblis berbeda dengan sifat-sifat Malaikat. Bahkan sifat-sifat Iblis ini bertolak belakang dengan sifat-sifat Malaikat. Hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:

*1. Iblis adalah termasuk golongan Jin*. Allah berfirman:

ุฅู„ุงู‘ูŽ ุฅุจู’ู„ูŠู’ุณ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฌูู†ู‘ู ููŽููŽุณูŽู‚ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃู…ู’ุฑู ุฑูŽุจู‘ูู‡ู (ุงู„ูƒู‡ู: 50)

_*โ€œโ€ฆkecuali Iblis, dia adalah dari golongan jin, makaia mendurhakai perintah Tuhannyaโ€ฆโ€*_ (QS al-Kahfi: 50)

*2. Iblis adalah makhluk kafir*, seperti pernyataan jelas dalam al-Qurโ€™an:

ุฅู„ุงู‘ูŽ ุฅุจู’ู„ููŠุณูŽ ุฃุจูŽู‰ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽูƒู’ุจูŽุฑูŽ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ูƒูŽุงููุฑููŠู’ู†ูŽ (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ :34)

_*โ€œโ€ฆkecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan iatermasuk golongan yang kafirโ€*_ . (QS al-Baqarah: 34)

*3. Iblis memiliki keturunan*, sebagaimana firman Allah:

ุฃููŽุชูŽุชู‘ูŽุฎูุฐููˆู†ูŽู‡ู ูˆูŽุฐูุฑู‘ููŠูŽุชูŽู‡ู ุฃูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุฏููˆู’ู†ููŠ (ุงู„ูƒู‡ู:50)

_*โ€œโ€ฆpatutkah kamu menjadikannya dan keurunan-keturunannya sebagai pemimpin selain Akuโ€ฆโ€*_ (QS al-Kahfi: 50)

*4. Iblis mengaku bahwa dirinya diciptakan oleh Allah dari api*, seperti dijelaskan dalam al-Qurโ€™an:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃู†ูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ู‡ู ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽู†ููŠ ู…ูู†ู’ ู†ูŽุงุฑู ูˆูŽุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุทููŠู’ู†ู (ุงู„ุงุนุฑุงู: 12)

_*โ€œIblis berkata: Aku lebih baik darinya (Adam), Engkau mencipakanku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan ia dari tanahโ€*_ . (QS.al-Aโ€™raf: 12)

Dengan demikian jelaslah bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat, karena ia kafir kepada Allah, ia berketurunan, dan ia diciptakan dari api, sementara Malaikat diciptakan dari cahaya.

*Ketiga :*

Pernyataan yang mengatakan bahwa para Malaikat sebagai dari jenis perempuan adalah merupakan perkataan orang-orang kafir. Sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Allah dalam al-Qurโ€™an:

ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู„ุงูŽูŠูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ู„ูŽูŠูุณูŽู…ู‘ููˆู†ูŽ ุงู„ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉูŽ ุชูŽุณู’ู…ููŠูŽุฉูŽ ุงู„ุฃู†ู’ุซู‰ (ุงู„ู†ุฌู…:27)

_* โ€œSesungguhnya orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat (artinya orang-orang kafir), mereka benar-benar menamakan Malaikat dengan nama perempuanโ€*_. (QS. an-Najm: 27)

Dengan demikian Malaikat bukan dari jenis laki-laki dan bukan pula dari jenis perempuan.

*Tugas-Tugas Para Malaikat*

Jumlah para Malaikat sangat banyak. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka secara pasti kecuali Allah sendiri. Allah berfirman:

ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุฌูู†ููˆุฏูŽ ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ู‡ููˆูŽ(ุงู„ู…ุฏุซุฑ: 31)

_*โ€œDan tidak ada yang mengetahui akan bala tentara (para Malaikat)Tuhanmu (Wahai Muhammad) kecuali Dia sendiriโ€*_. (QS al-Mudatsir: 31)

Jumlah para Malaikat lebih banyak dari seluruh jumlah manusia, jin, kerikil, dedaunan dan bahkan lebih banyak dari setiap tetes air h