๐๐
ใฐโพ๐ผ *Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani* ๐ผโพใฐ (w 1314 H/1897)
Beliau menyatakan dalam Tafsirnya, at-Tafsรฎral-Munรฎr Li Maโรขlim at-Tanzรฎl, ketika menafsirkan ayat 54 surat al Aโraf: 7, โTsummastawรข โalรข al-โarsyโ, sebagai berikut:
ููุงููููุงุฌูุจู ุนูููููููุง ุฃููู ููููุทูุนู ุจููููููููู ุชูุนูุงููู ู ูููุฒููููุง ุนููู ุงููู ูููุงูู ููุงููุฌูููุฉู
โDan kita wajib meyakini secara pasti bahwa Allah taโala maha suci dari tempat dan arahโฆ.โ
(*at-Tafsir alMunir li Maโalim at-Tanzil, jilid I, hlm. 282*)
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
ใฐโพ๐ผ *Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani* ๐ผโพใฐ (w 1314 H/1897)
Beliau menyatakan dalam Tafsirnya, at-Tafsรฎral-Munรฎr Li Maโรขlim at-Tanzรฎl, ketika menafsirkan ayat 54 surat al Aโraf: 7, โTsummastawรข โalรข al-โarsyโ, sebagai berikut:
ููุงููููุงุฌูุจู ุนูููููููุง ุฃููู ููููุทูุนู ุจููููููููู ุชูุนูุงููู ู ูููุฒููููุง ุนููู ุงููู ูููุงูู ููุงููุฌูููุฉู
โDan kita wajib meyakini secara pasti bahwa Allah taโala maha suci dari tempat dan arahโฆ.โ
(*at-Tafsir alMunir li Maโalim at-Tanzil, jilid I, hlm. 282*)
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
*Al Imam al Ghazali* mudahโmudahan Allah merahmatinya berkata:*
"ูุง ุชุตุญ ุงูุนุจุงุฏุฉ ุฅูุง ุจุนุฏ ู ุนุฑูุฉ ุงูู ุนุจูุฏ"
Maknanya:
_โTidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (Allah) yang wajib disembahโ_
Jadi barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan menjadikan-Nya memiliki ukuran yang tidak berpenghabisan misalnya maka dia adalah kafir. Dan tidak sah bentuk-bentuk ibadahnya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya.
*Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi* mudahโmudahan Allah meridlainya ( 227-321 H) mengatakan :
"ุชุนุงููู (ูุนูู ุงููู) ุนู ุงูุญุฏูุฏ ูุงูุบุงูุงุช ูุงูุฃุฑูุงู ูุงูุฃุนุถุงุก ูุงูุฃุฏูุงุช ูุง ุชุญููู ุงูุฌูุงุช ุงูุณุช ูุณุงุฆุฑ ุงูู ุจุชุฏุนุงุช".
_"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut"_
*PENJELASAN :*
*Imam ath-Thahawi adalah Ahmad bin Muhammad bin Sallamah*, lahir tahun 227 H. Jadi beliau masuk dalam makna hadits yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam :
" ุฎููุฑ ุงููุฑูู ูุฑูู ุซู ุงูุฐูู ูููููู ุซู ุงูุฐูู ูููููู " ุฑูุงู ุงูุชุฑู ุฐู
Maknanya :
_"Sebaikโbaik abad adalah abad-ku, kemudian satu abad setelahnya, kemudian satu abad setelahnya"_ (H.R. at-Tirmidzi)
Beliau menyebutkan perkataan tersebut dalam kitab aqidahnya, yang merupakan penjelasan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yang dianggap baik oleh seluruh ummat dari generasi ke generasi.
Maksud dari Ta'ala (ุชุนุงููู ) adalah bahwa Allah maha suci.
Allah maha suci dari Hudud (ุงูุญุฏูุฏ) maksudnya bahwa Allah maha suci dari Hadd sama sekali. Hadd adalah benda dan ukuran, besar maupun kecil. Suatu benda pasti berada pada suatu tempat dan arah. Sedangkan Allah maha suci dari berupa benda, berarti Allah ada tanpa tempat. Seandainya Allah adalah benda niscaya akan ada banyak serupa bagi-Nya, padahal Allah ta'ala telah berfirman :
[ููุง ุชุถุฑุจูุง ููู ุงูุฃู ุซุงู] (ุณูุฑุฉ ุงููุญู : 74)
Maknanya :
_"Janganlah kalian membuat serupa-serupa bagi Allah "_ (Q.S. an-Nahl : 74)
Jadi barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah memiliki hadd, kita tidak mengetahui hadd tersebut, Allah-lah yang mengetahuinya sungguh dia telah kafir.
Makna (ูุง ุชุญููู ุงูุฌูุงุช ุงูุณุช) bahwa Allah mustahil berada di salah satu arah atau di semua arah karena Allah ada tanpa tempat dan arah. Enam arah yang dimaksud adalah adalah atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang.
Maksud dari (ูุณุงุฆุฑ ุงูู ุจุชุฏุนุงุช ) adalah bahwa semua makhluk diliputi oleh arah, sedangkan Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dari satu segi maupun semua segi dan Allah tidak bisa digambarkan dalam hati dan benak manusia. *Al Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan:*
"ู ูู ุง ุชุตูุฑุช ุจุจุงูู ูุงููู ุจุฎูุงู ุฐูู" ุฑูุงู ุฃุจู ุงููุถู ุงูุชู ูู ู
Maknanya:
_"Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah), maka Allah tidak seperti itu"_ (Diriwayatkan oleh Abu al Fadll at-Tamimi).
*Jika ditanyakan:*
_Bagaimana hal demikian itu bisa terjadi (bahwa ada sesuatu yang ada tetapi tidak bisa dibayangkan dan digambarkan dengan benak)?_
*Maka jawabannya adalah:*
Bahwa di antara makhluk ada yang tidak bisa kita bayangkan akan tetapi kita harus beriman dan meyakini adanya. Yaitu bahwa cahaya dan kegelapan keduanya dulu tidak ada. Tidak ada satupun di antara kita yang bisa membayangkan pada dirinya bagaimana ada suatu waktu atau masa yang berlalu tanpa ada cahaya dan kegelapan di dalamnya ?!. Meski demikian kita wajib beriman dan meyakini bahwa telah ada suatu masa yang berlalu tanpa dibarengi dengan cahaya dan kegelapan, karena Allah ta'ala berfirman :
[ูุฌุนู ุงูุธูู ุงุช ูุงูููุฑ] (ุณูุฑุฉุงูุฃูุนุงู : 1)
Maknanya:
_"โฆ dan yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya"_ (Q.S. al An'am: 1)
yakni menjadikan kegelapan dan cahaya setelah sebelumnya tidak ada.
Jika demikian halnya yang terjadi pada makhluk, maka lebih utama kita beriman dan percaya tentang Allah Yang mengatakan tentang D
"ูุง ุชุตุญ ุงูุนุจุงุฏุฉ ุฅูุง ุจุนุฏ ู ุนุฑูุฉ ุงูู ุนุจูุฏ"
Maknanya:
_โTidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (Allah) yang wajib disembahโ_
Jadi barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan menjadikan-Nya memiliki ukuran yang tidak berpenghabisan misalnya maka dia adalah kafir. Dan tidak sah bentuk-bentuk ibadahnya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya.
*Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi* mudahโmudahan Allah meridlainya ( 227-321 H) mengatakan :
"ุชุนุงููู (ูุนูู ุงููู) ุนู ุงูุญุฏูุฏ ูุงูุบุงูุงุช ูุงูุฃุฑูุงู ูุงูุฃุนุถุงุก ูุงูุฃุฏูุงุช ูุง ุชุญููู ุงูุฌูุงุช ุงูุณุช ูุณุงุฆุฑ ุงูู ุจุชุฏุนุงุช".
_"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut"_
*PENJELASAN :*
*Imam ath-Thahawi adalah Ahmad bin Muhammad bin Sallamah*, lahir tahun 227 H. Jadi beliau masuk dalam makna hadits yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam :
" ุฎููุฑ ุงููุฑูู ูุฑูู ุซู ุงูุฐูู ูููููู ุซู ุงูุฐูู ูููููู " ุฑูุงู ุงูุชุฑู ุฐู
Maknanya :
_"Sebaikโbaik abad adalah abad-ku, kemudian satu abad setelahnya, kemudian satu abad setelahnya"_ (H.R. at-Tirmidzi)
Beliau menyebutkan perkataan tersebut dalam kitab aqidahnya, yang merupakan penjelasan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, yang dianggap baik oleh seluruh ummat dari generasi ke generasi.
Maksud dari Ta'ala (ุชุนุงููู ) adalah bahwa Allah maha suci.
Allah maha suci dari Hudud (ุงูุญุฏูุฏ) maksudnya bahwa Allah maha suci dari Hadd sama sekali. Hadd adalah benda dan ukuran, besar maupun kecil. Suatu benda pasti berada pada suatu tempat dan arah. Sedangkan Allah maha suci dari berupa benda, berarti Allah ada tanpa tempat. Seandainya Allah adalah benda niscaya akan ada banyak serupa bagi-Nya, padahal Allah ta'ala telah berfirman :
[ููุง ุชุถุฑุจูุง ููู ุงูุฃู ุซุงู] (ุณูุฑุฉ ุงููุญู : 74)
Maknanya :
_"Janganlah kalian membuat serupa-serupa bagi Allah "_ (Q.S. an-Nahl : 74)
Jadi barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah memiliki hadd, kita tidak mengetahui hadd tersebut, Allah-lah yang mengetahuinya sungguh dia telah kafir.
Makna (ูุง ุชุญููู ุงูุฌูุงุช ุงูุณุช) bahwa Allah mustahil berada di salah satu arah atau di semua arah karena Allah ada tanpa tempat dan arah. Enam arah yang dimaksud adalah adalah atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang.
Maksud dari (ูุณุงุฆุฑ ุงูู ุจุชุฏุนุงุช ) adalah bahwa semua makhluk diliputi oleh arah, sedangkan Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dari satu segi maupun semua segi dan Allah tidak bisa digambarkan dalam hati dan benak manusia. *Al Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan:*
"ู ูู ุง ุชุตูุฑุช ุจุจุงูู ูุงููู ุจุฎูุงู ุฐูู" ุฑูุงู ุฃุจู ุงููุถู ุงูุชู ูู ู
Maknanya:
_"Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah), maka Allah tidak seperti itu"_ (Diriwayatkan oleh Abu al Fadll at-Tamimi).
*Jika ditanyakan:*
_Bagaimana hal demikian itu bisa terjadi (bahwa ada sesuatu yang ada tetapi tidak bisa dibayangkan dan digambarkan dengan benak)?_
*Maka jawabannya adalah:*
Bahwa di antara makhluk ada yang tidak bisa kita bayangkan akan tetapi kita harus beriman dan meyakini adanya. Yaitu bahwa cahaya dan kegelapan keduanya dulu tidak ada. Tidak ada satupun di antara kita yang bisa membayangkan pada dirinya bagaimana ada suatu waktu atau masa yang berlalu tanpa ada cahaya dan kegelapan di dalamnya ?!. Meski demikian kita wajib beriman dan meyakini bahwa telah ada suatu masa yang berlalu tanpa dibarengi dengan cahaya dan kegelapan, karena Allah ta'ala berfirman :
[ูุฌุนู ุงูุธูู ุงุช ูุงูููุฑ] (ุณูุฑุฉุงูุฃูุนุงู : 1)
Maknanya:
_"โฆ dan yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya"_ (Q.S. al An'am: 1)
yakni menjadikan kegelapan dan cahaya setelah sebelumnya tidak ada.
Jika demikian halnya yang terjadi pada makhluk, maka lebih utama kita beriman dan percaya tentang Allah Yang mengatakan tentang D
zat-Nya ููุณ ูู
ุซูู ุดูุก"", jadi Allah tidak tergambar dalam benak dan tidak diliputi oleh akal, Allah ada, maha suci dari bentuk dan ukura, ada tanpa tempat dan arah.
*Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:*
" ูู ู ูุตู ุงููู ุจู ุนูู ู ู ู ุนุงููู ุงูุจุดุฑ ููุฏ ููุฑ"
_"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir"_
*PENJELASAN :*
Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir. Sifatโsifat manusia banyak sekali. Sifat yang paling menonjol adalah baharu, yakni ada setelah sebelumnya tidak ada. Di antara sifat manusia juga adalah mati, berubah, berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain, bergerak, diam, infi'al (merespon peristiwa dengan kegembiraan atau kesedihan atau semacamnya yang nampak dalam raut muka dan gerakan anggota tubuh), turun dari atas ke bawah, naik dari bawah ke atas, berpindah, memiliki warna, bentuk, panjang, pendek, bertempat pada suatu arah dan tempat, membutuhkan, memperoleh pengetahuan yang baru, terkena lupa, bodoh, duduk, bersemayam, berada di atas sesuatu dengan jarak, berjarak, menempel, berpisah dan lainโlain. Jadi barangsiapa mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia tersebut maka dia telah kafir.
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
*Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:*
" ูู ู ูุตู ุงููู ุจู ุนูู ู ู ู ุนุงููู ุงูุจุดุฑ ููุฏ ููุฑ"
_"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir"_
*PENJELASAN :*
Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir. Sifatโsifat manusia banyak sekali. Sifat yang paling menonjol adalah baharu, yakni ada setelah sebelumnya tidak ada. Di antara sifat manusia juga adalah mati, berubah, berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain, bergerak, diam, infi'al (merespon peristiwa dengan kegembiraan atau kesedihan atau semacamnya yang nampak dalam raut muka dan gerakan anggota tubuh), turun dari atas ke bawah, naik dari bawah ke atas, berpindah, memiliki warna, bentuk, panjang, pendek, bertempat pada suatu arah dan tempat, membutuhkan, memperoleh pengetahuan yang baru, terkena lupa, bodoh, duduk, bersemayam, berada di atas sesuatu dengan jarak, berjarak, menempel, berpisah dan lainโlain. Jadi barangsiapa mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia tersebut maka dia telah kafir.
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
*Tafsir โal-Ma'iyyahโ Pada Hak Allah (Bukan Dalam Makna Menempel; Hati-hati!!!!)*
Oleh : Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
Dalam al-Qurโan Allah berfirman:
ูููููู ู ูุนูููู ู ุฃููููู ู ูุง ููููุชูู ู (ุงูุญุฏูุฏ: 4)
Kata โMaโakumโ dalam ayat ini bukan berarti bahwa Allah menempel, mengiringi, menyatu, atau menetap dengan setiap orang dari kita. Tetapi al-Maโiyyah di sini adalah dalam pengertian bahwa Allah dengan sifat ilmu-Nya mengetahui dimanapun setiap orang dari kita berada. Artinya, yang dimaksud ayat ini adalah โMaโiyyah al-โIlmโ, bukan โMaโiyyah adz-Dzat Bi adz Dzatโ. Terkadang al-Maโiyyah dapat pula dalam pengertian pertolongan dan perlindungan Allah. Seperti firman-Nya dalam QS. an-Nahl: 128:
ุฅูููู ุงูููู ู ูุนู ุงูููุฐููููู ุงุชููููููุง (ุณูุฑุฉ ุงููุญู :128)
Al-ma'iyyah dalam ayat ini bukan bahwa Allah menempati makhluk-Nya, menyatu, atau menempel dengannya. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa Allah memberikan pertolongan dan perlindungan bagi orang-orang sabar. Seorang yang berkeyakinan bahwa Allah menempel, menyatu, atau berpisah dengan jarak, atau bertempat, maka ia telah menjadi kafir. Karena itu, Allah tidak boleh dikatakan bagi-Nya menempel, atau menyatu dengan alam ini, juga tidak boleh dikatakan terpisah dengan jarak, atau berada di luar alam ini. Allah tidak disifati dengan bentuk, baik ukuran besar atau kecil, panjang atau pendek, di luar atau di dalam, menempel atau terpisah, karena semua itu adalah sifat-sifat benda. Dengan demikian, setiap prasangka atau bayangan yang menyandarkan bentuk dan ukuran kepada Allah, atau menyandarkan sifat-sifat benda kepada-Nya, maka itu semua wajib diusir dan dihilangkan dari benak dan pikiran.
Dahulu, orang-orang Yahudi menyandangkan sifat lelah kepada Allah. Mereka berkata: โSetelah Allah menciptakan langit dan bumi Dia beristirahat dan terlentang karena lelahโ. Perkataan semacam ini jelas sebuah kekufuran, karena Allah maha suci dari sifat-sifat benda. Dia maha suci dari sifat-sifat tubuh (al-Infiโalat), seperti lelah, sakit, merasa lezat, dan lainnya. Karena yang mengalami keadaan-keadaan semacam ini pasti sebagai makhluk yang selalu mengalami perubahan. Allah berfirman:
ููููููุฏู ุฎูููููููุง ุงูุณููู ูุงููุงุชู ููุงูุฃูุฑูุถู ููู ูุง ุจูููููููู ูุง ููู ุณูุชููุฉู ุฃููููุงู ู ููู ูุง ู ูุณููููุง ู ููู ููุบูููุจู (ุณูุฑุฉ ู : 38)
โKami (Allah) telah menciptakan semua langit-langit dan bumi dan segala apa yang berada di antara keduanya dalam enam hari dan tidaklah sekali-kali mendapati Kami oleh kelelahanโ (QS. Qaf: 38)
Yang akan merasakan lelah adalah yang melakukan suatu perbuatan dengan perantara anggota-anggota badan. Sedangkan Allah maha suci dari setiap anggota badan. Allah berfirman:
ุฅูููู ุงูููู ูููู ุงูุณููู ูููุนู ุงููุจูุตูููุฑู (ุบุงูุฑ : 20)
โSesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihatโ. (QS. Ghafir: 20)
Allah mendengar dan melihat bukan seperti melihat dan mendengar yang ada pada makhluk. Sifat mendengar (as-Samโu) dan sifat melihat (al-Bashar) pada Allah ada dua sifat-Nya azali yang bukan merupakan sifat-sifat anggota badan. Artinya, bukan dengan telinga, bukan dengan kelopak mata, bukan dengan istilah jarak dekat atau jauh, tidak berhubungan dengan adanya arah, dan tanpa dengan munculnya cahaya dari mata, atau berhembusnya udara.
Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah memiliki telinga maka ia telah kafir, meskipun ia mengatakan bahwa telinga Allah tidak seperti telinga kita. Hal ini berbeda dengan orang yang mengatakan: โLillahi โAin La Ka Aโyuninaโ atau โLillahi Yad La Ka Aidinaโ, (Artinya; โAllah memiliki โAin, tetapi tidak seperti mata kitaโ, atau โAllah memiliki Yad, tetapi tidak seperti tangan kita). Melainkan bahwa โal-โAinโ dan โal-Yadโ ini adalah sebagai sifat-Nya. Kata โal-โAinโ dan kata โal-Yadโ terdapat penyebutannya di dalam al-Qurโan, dengan demikian keduanya boleh kita nisbatkan kepada Allah tanpa kita memahaminya sebagai anggota-anggota badan. Sedangkan kata โal-Udzunโ (telinga) tidak ada penyebutannya dalam nash-nash syariโat dinisbatkan kepada Allah
*(Lebih lengkap tafsir โal-Maโiyyahโ lihat asy-Syarh al-Qawim Fi Hall Alfazh ash-Shirath al-Mustaqim karya al-Hafizh al-Abdari, h. 192,
Oleh : Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
Dalam al-Qurโan Allah berfirman:
ูููููู ู ูุนูููู ู ุฃููููู ู ูุง ููููุชูู ู (ุงูุญุฏูุฏ: 4)
Kata โMaโakumโ dalam ayat ini bukan berarti bahwa Allah menempel, mengiringi, menyatu, atau menetap dengan setiap orang dari kita. Tetapi al-Maโiyyah di sini adalah dalam pengertian bahwa Allah dengan sifat ilmu-Nya mengetahui dimanapun setiap orang dari kita berada. Artinya, yang dimaksud ayat ini adalah โMaโiyyah al-โIlmโ, bukan โMaโiyyah adz-Dzat Bi adz Dzatโ. Terkadang al-Maโiyyah dapat pula dalam pengertian pertolongan dan perlindungan Allah. Seperti firman-Nya dalam QS. an-Nahl: 128:
ุฅูููู ุงูููู ู ูุนู ุงูููุฐููููู ุงุชููููููุง (ุณูุฑุฉ ุงููุญู :128)
Al-ma'iyyah dalam ayat ini bukan bahwa Allah menempati makhluk-Nya, menyatu, atau menempel dengannya. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa Allah memberikan pertolongan dan perlindungan bagi orang-orang sabar. Seorang yang berkeyakinan bahwa Allah menempel, menyatu, atau berpisah dengan jarak, atau bertempat, maka ia telah menjadi kafir. Karena itu, Allah tidak boleh dikatakan bagi-Nya menempel, atau menyatu dengan alam ini, juga tidak boleh dikatakan terpisah dengan jarak, atau berada di luar alam ini. Allah tidak disifati dengan bentuk, baik ukuran besar atau kecil, panjang atau pendek, di luar atau di dalam, menempel atau terpisah, karena semua itu adalah sifat-sifat benda. Dengan demikian, setiap prasangka atau bayangan yang menyandarkan bentuk dan ukuran kepada Allah, atau menyandarkan sifat-sifat benda kepada-Nya, maka itu semua wajib diusir dan dihilangkan dari benak dan pikiran.
Dahulu, orang-orang Yahudi menyandangkan sifat lelah kepada Allah. Mereka berkata: โSetelah Allah menciptakan langit dan bumi Dia beristirahat dan terlentang karena lelahโ. Perkataan semacam ini jelas sebuah kekufuran, karena Allah maha suci dari sifat-sifat benda. Dia maha suci dari sifat-sifat tubuh (al-Infiโalat), seperti lelah, sakit, merasa lezat, dan lainnya. Karena yang mengalami keadaan-keadaan semacam ini pasti sebagai makhluk yang selalu mengalami perubahan. Allah berfirman:
ููููููุฏู ุฎูููููููุง ุงูุณููู ูุงููุงุชู ููุงูุฃูุฑูุถู ููู ูุง ุจูููููููู ูุง ููู ุณูุชููุฉู ุฃููููุงู ู ููู ูุง ู ูุณููููุง ู ููู ููุบูููุจู (ุณูุฑุฉ ู : 38)
โKami (Allah) telah menciptakan semua langit-langit dan bumi dan segala apa yang berada di antara keduanya dalam enam hari dan tidaklah sekali-kali mendapati Kami oleh kelelahanโ (QS. Qaf: 38)
Yang akan merasakan lelah adalah yang melakukan suatu perbuatan dengan perantara anggota-anggota badan. Sedangkan Allah maha suci dari setiap anggota badan. Allah berfirman:
ุฅูููู ุงูููู ูููู ุงูุณููู ูููุนู ุงููุจูุตูููุฑู (ุบุงูุฑ : 20)
โSesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihatโ. (QS. Ghafir: 20)
Allah mendengar dan melihat bukan seperti melihat dan mendengar yang ada pada makhluk. Sifat mendengar (as-Samโu) dan sifat melihat (al-Bashar) pada Allah ada dua sifat-Nya azali yang bukan merupakan sifat-sifat anggota badan. Artinya, bukan dengan telinga, bukan dengan kelopak mata, bukan dengan istilah jarak dekat atau jauh, tidak berhubungan dengan adanya arah, dan tanpa dengan munculnya cahaya dari mata, atau berhembusnya udara.
Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah memiliki telinga maka ia telah kafir, meskipun ia mengatakan bahwa telinga Allah tidak seperti telinga kita. Hal ini berbeda dengan orang yang mengatakan: โLillahi โAin La Ka Aโyuninaโ atau โLillahi Yad La Ka Aidinaโ, (Artinya; โAllah memiliki โAin, tetapi tidak seperti mata kitaโ, atau โAllah memiliki Yad, tetapi tidak seperti tangan kita). Melainkan bahwa โal-โAinโ dan โal-Yadโ ini adalah sebagai sifat-Nya. Kata โal-โAinโ dan kata โal-Yadโ terdapat penyebutannya di dalam al-Qurโan, dengan demikian keduanya boleh kita nisbatkan kepada Allah tanpa kita memahaminya sebagai anggota-anggota badan. Sedangkan kata โal-Udzunโ (telinga) tidak ada penyebutannya dalam nash-nash syariโat dinisbatkan kepada Allah
*(Lebih lengkap tafsir โal-Maโiyyahโ lihat asy-Syarh al-Qawim Fi Hall Alfazh ash-Shirath al-Mustaqim karya al-Hafizh al-Abdari, h. 192,
dan kitab tafsir lainnya)*
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
ใฐโพ๐ผ *Definisi Yang Salah Tentang Syariโat Dan Hakekat | Oleh Dr. H. Kholilurrohman, MA* ๐ผโพใฐ
Ada definisi menyesatkan yang berkembang di sebagaian masyarakat tentang pengertian syariโat dan hakekat. Definisi menyesatkan ini berangkat dari pemahaman membeda-bedakan dalam tataran praktis antara hakikat dan syariโat, atau dalam istilah mereka antara zhahir dan batin. Kesimpulan sesat ini seringkali didasarkan, di antaranya, kepada kisah nabi Musa dan nabi Khadlir. Mereka mengatakan bahwa ahl azh-zhรขhir yaitu para ulama syariโat hanya bergelut di medan ilmu-ilmu praktis saja, sementara ahlal-bรขthin atau ahl al-haqรฎqah telah sampai kepada tujuannya. Dan karenanya, ahl al-bรขthin ini, -menurut mereka-, tidak lagi membutuhkan kepada ajaran-ajaran syariโat, karena semua amalan syariโat pada dasarnya hanya merupakan sarana atau media belaka dalam usaha mencapai hakikat, sementara mereka telah sampai kepada hakikat tersebut[1].
Keyakinan semacam ini jelas merupakan kesesatan dan kekufuran. Karena Rasulullah tidak datang dengan membawa dua syariโat; syariโat untuk ahlazh-zhรขhir dan syariโat untuk ahl al-bรขthin. Ajaran yang dibawa Rasulullah ditujukan bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Benar, tujuan dari pengamalan ajaran-ajaran syariโat adalah untuk mencapai derajat ahl al-maโrifah, ahl al-taqwรข, dan menjadi manusia-manusia yang dicintai oleh Allah (Auliyรขโ Allah). Tetapi derajat agung tersebut tidak akan pernah tercapai kecuali dengan hanya mengikuti ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah. Seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya dalam konsentrasi ibadah kepada Allah, namun tidak dengan jalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah maka semua amal ibadahnya tersebut hanyalah kesia-siaan belaka.
Simak pernyataan Imam al-Junaid al-Baghdadi:
_โSesungguhnya kaum yang berpendapat bahwa amalan-amalan syariโat dapat menjadi gugur (karena ketinggian derajat seseorang) adalah pendapat yang menyesatkan. Bagiku seorang yang mencuri atau yang berbuat zina lebih baik dari pada orang yang berpendapat demikian. Sesungguhnya orang-orang yang โรrif Billรขh bahwa mereka sampai kepada derajat maโrifat tersebut adalah karena pengamalan mereka terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Jika aku hidup dalam seribu tahun maka aku tidak akan berbuat kebaikan sedikitpun kecuali didasarkankepada perintah-perintah-Nyaโ_ [2].
Dalam kesempatan lain Imam al-Junaid berkata:
_โSeluruh jalan menuju Allah tertutup bagi semua makhluk (untuk mencapai maโrifat Allah), kecuali jalan orang yang benar-benar mengikuti jalan Rasulullahโ_ [3].
Imam Ahmad ar-Rifaโi dalam kitab al-Burhรขn al-Muโayyad, menuliskan sebagai berikut:
_โJanganlah kalian berkata seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang mengaku sufi: โKita ahli batin dan mereka (ulama syariโat) ahli zhahirโ. Karena dalam agama ini keduanya, zhahir dan batin adalah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Batin adalah inti dari zhahir, dan zhahir adalah wadah bagi batin. Kalaulah tidak ada zhahir tentu tidak akan ada batin. Ketiadaan zhahir pasti menuntut ketiadaan batin. Hati tidak dapat berdiri sendiri kecuali dengan adanya jasad. Kalaulah bukan karena jasad maka hati tidak akan pernah ada. Hati ini adalah cahaya bagi jasad. Ilmu yang oleh sebagain (kaum sufi) disebut ilmu batin adalah ilmu-ilmu yang terkait denganpembersihan hati. Sementara ilmu zhahir ilmu-ilmu yang secara praktis terkait dengan anggota-anggota tubuh. Seandainya engkau meletakan niat yang baik dalam Hatimu dan Hatimu tersebut bersih dari kotoran-kotoran, namun dalam praktek anggota badan engkau mencuri, berzina, makan harta riba, minum khamr, berbohong, takabur, buruk kata-kata, maka apalah artinya niat baik yang telah engkau letakan dalam Hatimu?! Demikian pula apa bila engkau melaksanakan ibadah kepada Allah dengan sangat tekun, memelihara anggota tubuh dari hal-hal yang haram, berpuasa, bersedekah, bersopan santun kepada sesama, sementara dalam Hatimu engkau meletakkan riya, sombong, supaya dilihat dan mendapat pujian dari orang lain, maka apalah artinya amalan dengan anggota badan yang engkau perbuat tersebut?! Denga
Ada definisi menyesatkan yang berkembang di sebagaian masyarakat tentang pengertian syariโat dan hakekat. Definisi menyesatkan ini berangkat dari pemahaman membeda-bedakan dalam tataran praktis antara hakikat dan syariโat, atau dalam istilah mereka antara zhahir dan batin. Kesimpulan sesat ini seringkali didasarkan, di antaranya, kepada kisah nabi Musa dan nabi Khadlir. Mereka mengatakan bahwa ahl azh-zhรขhir yaitu para ulama syariโat hanya bergelut di medan ilmu-ilmu praktis saja, sementara ahlal-bรขthin atau ahl al-haqรฎqah telah sampai kepada tujuannya. Dan karenanya, ahl al-bรขthin ini, -menurut mereka-, tidak lagi membutuhkan kepada ajaran-ajaran syariโat, karena semua amalan syariโat pada dasarnya hanya merupakan sarana atau media belaka dalam usaha mencapai hakikat, sementara mereka telah sampai kepada hakikat tersebut[1].
Keyakinan semacam ini jelas merupakan kesesatan dan kekufuran. Karena Rasulullah tidak datang dengan membawa dua syariโat; syariโat untuk ahlazh-zhรขhir dan syariโat untuk ahl al-bรขthin. Ajaran yang dibawa Rasulullah ditujukan bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Benar, tujuan dari pengamalan ajaran-ajaran syariโat adalah untuk mencapai derajat ahl al-maโrifah, ahl al-taqwรข, dan menjadi manusia-manusia yang dicintai oleh Allah (Auliyรขโ Allah). Tetapi derajat agung tersebut tidak akan pernah tercapai kecuali dengan hanya mengikuti ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah. Seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya dalam konsentrasi ibadah kepada Allah, namun tidak dengan jalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah maka semua amal ibadahnya tersebut hanyalah kesia-siaan belaka.
Simak pernyataan Imam al-Junaid al-Baghdadi:
_โSesungguhnya kaum yang berpendapat bahwa amalan-amalan syariโat dapat menjadi gugur (karena ketinggian derajat seseorang) adalah pendapat yang menyesatkan. Bagiku seorang yang mencuri atau yang berbuat zina lebih baik dari pada orang yang berpendapat demikian. Sesungguhnya orang-orang yang โรrif Billรขh bahwa mereka sampai kepada derajat maโrifat tersebut adalah karena pengamalan mereka terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Jika aku hidup dalam seribu tahun maka aku tidak akan berbuat kebaikan sedikitpun kecuali didasarkankepada perintah-perintah-Nyaโ_ [2].
Dalam kesempatan lain Imam al-Junaid berkata:
_โSeluruh jalan menuju Allah tertutup bagi semua makhluk (untuk mencapai maโrifat Allah), kecuali jalan orang yang benar-benar mengikuti jalan Rasulullahโ_ [3].
Imam Ahmad ar-Rifaโi dalam kitab al-Burhรขn al-Muโayyad, menuliskan sebagai berikut:
_โJanganlah kalian berkata seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang mengaku sufi: โKita ahli batin dan mereka (ulama syariโat) ahli zhahirโ. Karena dalam agama ini keduanya, zhahir dan batin adalah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Batin adalah inti dari zhahir, dan zhahir adalah wadah bagi batin. Kalaulah tidak ada zhahir tentu tidak akan ada batin. Ketiadaan zhahir pasti menuntut ketiadaan batin. Hati tidak dapat berdiri sendiri kecuali dengan adanya jasad. Kalaulah bukan karena jasad maka hati tidak akan pernah ada. Hati ini adalah cahaya bagi jasad. Ilmu yang oleh sebagain (kaum sufi) disebut ilmu batin adalah ilmu-ilmu yang terkait denganpembersihan hati. Sementara ilmu zhahir ilmu-ilmu yang secara praktis terkait dengan anggota-anggota tubuh. Seandainya engkau meletakan niat yang baik dalam Hatimu dan Hatimu tersebut bersih dari kotoran-kotoran, namun dalam praktek anggota badan engkau mencuri, berzina, makan harta riba, minum khamr, berbohong, takabur, buruk kata-kata, maka apalah artinya niat baik yang telah engkau letakan dalam Hatimu?! Demikian pula apa bila engkau melaksanakan ibadah kepada Allah dengan sangat tekun, memelihara anggota tubuh dari hal-hal yang haram, berpuasa, bersedekah, bersopan santun kepada sesama, sementara dalam Hatimu engkau meletakkan riya, sombong, supaya dilihat dan mendapat pujian dari orang lain, maka apalah artinya amalan dengan anggota badan yang engkau perbuat tersebut?! Denga
n demikian jelas batin adalah intisari dari pada zhahir dan zhahir adalah wadah bagi batin, tidak ada perbedaan pada keduanya_ [4].
Membuat dikotomi antara syariโat dan hakekat adalah kesalahan besar. Syariโat dan hakekat adalah laksana dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan syariโat adalah pencapaian terhadap hakekat. Dan kahekat tidak akan pernah diraih kecuali dengan jalan syariโat. Sebagaian ulama membuat gambaran kesatuan perkara-perkara ini dalam tiga perumpamaan. Pertama; Syariโat diibaratkan sebagai perahu atau sampan. Kedua; Tarekat diibaratkan sebagai lautan. Dan yang terakhir, hakekat diibaratkan sebagai mutiara. Seorang yang hendak meraih mutiara, maka ia harus menaiki perahu dan melewati lautan. Sudah pasti bahwa kedua perantara ini; yaitu perahu dan luatan, adalah keharusan yang tidak boleh dilewatkan bagi yang benar-benar menginginkan mutiara.
Syaikh Zainuddin IbnโAli al-Malibari dalam Nadzam Hidรขyah al-Adzkiyรขโ membuatgambaran tersebut sebagai berikut:
ููุดููุฑูููุนูุฉู ููุณููููููููุฉู ููุทูุฑููููููุฉู # ููุงููุจููุญูุฑูุซูู ูู ุญููููููููุฉู ุฏูุฑูู ุบูููุงู
ู ูููู ุฑูุงู ู ุฏูุฑููุง ูููุณููููููููุฉู ููุฑููููุจู # ููููุบููููุตูุจูุญููุฑูุง ุซูู ู ุฏูุฑูู ุญูุตููุงู
ููููุฐูุง ุงูุทูุฑูููููุฉู ููุงููุญูููููููุฉู ููุง ุฃุฎููู # ู ูููุบูููุฑู ููุนููู ุดูุฑูููุนูุฉู ูููู ุชูุญูุตููุงู[5]
โSyariโat ibarat perahu, tarekat ibarat lautan, dan hakekat ibarat mutiara yang berharga. Siapa yang menginginkan mutiara, maka ia harus menaiki parahu, kemudian menyelam dilautan, maka dia akan meraih mutiara tersebut. Demikian pula tarekat dan hakekat, wahai saudaraku, dengan tanpa pengamalan terhadap syariโat maka hakekat tersebut tidak akan pernah didapatkanโ.
Syaikh Nawawi al-Bantani dalam menjelaskan bait di atas mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali dengan melaksanakan tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan satu dari lainnya. Pertama; Syariโat; yaitu dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Kedua; Tarekat; ialah menteladani segala prilaku Rasulullah dalam berbagai keadaannya. Ketiga; Hakekat, yaitu buah yang akan dicapai dari perjalan syariโat dan tarekat[6].
Sebagian ulama lain mencontohkan kesatuan tiga unsur ini dengan sebuah kelapa. Syariโat diibarakan sebagai kulit kelapa, tarekat sebagai daging kelapa dan hakekat sebagai minyak dari inti kelapa. Artinya bahwa perantara-perantara untuk dapat mendapatkan inti kelapa yang berupa minyak adalah keharusan yang tidak mungkin ditinggalkan[7].
Imam Ahmad ar-Rifaโi pada bagian lain dalam kitab al-Burhรขn al-Muโayyad menyatakan bahwa puncak tujuan dari perjalanan kaum sufi adalah sama dengan puncak tujuan dari perjalanan para ulama fiqih atau ulama syariโat. Demikian pula sebaliknya, tujuan utama ulama fiqih adalah juga merupakan tujuan utama para kaum sufi. Kemudian rintangan-rintangan jalan yang dilalui ulama fiqih dalam mencari ilmu adalah juga rintangan yang sama yang dihadapi kaum sufi dalam sulรปk mereka. Maka syariโat adalah tarekat, dan tarekat adalah syariโat. Keduanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kandungan atau isi dan tujuannya adalah satu. Perbedaan hanya dari segi lafazh saja. Jika seorang sufi mengingkari seorang ahli fiqih (al-faqรฎh), maka tidak lain sufi tersebut pasti seorang yang tertipu. Demikian sebaliknya, jika seorang ahli fiqih mengingkari seorang sufi maka tidak lain ahli fiqih tersebut pasti seorang yang dijauhkan oleh Allah dari karunia-Nya[8].
Seorang wali Allah, seluhur apapun derajat takwa dan kemuliaan yang telah ia raih, maka kewajiban-kewajiban syariโat akan selalu tetap ada pada pundaknya dan tidak akan pernah gugur darinya. Rasulullah tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang bila telah mencapai derajat tinggi maka kewajiban syariโat menjadi gugur darinya. Oleh karenanya, kita tidak menemui satupun keadaan di antara para sahabat nabi di mana kewajiban-kewajiban syariโat telah gugur dari sebagian mereka. Padahal banyak di kalangan sahabat tersebut yang notabene sebagai para wali Allah, bahkan sebagai para wali terkemuka (Kibรขral-Auliyรขโ). Sahabat
Membuat dikotomi antara syariโat dan hakekat adalah kesalahan besar. Syariโat dan hakekat adalah laksana dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan syariโat adalah pencapaian terhadap hakekat. Dan kahekat tidak akan pernah diraih kecuali dengan jalan syariโat. Sebagaian ulama membuat gambaran kesatuan perkara-perkara ini dalam tiga perumpamaan. Pertama; Syariโat diibaratkan sebagai perahu atau sampan. Kedua; Tarekat diibaratkan sebagai lautan. Dan yang terakhir, hakekat diibaratkan sebagai mutiara. Seorang yang hendak meraih mutiara, maka ia harus menaiki perahu dan melewati lautan. Sudah pasti bahwa kedua perantara ini; yaitu perahu dan luatan, adalah keharusan yang tidak boleh dilewatkan bagi yang benar-benar menginginkan mutiara.
Syaikh Zainuddin IbnโAli al-Malibari dalam Nadzam Hidรขyah al-Adzkiyรขโ membuatgambaran tersebut sebagai berikut:
ููุดููุฑูููุนูุฉู ููุณููููููููุฉู ููุทูุฑููููููุฉู # ููุงููุจููุญูุฑูุซูู ูู ุญููููููููุฉู ุฏูุฑูู ุบูููุงู
ู ูููู ุฑูุงู ู ุฏูุฑููุง ูููุณููููููููุฉู ููุฑููููุจู # ููููุบููููุตูุจูุญููุฑูุง ุซูู ู ุฏูุฑูู ุญูุตููุงู
ููููุฐูุง ุงูุทูุฑูููููุฉู ููุงููุญูููููููุฉู ููุง ุฃุฎููู # ู ูููุบูููุฑู ููุนููู ุดูุฑูููุนูุฉู ูููู ุชูุญูุตููุงู[5]
โSyariโat ibarat perahu, tarekat ibarat lautan, dan hakekat ibarat mutiara yang berharga. Siapa yang menginginkan mutiara, maka ia harus menaiki parahu, kemudian menyelam dilautan, maka dia akan meraih mutiara tersebut. Demikian pula tarekat dan hakekat, wahai saudaraku, dengan tanpa pengamalan terhadap syariโat maka hakekat tersebut tidak akan pernah didapatkanโ.
Syaikh Nawawi al-Bantani dalam menjelaskan bait di atas mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali dengan melaksanakan tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan satu dari lainnya. Pertama; Syariโat; yaitu dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Kedua; Tarekat; ialah menteladani segala prilaku Rasulullah dalam berbagai keadaannya. Ketiga; Hakekat, yaitu buah yang akan dicapai dari perjalan syariโat dan tarekat[6].
Sebagian ulama lain mencontohkan kesatuan tiga unsur ini dengan sebuah kelapa. Syariโat diibarakan sebagai kulit kelapa, tarekat sebagai daging kelapa dan hakekat sebagai minyak dari inti kelapa. Artinya bahwa perantara-perantara untuk dapat mendapatkan inti kelapa yang berupa minyak adalah keharusan yang tidak mungkin ditinggalkan[7].
Imam Ahmad ar-Rifaโi pada bagian lain dalam kitab al-Burhรขn al-Muโayyad menyatakan bahwa puncak tujuan dari perjalanan kaum sufi adalah sama dengan puncak tujuan dari perjalanan para ulama fiqih atau ulama syariโat. Demikian pula sebaliknya, tujuan utama ulama fiqih adalah juga merupakan tujuan utama para kaum sufi. Kemudian rintangan-rintangan jalan yang dilalui ulama fiqih dalam mencari ilmu adalah juga rintangan yang sama yang dihadapi kaum sufi dalam sulรปk mereka. Maka syariโat adalah tarekat, dan tarekat adalah syariโat. Keduanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kandungan atau isi dan tujuannya adalah satu. Perbedaan hanya dari segi lafazh saja. Jika seorang sufi mengingkari seorang ahli fiqih (al-faqรฎh), maka tidak lain sufi tersebut pasti seorang yang tertipu. Demikian sebaliknya, jika seorang ahli fiqih mengingkari seorang sufi maka tidak lain ahli fiqih tersebut pasti seorang yang dijauhkan oleh Allah dari karunia-Nya[8].
Seorang wali Allah, seluhur apapun derajat takwa dan kemuliaan yang telah ia raih, maka kewajiban-kewajiban syariโat akan selalu tetap ada pada pundaknya dan tidak akan pernah gugur darinya. Rasulullah tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang bila telah mencapai derajat tinggi maka kewajiban syariโat menjadi gugur darinya. Oleh karenanya, kita tidak menemui satupun keadaan di antara para sahabat nabi di mana kewajiban-kewajiban syariโat telah gugur dari sebagian mereka. Padahal banyak di kalangan sahabat tersebut yang notabene sebagai para wali Allah, bahkan sebagai para wali terkemuka (Kibรขral-Auliyรขโ). Sahabat
Abu Bakr ash-Shiddiq misalkan, adalah orang yang paling mulia dari seluruh umat Muhammad, pemimpin tertinggi dalam derajat kewalian, dan lebih utama dari seluruh wali Allah yang hidup sesudahnya, bahwa beliau tidak pernah sedikit punmerasa bahwa kewajiban-kewajiban syariโat telah gugur darinya. Dua puluh empat jam dari setiap detik waktunya beliau habiskan dalam ibadah kepada Allah dan dalam menegakkan syariโat Allah. Demikian pula dengan sahabat โUmar ibn al-Khaththab, โUtsman ibn โAffan, dan โAli ibn Abi Thalib. Karena itu para ulama Ahlussunnah telah bersepakat (Ijmaโ) bahwa orang yang mengatakan bahwa ibadah dan mujรขhadah yang telah mencapai puncak tertingginya dapat menggugurkan ajaran-ajaran syariโat maka orang ini telah keluar dari Islam menjadi kafir[9].
Simak kisah nyata yang terjadi pada Syaikh โAbd al-Qadir al-Jailani. Suatu ketika, Syaikh โAbd al-Qadir dalam khlawah-nya didatangi Iblis dalam bentuk cahaya. Iblis berkata: โWahai hambaku, wahai โAbd al-Qadir, aku adalah tuhanmu, aku halalkan bagimu segala sesuatu yang telah aku haramkanโ. Tanpa berfikir panjang Syaikh โAbd al-Qadir menjawab: โTerlaknat engkau wahai Iblis...!โ. Syaikh โAbd al-Qadir seorang โรrif Billรขh, beliau tahu bahwa yang berbicara tersebut adalah Iblis. Karena Allah bukan cahaya atau sinar, Allah tidak berkata-kata dengan suara dan huruf, juga Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, serta karena Allah tidak menghalalkan sesuatu yang telah diharamkannya[10].
Kemudian Imam Ahmad ar-Rifaโi dalam menjelaskan bahwa hukum-hukum syariโat tidak akan pernah gugur dari siapapun menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sifat-sifat kewalian bukanlah seperti orang-orang semacam Firโaun atau semacam Namrud. Orang semacam Firโaun, -ketika telah meraih apa yang diinginkan- maka berkata: โAnรข Rabbukum al-Aโlรขโฆ (Saya adalah tuhan kalian yang maha tinggi)โ. Demikian pula kesombongan yang diungkapkan Namrud, dia mengaku sebagai Tuhan. Sikap kufur semacam ini jelas tidak akan pernah ada pada diri seorang wali Allah. Seorang yang dicintai oleh Allah tidak akan pernah berkata โAnรข Allahโฆโ. Bagaimana mungkin seorang sufi dengan gelar โal-Faqรฎrโ mengaku bahwa dirinya Tuhan. Lantas dimanakah letak kefakirannya?! Sementara Allah berfirman:
ููุง ุฃููููููุง ุงููููุงุณูุฃูููุชูู ู ุงููููููุฑูุงุกู ุฅูููู ุงูููููู (ูุงุทุฑ: 15)
โWahai sekalian manusia, kalian semua adalah orang-orang fakir yang membutuhkan kepada Allahโ. (QS.Fรขthir: 15).
Kemudian lebih dari pada ini, Rasulullah yang notabene merupakan panutan kaum sufi, dan seorang kekasih Allah yang telah mendapat derajat maโrifat yang tidak pernah diraih oleh siapapun, beliau tidak pernah mengatakan kata-kata buruk semacam itu. Justru sebaliknya, dengan tegas beliau mengatakan bahwa dirinya berasal dari kalangan manusia. Sebagaimanafirman Allah:
ูููู ุฅููููู ูุง ุฃูููุงุจูุดูุฑู ู ูุซูููููู ู ูููุญูู ุฅูููููู(ุงูููู: 110)
โKatakanlah -wahai Muhammad- sesungguhnya saya adalah manusia seperti kalian yang diberikan wahyu kepadakuโ. (QS. al-Kahfi: 110)
Kemudian dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
ููุฅูููููุณูุชู ุจูู ููููู ุฅููู ูุง ุฃููุง ุงุจููู ุงู ูุฑูุฃุฉู ู ููู ููุฑูููุดู ููุงููุชู ุชูุฃููููู ุงููููุฏูููุฏู(ุฑูููุงูู ุงุจููู ู ูุงุฌูู ููุงููุญูุงููู )
โSesungguhnya saya bukanlah malaikat, saya hanyalah seorang anak seorang perempuan dari suku Quraisy; seorang perempuan yang suka makan qadidโ (daging yang dijemur). (HR. Ibn Majah dan al-Hakim).
*Catatan Kaki*
[1] IbnโArabi yang oleh sebagian orang dianggap telah membuat dikotomi antara hakekat dan syariโat justru sebaliknya, beliau menentang adanya pemilahan semacam ini. Beliau memandang bahwa hakekat dan syriโat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Adanya dikotomi semacam ini adalah penyebab utama dari lahirnya faham yang membedakan antara ulama syariโat dan ulama hakekat. Kesimpulan selanjutnya dari faham sesat ini adalah menetapkan adanya perbedaan jalan yang ditempuh oleh dua kubu tersebut. Lebih lengkap ungkapan-ungkapan Ibn โArabi tentang masalah ini lihat pada bab kajian karya-karya Ibn โArabi dari buku ini.
[2] Lihatal-Qusyairi, ar-Risรขlahโฆ, h. 430
[3] Ibid
[4] ar-Rifaโi, Maqรขl
Simak kisah nyata yang terjadi pada Syaikh โAbd al-Qadir al-Jailani. Suatu ketika, Syaikh โAbd al-Qadir dalam khlawah-nya didatangi Iblis dalam bentuk cahaya. Iblis berkata: โWahai hambaku, wahai โAbd al-Qadir, aku adalah tuhanmu, aku halalkan bagimu segala sesuatu yang telah aku haramkanโ. Tanpa berfikir panjang Syaikh โAbd al-Qadir menjawab: โTerlaknat engkau wahai Iblis...!โ. Syaikh โAbd al-Qadir seorang โรrif Billรขh, beliau tahu bahwa yang berbicara tersebut adalah Iblis. Karena Allah bukan cahaya atau sinar, Allah tidak berkata-kata dengan suara dan huruf, juga Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, serta karena Allah tidak menghalalkan sesuatu yang telah diharamkannya[10].
Kemudian Imam Ahmad ar-Rifaโi dalam menjelaskan bahwa hukum-hukum syariโat tidak akan pernah gugur dari siapapun menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sifat-sifat kewalian bukanlah seperti orang-orang semacam Firโaun atau semacam Namrud. Orang semacam Firโaun, -ketika telah meraih apa yang diinginkan- maka berkata: โAnรข Rabbukum al-Aโlรขโฆ (Saya adalah tuhan kalian yang maha tinggi)โ. Demikian pula kesombongan yang diungkapkan Namrud, dia mengaku sebagai Tuhan. Sikap kufur semacam ini jelas tidak akan pernah ada pada diri seorang wali Allah. Seorang yang dicintai oleh Allah tidak akan pernah berkata โAnรข Allahโฆโ. Bagaimana mungkin seorang sufi dengan gelar โal-Faqรฎrโ mengaku bahwa dirinya Tuhan. Lantas dimanakah letak kefakirannya?! Sementara Allah berfirman:
ููุง ุฃููููููุง ุงููููุงุณูุฃูููุชูู ู ุงููููููุฑูุงุกู ุฅูููู ุงูููููู (ูุงุทุฑ: 15)
โWahai sekalian manusia, kalian semua adalah orang-orang fakir yang membutuhkan kepada Allahโ. (QS.Fรขthir: 15).
Kemudian lebih dari pada ini, Rasulullah yang notabene merupakan panutan kaum sufi, dan seorang kekasih Allah yang telah mendapat derajat maโrifat yang tidak pernah diraih oleh siapapun, beliau tidak pernah mengatakan kata-kata buruk semacam itu. Justru sebaliknya, dengan tegas beliau mengatakan bahwa dirinya berasal dari kalangan manusia. Sebagaimanafirman Allah:
ูููู ุฅููููู ูุง ุฃูููุงุจูุดูุฑู ู ูุซูููููู ู ูููุญูู ุฅูููููู(ุงูููู: 110)
โKatakanlah -wahai Muhammad- sesungguhnya saya adalah manusia seperti kalian yang diberikan wahyu kepadakuโ. (QS. al-Kahfi: 110)
Kemudian dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
ููุฅูููููุณูุชู ุจูู ููููู ุฅููู ูุง ุฃููุง ุงุจููู ุงู ูุฑูุฃุฉู ู ููู ููุฑูููุดู ููุงููุชู ุชูุฃููููู ุงููููุฏูููุฏู(ุฑูููุงูู ุงุจููู ู ูุงุฌูู ููุงููุญูุงููู )
โSesungguhnya saya bukanlah malaikat, saya hanyalah seorang anak seorang perempuan dari suku Quraisy; seorang perempuan yang suka makan qadidโ (daging yang dijemur). (HR. Ibn Majah dan al-Hakim).
*Catatan Kaki*
[1] IbnโArabi yang oleh sebagian orang dianggap telah membuat dikotomi antara hakekat dan syariโat justru sebaliknya, beliau menentang adanya pemilahan semacam ini. Beliau memandang bahwa hakekat dan syriโat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Adanya dikotomi semacam ini adalah penyebab utama dari lahirnya faham yang membedakan antara ulama syariโat dan ulama hakekat. Kesimpulan selanjutnya dari faham sesat ini adalah menetapkan adanya perbedaan jalan yang ditempuh oleh dua kubu tersebut. Lebih lengkap ungkapan-ungkapan Ibn โArabi tentang masalah ini lihat pada bab kajian karya-karya Ibn โArabi dari buku ini.
[2] Lihatal-Qusyairi, ar-Risรขlahโฆ, h. 430
[3] Ibid
[4] ar-Rifaโi, Maqรขl
รขt Min al-Burhรขnโฆ, h. 50-51
[5] Lihat Zainuddin Ibn โAli al-Malibari, Hidรขyah al-Adzkiyรขโโฆ, h. 9-12.
[6] al-Bantani, Salรขlim al-Fudlalรขโ, h. 3.
[7] al-Bakri, Kifรขyah al-Atqiyรขโโฆ, h. 9. Perumpamaan - perumpamaan semacam ini banyak disebutkan oleh Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatรขwรข al-Hadรฎtsiyyah, lihat kitab h. 221-222
[8] ar-Rifaโi, Maqรขlรขt Min al-Burhรขnโฆ, , h. 80-81
[9] Lihat al-QรขdlรฎโIyad, asy-Syifรข Bi Taโrif Huqรปq al-Mushthafรข, j. 2, h. 239
[10] Lihatasy-Syaโrani, ath-Thabaqรขtโฆ, j. 1, h. 218
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
[5] Lihat Zainuddin Ibn โAli al-Malibari, Hidรขyah al-Adzkiyรขโโฆ, h. 9-12.
[6] al-Bantani, Salรขlim al-Fudlalรขโ, h. 3.
[7] al-Bakri, Kifรขyah al-Atqiyรขโโฆ, h. 9. Perumpamaan - perumpamaan semacam ini banyak disebutkan oleh Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatรขwรข al-Hadรฎtsiyyah, lihat kitab h. 221-222
[8] ar-Rifaโi, Maqรขlรขt Min al-Burhรขnโฆ, , h. 80-81
[9] Lihat al-QรขdlรฎโIyad, asy-Syifรข Bi Taโrif Huqรปq al-Mushthafรข, j. 2, h. 239
[10] Lihatasy-Syaโrani, ath-Thabaqรขtโฆ, j. 1, h. 218
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
ใฐโพ๐ผ *Bukti-Bukti Tekstual Kebenaran Akidah Asyโariyyah Sebagai Akidah Ahlussunnah* ๐ผโพใฐ
Oleh : *Dr. H. Kholilurrohman, MA*
*Firman Allah QS. Al Maโidah: 54*
Dalam al-Qurโan Allah berfirman:
ููุงุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุกูุงู ููููุง ู ูู ููุฑูุชูุฏูู ู ููููู ู ุนููู ุฏูููููู ููุณููููู ููุฃูุชูู ุงูููู ุจูููููู ู ููุญูุจููููู ู ููููุญูุจููููููู ุฃูุฐููููุฉู ุนูููู ุงููู ูุคูู ูููููู ุฃูุนูุฒููุฉู ุนูููู ุงููููุงููุฑูููู ููุฌูุงููุฏูููู ููู ุณูุจูููู ุงูููู ูููุงู ููุฎูุงููููู ููููู ูุฉู ูุขูุฆูู ู ุฐููููู ููุถููู ุงูููู ููุคูุชูููู ู ูู ููุดูุขุกู ููุงูููู ููุงุณูุนู ุนููููู ู (ุงูู ุงุฆุฏุฉ: 54)
Maknanya:
_โWahai sekalian orang beriman barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah, mereka adalah orang-orang yang lemah lembut kepada sesama orang mukmin dan sangat kuat -ditakuti- oleh orang-orang kafir. Mereka berjihad dijalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap cacian orang yang mencaciโ._ *(QS. Al-Maโidah: 54)*
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika turun ayat ini, Rasulullah memberitakannya sambil menepuk pundak sahabat *Abu Musa al-Asyโari*, seraya bersabda: _*โMereka (kaum tersebut) adalah kaum orang ini!!โ*_. Dari hadits ini para ulama menyimpulkan bahwa kaum yang dipuji dalam ayat di atas tidak lain adalah kaum Asyโariyyah, karena sahabat Abu Musa al-Asyโari adalah moyang dari al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโari, sebagaimana telah kita tulis dalam biografi ringkas al-Imรขm Abu al-Hasan sendiri.
Dalam penafsiran firman Allah di atas: _โMaka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah...._โ (QS. Al-Maโidah: 54), al-Imรขm Mujahid berkata: _โMereka adalah kaum dari negeri Sabaโ (Yaman)โ_. Kemudian al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menambahkan: _โDan orang-orang Asyโariyyah adalah kaum yang berasal dari negeri Saba'"_[1].
Lebih dari pada itu Ibn Asakir sendiri dalam kitab Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ telah mengutip pernyataan para ulama hadits terkemuka (Huffรขzh al-Hadรฎts) sebelumnya yang telah menafsirkan ayat tersebut demikian, di antaranya ahli hadits terkemuka al-Imรขm al-Hรขfizh Abu Bakar al-Bayhaqi penulis kitab Sunan al-Bayhaqi dan berbagai karya besar lainnya.
Al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menuliskan pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi dengan sanad-nya dari Yahya ibn Fadlillah al-Umari, dari Makky ibn Allan, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu al-Qasim ad-Damasyqi, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn al-Fadl al-Furawy, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Bayhaqi, bahwa ia (al-Bayhaqi) berkata:
_โSesungguhnya sebagian para Imam kaum Asyโariyyah -semoga Allah merahmati mereka- mengingatkanku dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari โIyadl al-Asyโari, bahwa ketika turun firman Allah: (Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah) QS. Al-Maโidah: 54, Rasulullah kemudian berisyarat kepada sahabat Abu Musa al-Asyโari, seraya berkata: โMereka adalah kaum orang iniโ. Dalam hadits ini terdapat isyarat akan keutamaan dan derajat mulia bagi al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโari, karena tidak lain beliau adalah berasal dari kaum dan keturunan sahabat Abu Musa al-Asyโari. Mereka adalah kaum yang diberi karunia ilmu dan pemahaman yang benar. Lebih khusus lagi mereka adalah kaum yang memiliki kekuatan dalam membela sunah-sunnah Rasulullah dan memerangi berbagai macam bidโah. Mereka memiliki dalil-dalil yang kuat dalam memerangi bebagai kebatilan dan kesesatan. Dengan demikian pujian dalam ayat di atas terhadap kaum Asyโariyyah, bahwa mereka kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah, adalah karena telah terbukti bahwa akidah yang mereka yakini sebagai akidah yang hak, dan bahwa ajaran agama yang mereka bawa sebagai ajaran yang benar, serta terbukti bahwa mereka adalah kaum yang memiliki kayakinan yang sangat kuat. Maka siapapun yang di dalam akidahnya mengikuti ajaran-ajaran mereka, artinya dalam konsep meniadakan keserupaan Allah dengan segala makhluk-Ny
Oleh : *Dr. H. Kholilurrohman, MA*
*Firman Allah QS. Al Maโidah: 54*
Dalam al-Qurโan Allah berfirman:
ููุงุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุกูุงู ููููุง ู ูู ููุฑูุชูุฏูู ู ููููู ู ุนููู ุฏูููููู ููุณููููู ููุฃูุชูู ุงูููู ุจูููููู ู ููุญูุจููููู ู ููููุญูุจููููููู ุฃูุฐููููุฉู ุนูููู ุงููู ูุคูู ูููููู ุฃูุนูุฒููุฉู ุนูููู ุงููููุงููุฑูููู ููุฌูุงููุฏูููู ููู ุณูุจูููู ุงูููู ูููุงู ููุฎูุงููููู ููููู ูุฉู ูุขูุฆูู ู ุฐููููู ููุถููู ุงูููู ููุคูุชูููู ู ูู ููุดูุขุกู ููุงูููู ููุงุณูุนู ุนููููู ู (ุงูู ุงุฆุฏุฉ: 54)
Maknanya:
_โWahai sekalian orang beriman barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah, mereka adalah orang-orang yang lemah lembut kepada sesama orang mukmin dan sangat kuat -ditakuti- oleh orang-orang kafir. Mereka berjihad dijalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap cacian orang yang mencaciโ._ *(QS. Al-Maโidah: 54)*
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika turun ayat ini, Rasulullah memberitakannya sambil menepuk pundak sahabat *Abu Musa al-Asyโari*, seraya bersabda: _*โMereka (kaum tersebut) adalah kaum orang ini!!โ*_. Dari hadits ini para ulama menyimpulkan bahwa kaum yang dipuji dalam ayat di atas tidak lain adalah kaum Asyโariyyah, karena sahabat Abu Musa al-Asyโari adalah moyang dari al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโari, sebagaimana telah kita tulis dalam biografi ringkas al-Imรขm Abu al-Hasan sendiri.
Dalam penafsiran firman Allah di atas: _โMaka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah...._โ (QS. Al-Maโidah: 54), al-Imรขm Mujahid berkata: _โMereka adalah kaum dari negeri Sabaโ (Yaman)โ_. Kemudian al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menambahkan: _โDan orang-orang Asyโariyyah adalah kaum yang berasal dari negeri Saba'"_[1].
Lebih dari pada itu Ibn Asakir sendiri dalam kitab Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ telah mengutip pernyataan para ulama hadits terkemuka (Huffรขzh al-Hadรฎts) sebelumnya yang telah menafsirkan ayat tersebut demikian, di antaranya ahli hadits terkemuka al-Imรขm al-Hรขfizh Abu Bakar al-Bayhaqi penulis kitab Sunan al-Bayhaqi dan berbagai karya besar lainnya.
Al-Hรขfizh Ibn Asakir dalam Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ menuliskan pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi dengan sanad-nya dari Yahya ibn Fadlillah al-Umari, dari Makky ibn Allan, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu al-Qasim ad-Damasyqi, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami Syaikh Abu Abdillah Muhammad ibn al-Fadl al-Furawy, berkata: Telah mengkabarkan kepada kami al-Hรขfizh Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn Ali al-Bayhaqi, bahwa ia (al-Bayhaqi) berkata:
_โSesungguhnya sebagian para Imam kaum Asyโariyyah -semoga Allah merahmati mereka- mengingatkanku dengan sebuah hadits yang diriwayatkan dari โIyadl al-Asyโari, bahwa ketika turun firman Allah: (Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah) QS. Al-Maโidah: 54, Rasulullah kemudian berisyarat kepada sahabat Abu Musa al-Asyโari, seraya berkata: โMereka adalah kaum orang iniโ. Dalam hadits ini terdapat isyarat akan keutamaan dan derajat mulia bagi al-Imรขm Abu al-Hasan al-Asyโari, karena tidak lain beliau adalah berasal dari kaum dan keturunan sahabat Abu Musa al-Asyโari. Mereka adalah kaum yang diberi karunia ilmu dan pemahaman yang benar. Lebih khusus lagi mereka adalah kaum yang memiliki kekuatan dalam membela sunah-sunnah Rasulullah dan memerangi berbagai macam bidโah. Mereka memiliki dalil-dalil yang kuat dalam memerangi bebagai kebatilan dan kesesatan. Dengan demikian pujian dalam ayat di atas terhadap kaum Asyโariyyah, bahwa mereka kaum yang dicintai Allah dan mencintai Allah, adalah karena telah terbukti bahwa akidah yang mereka yakini sebagai akidah yang hak, dan bahwa ajaran agama yang mereka bawa sebagai ajaran yang benar, serta terbukti bahwa mereka adalah kaum yang memiliki kayakinan yang sangat kuat. Maka siapapun yang di dalam akidahnya mengikuti ajaran-ajaran mereka, artinya dalam konsep meniadakan keserupaan Allah dengan segala makhluk-Ny
a, dan dalam metode memegang teguh al-Qurโan dan Sunnah, sesuai dan sejalan dengan faham-faham Asyโariyyah maka ia berarti termasuk dari golongan merekaโ_[3].
Al-Imรขm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah mengomentari pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi di atas, berkata:
_โKita katakan; -tanpa kita memastikan bahwa ini benar-benar maksud Rasulullah-, bahwa ketika Rasulullah menepuk punggung sahabat Abu Musa al-Asyโari, sebagaimana dalam hadits di atas, seakan beliau sudah mengisyaratkan akan adanya kabar gembira bahwa kelak akan lahir dari keturunannya yang ke sembilan al-ImรขmAbu al-Hasan al-Asyโari. Sesungguhnya Rasulullah itu dalam setiap ucapannya terdapat berbagai isyarat yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang mendapat karunia petunjuk Allah. Dan mereka itu adalah orang yang kuat dalam ilmu (ar-Rรขsikhรปn Fi al-โIlm) dan memiliki mata hati yang cerah. Firman Allah: โSeorang yang oleh Allah tidak dijadikan petunjuk baginya, maka sama sekali ia tidak akan mendapatkan petunjukโ_ (QS. An-Nur: 40)โ[4].
[1] Thabaqรขt asy-Syafiโiyyah, j. 3, h. 364 mengutip dari Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ.
[2] Ibid.
[3] Tabyรฎn Kadzib al-Mufarรฎ, h. 49-50. Tulisan Ibn Asakir ini dikutip pula oleh Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah, j. 3, h. 362-363
[4] Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah, j. 3, h. 363
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
Al-Imรขm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah mengomentari pernyataan al-Imรขm al-Bayhaqi di atas, berkata:
_โKita katakan; -tanpa kita memastikan bahwa ini benar-benar maksud Rasulullah-, bahwa ketika Rasulullah menepuk punggung sahabat Abu Musa al-Asyโari, sebagaimana dalam hadits di atas, seakan beliau sudah mengisyaratkan akan adanya kabar gembira bahwa kelak akan lahir dari keturunannya yang ke sembilan al-ImรขmAbu al-Hasan al-Asyโari. Sesungguhnya Rasulullah itu dalam setiap ucapannya terdapat berbagai isyarat yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang mendapat karunia petunjuk Allah. Dan mereka itu adalah orang yang kuat dalam ilmu (ar-Rรขsikhรปn Fi al-โIlm) dan memiliki mata hati yang cerah. Firman Allah: โSeorang yang oleh Allah tidak dijadikan petunjuk baginya, maka sama sekali ia tidak akan mendapatkan petunjukโ_ (QS. An-Nur: 40)โ[4].
[1] Thabaqรขt asy-Syafiโiyyah, j. 3, h. 364 mengutip dari Tabyรฎn Kadzib al-Muftarรฎ.
[2] Ibid.
[3] Tabyรฎn Kadzib al-Mufarรฎ, h. 49-50. Tulisan Ibn Asakir ini dikutip pula oleh Tajuddin as-Subki dalam Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah, j. 3, h. 362-363
[4] Thabaqรขt asy-Syรขfiโiyyah, j. 3, h. 363
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
https://youtu.be/qJh3CF3EoPk
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
YouTube
(Part I) Peristiwa al-Isra wa al-Mi'raj | Masjid Al-Madinah CBD Ciledug - 16 Maret 2019
*Penting untuk di pahami, semoga bermanfaat.*
Ta'lim Kitab Ash-Shiraath Al-Mustaqiim Karya Syaikh 'Abdullah Al-Harari | Ayat - Ayat Mutasyabihat. Bersama Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
https://youtu.be/O9L8d28kFGc
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
Ta'lim Kitab Ash-Shiraath Al-Mustaqiim Karya Syaikh 'Abdullah Al-Harari | Ayat - Ayat Mutasyabihat. Bersama Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
https://youtu.be/O9L8d28kFGc
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
YouTube
(Part I) Kitab Ash-Shiraath Al-Mustaqiim Ayat Mutasyabihat Masjid Lathiifussalaam | 15 Maret 2019
*Bagian I dari VI*
ใฐโพ๐ผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM* ๐ผโพใฐ
*IMAN DENGAN ALLAH*
*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA
Dalam QS. al-Ikhlash Allah berfirman:
(ูููู ูููู ุงูููู ุฃูุญูุฏ (1) ุงูููู ุงูุตููู ูุฏ (2) ููู ู ููููุฏู ููููู ู ููููููุฏ (3) ููููู ู ูููููู ูููู ููููููุง ุฃุญูุฏ (4) (ุณูุฑุฉ ุงูุงุฎูุงุต 1-4)
_โKatakan (wahai Muhammad), Dialah Allah al-Ahad (Tidak terbagi-bagi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, baik pada Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pada perbuatan-Nya). Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya (Tidak membutuhkan) kepada semua makhluk-Nya, dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (Baik dari satu segi maupun semua segi)โ_ *(QS. al-Ikhlas: 1-4)*
Maโrifatullah adalah berkeyakinan bahwa Allah maha Ada, tidak menyerupai sesuatu apapun dari alam ini. Dia bukan Hajm Katsif; benda yang dapat disentuh oleh tangan, juga bukan Hajm Lathif; benda yang tidak bisa disentuh oleh tangan. Allah bukan sesuatu yang berbentuk, baik bentuk dengan ukuran kecil maupun ukuran besar. Adapun makna โAllahu Akbarโ artinya bahwa Allah Maha Besar dan Maha Agung pada derajat-Nya, _*bukan besar dari segi bentuk dan ukuran*_. Allah adalah Dzat yang tidak bisa dibayangkan dalam hati, dan tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran manusia.
*Sifat-Sifat Allah (Tafsir QS. al-Ikhlas)*
Dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh al-Baihaqi dari sahabat โAbdullah ibn โAbbas bahwa segolongan kaum Yahudi datang kepada Rasulullah. Mereka berkata: โWahai Muhammad, beritahukan kepada kami sifat Tuhanmu yang engkau sembah!โ. Mereka bertanya bukan karena ingin mengetahui hal sebenarnya atau ingin memperoleh petunjuk, tapi hanya sekedar ingin mengingkari lalu mengolok-oloknya. Kemudian turunlah QS. al-Ikhlas ayat 1 hingga ayat 4. Rasulullah bersabda: โInilah sifat Tuhankuโ.
Surat al-Ikhlas ini turun sebagi jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi tersebut. Meskipun hanya terdiri dari empat ayat yang pendek namun mengandung makna yang sangat luas dan mendalam dalam ketauhidan Allah.
Ayat pertama merupakan ikrar dan penegasan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah. Artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya. Dia Maha Esa pada dzat-Nya. Makna โDzat Allahโ artinya โhakikat Allahโ. Makna โDzatโ di sini bukan dalam pengertian bentuk atau benda. Pengertian bahwa Dzat Allah Esa ialah bahwa Dzat Allah tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya. Karena Dzat Allah azali; ada tanpa permulaan, sedangkan dzat-dzat selain-Nya baharu; memiliki permulaan, yaitu ada dari tidak ada. Oleh karena itu, Allah mensifati dzat-Nya sendiri dalam al-Qurโan dengan firman-Nya:
(ูููู ุงูุฃููููู (ุงูุญุฏูุฏ:4 )
_โHanya Dia (Allah) al-Awwal (ada tanpa permulaan)โ_. *(QS. al-Hadid:4)*
Kemudian Allah maha Esa pada Sifat-Sifat-Nya. Artinya bahwa sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman:
(ูููููู ุงูู ูุซููู ุงูุฃุนูููู (ุงููุญู:6 )
_โDan bagi Allah sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat selain-Nyaโ_. *(QS.an-Nahl: 6)*
Sebagaimana kita wajib meyakini bahwa Dzat Allah Azali; tidak bermula, maka demikian pula dengan semua Sifat-Sifat-Nya, kita wajib meyakini itu semua Azali. Karena mustahil bila ada dzat yang qadim dan azali, sementara sifat-sifat-nya baharu. Karena adanya sifat yang baharu pada suatu dzat menunjukkan bahwa dzat tersebut juga baharu. Dengan demikian mustahil bagi Allah mempunyai sifat-sifat yang baharu. Bila sifat-sifat manusia setiap saat dapat mengalami perubahan, maka tidak demikian halnya dengan sifat-sifat Allah. Dia tidak mengalami perubahan atau perkembangan, tidak bertambah atau berkurang.
Kemudian Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya. Artinya, tidak ada dzat yang dapat menciptakan sesuatu dari โtidak adaโ menjadi โadaโ kecuali Allah saja. Hanya Allah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta kebaikan dan kejahatan, keimanan dan kekufuran, ketaโatan dan kemaksiatan. Dia pencipta semua benda, mulai dari benda terkecil, yaitu dzarrah; (Ialah benda yang berterbangan terlihat oleh mata dalam sinar matahari), hingga benda yang paling besar, yaitu โa
ใฐโพ๐ผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM* ๐ผโพใฐ
*IMAN DENGAN ALLAH*
*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA
Dalam QS. al-Ikhlash Allah berfirman:
(ูููู ูููู ุงูููู ุฃูุญูุฏ (1) ุงูููู ุงูุตููู ูุฏ (2) ููู ู ููููุฏู ููููู ู ููููููุฏ (3) ููููู ู ูููููู ูููู ููููููุง ุฃุญูุฏ (4) (ุณูุฑุฉ ุงูุงุฎูุงุต 1-4)
_โKatakan (wahai Muhammad), Dialah Allah al-Ahad (Tidak terbagi-bagi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, baik pada Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pada perbuatan-Nya). Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya (Tidak membutuhkan) kepada semua makhluk-Nya, dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (Baik dari satu segi maupun semua segi)โ_ *(QS. al-Ikhlas: 1-4)*
Maโrifatullah adalah berkeyakinan bahwa Allah maha Ada, tidak menyerupai sesuatu apapun dari alam ini. Dia bukan Hajm Katsif; benda yang dapat disentuh oleh tangan, juga bukan Hajm Lathif; benda yang tidak bisa disentuh oleh tangan. Allah bukan sesuatu yang berbentuk, baik bentuk dengan ukuran kecil maupun ukuran besar. Adapun makna โAllahu Akbarโ artinya bahwa Allah Maha Besar dan Maha Agung pada derajat-Nya, _*bukan besar dari segi bentuk dan ukuran*_. Allah adalah Dzat yang tidak bisa dibayangkan dalam hati, dan tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran manusia.
*Sifat-Sifat Allah (Tafsir QS. al-Ikhlas)*
Dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh al-Baihaqi dari sahabat โAbdullah ibn โAbbas bahwa segolongan kaum Yahudi datang kepada Rasulullah. Mereka berkata: โWahai Muhammad, beritahukan kepada kami sifat Tuhanmu yang engkau sembah!โ. Mereka bertanya bukan karena ingin mengetahui hal sebenarnya atau ingin memperoleh petunjuk, tapi hanya sekedar ingin mengingkari lalu mengolok-oloknya. Kemudian turunlah QS. al-Ikhlas ayat 1 hingga ayat 4. Rasulullah bersabda: โInilah sifat Tuhankuโ.
Surat al-Ikhlas ini turun sebagi jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi tersebut. Meskipun hanya terdiri dari empat ayat yang pendek namun mengandung makna yang sangat luas dan mendalam dalam ketauhidan Allah.
Ayat pertama merupakan ikrar dan penegasan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah. Artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya. Dia Maha Esa pada dzat-Nya. Makna โDzat Allahโ artinya โhakikat Allahโ. Makna โDzatโ di sini bukan dalam pengertian bentuk atau benda. Pengertian bahwa Dzat Allah Esa ialah bahwa Dzat Allah tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya. Karena Dzat Allah azali; ada tanpa permulaan, sedangkan dzat-dzat selain-Nya baharu; memiliki permulaan, yaitu ada dari tidak ada. Oleh karena itu, Allah mensifati dzat-Nya sendiri dalam al-Qurโan dengan firman-Nya:
(ูููู ุงูุฃููููู (ุงูุญุฏูุฏ:4 )
_โHanya Dia (Allah) al-Awwal (ada tanpa permulaan)โ_. *(QS. al-Hadid:4)*
Kemudian Allah maha Esa pada Sifat-Sifat-Nya. Artinya bahwa sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman:
(ูููููู ุงูู ูุซููู ุงูุฃุนูููู (ุงููุญู:6 )
_โDan bagi Allah sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat selain-Nyaโ_. *(QS.an-Nahl: 6)*
Sebagaimana kita wajib meyakini bahwa Dzat Allah Azali; tidak bermula, maka demikian pula dengan semua Sifat-Sifat-Nya, kita wajib meyakini itu semua Azali. Karena mustahil bila ada dzat yang qadim dan azali, sementara sifat-sifat-nya baharu. Karena adanya sifat yang baharu pada suatu dzat menunjukkan bahwa dzat tersebut juga baharu. Dengan demikian mustahil bagi Allah mempunyai sifat-sifat yang baharu. Bila sifat-sifat manusia setiap saat dapat mengalami perubahan, maka tidak demikian halnya dengan sifat-sifat Allah. Dia tidak mengalami perubahan atau perkembangan, tidak bertambah atau berkurang.
Kemudian Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya. Artinya, tidak ada dzat yang dapat menciptakan sesuatu dari โtidak adaโ menjadi โadaโ kecuali Allah saja. Hanya Allah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta kebaikan dan kejahatan, keimanan dan kekufuran, ketaโatan dan kemaksiatan. Dia pencipta semua benda, mulai dari benda terkecil, yaitu dzarrah; (Ialah benda yang berterbangan terlihat oleh mata dalam sinar matahari), hingga benda yang paling besar, yaitu โa
rsy. Dia pencipta segala perbuatan manusia, baik perbuatan yang mengandung unsur ikhtiar (al-Afโal al-Ikhtiyariyyah), seperti makan, minum, dan lainnya, ataupun perbuatan yang tidak mengandung unsur ikhtiar (al-Afโal al-Idlthirariyyah), seperti detak jantung, rasa takut, dan lainnya. Inilah makna yang tersirat dalam firman Allah:
(ูููู ุฅููู ุตููุงูุชูู ููููุณูููู ููู ูุญูููุงูู ููู ูู ูุงุชูู ูููู ุฑูุจูู ุงูุนูุงููู ููููู (ุงูุฃูุนุงู :152 )
_โKatakanlah (Wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku danmatiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alamโ_. *(QS. al-Anโam:162)*
Shalat dan ibadah adalah dua diantara perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur usaha, ikhtiar dan kehendak dari manusia. Sedangkan hidup dan mati adalah sesuatu yang terjadi diluar kehendak manusia, keduanya hanya menjadi wewenang dan kehendak Allah. Dalam doa tersebut ditegaskan bahwa shalat dan ibadah, serta hidup dan mati, pada hakikatnya adalah milik Allah dan hanya dicitakan hanya oleh Allah saja.
Ayat kedua dari surat QS. al-Ikhasdi atas mengandung makna bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh alam ini. Dia tidak membutuhkan kepada sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya selalu membutuhkan kepada-Nya. Allah tidak mengambil manfaat sedikitpun dari perbuatan-perbuatan makhluk-Nya, dan mereka sedikit pun tidak dapat mencelakakan-Nya atau membuat madlarat terhadap-Nya. Seandainya seluruh makhluk ini taโat kepada Allah, maka hal tersebut tidak akan menambah kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Demikian pula bila seluruh makhluk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah sedikitpun.
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan dari mereka. Demikian pula Ia menciptakan โarsy bukan untuk menjadikan tempat bagi dzat-Nya, tetapi untuk menampakkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. Tentang hal ini al-Imam โAli ibn Abi Thalib berkata:
(ุฅููู ุงูููู ุฎููููู ุงูุนูุฑูุดู ุฅุธูููุงุฑูุง ููููุฏูุฑูุชููู ููููู ู ููุชููุฎูุฐููู ู ูููุงููุง ููุฐูุงุชููู (ุฑูููุงูู ุฃุจูู ู ููุตููุฑุงูุจูุบุฏูุงุฏูู ููู ุงูููุฑููู ุจููููู ุงูููุฑูู )
_โSesungguhnya Allah menciptakan โarsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya dan bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nyaโ_. *(Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bainal-Firq)[1].*
Ayat ketiga dari QS. al-Ikhlash memberikan penjelasan dalam penafian, peniadaan dan pengingkaran terhadap keyakinan yang menyebutkan bahwa Allah sebagai benda (Jism). Juga bantahan terhadap keyakinan bahwa Allah mempunyai bagian-bagian yang terpisah-pisah dari-Nya. Sekaligus, penjelasan dalam menafikan bahwa Allah sebagai bagian dari sesuatu yang lain.
Dalam ayat ke tiga ini secara jelas dinyatakan bahwa Allah bukan sebagai โasalโ atau โbahanโ (Walid) bagi sesuatu, dan juga bukan โcabangโ (Walad) dari sesuatu yang lain. Ayat ini berisi bantahan terhadap doktrin trinitas yang diyakini orang-orang Nasrani. Doktrin yang menyatakan ada tiga unsur ketuhanan yang kesemuanya kembali pada unsur yang tunggal. Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap keyakinan atau doktrin orang-orang Majusi yang menyatakan bahwa tuhan ada dua, yaitu tuhan kebaikan dan tuhan keburukan.
Faham serupa yang tak kalah sesatnya adalah faham yang dianut oleh segolongan orang yang terlena dalam kebodohannya (al-maghrurun). Mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum Sufi yang telah mencapai derajat โtinggiโ. Padahal keyakinan mereka bertentangan dengan ajaran kaum Sufi sejati sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa keseluruhan alam ini adalah sebagai Dzat Allah. Dan setiap komponen-komponen yang ada di dalam alam ini adalah bagian-bagian dari Dzat Allah. Keyakinan mereka ini dikenal dengan nama akidah Wahdah al-Wujud. Mereka menganggap bahwa manusia, hewan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan lain sebagainya adalah bagian dari Dzat Allah.
Faham semacam ini telah berkembang di sebagaian kalangan yang mengaku sebagai pengikut tarekat dan pengamal โshalawatโ yang menyimpang. Keyakinan Wahdahal-Wujud ini lebih sesat dari pada kekufuran orang-orang Nasrani dan Majusi. Kaum Nasrani berk
(ูููู ุฅููู ุตููุงูุชูู ููููุณูููู ููู ูุญูููุงูู ููู ูู ูุงุชูู ูููู ุฑูุจูู ุงูุนูุงููู ููููู (ุงูุฃูุนุงู :152 )
_โKatakanlah (Wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku danmatiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alamโ_. *(QS. al-Anโam:162)*
Shalat dan ibadah adalah dua diantara perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur usaha, ikhtiar dan kehendak dari manusia. Sedangkan hidup dan mati adalah sesuatu yang terjadi diluar kehendak manusia, keduanya hanya menjadi wewenang dan kehendak Allah. Dalam doa tersebut ditegaskan bahwa shalat dan ibadah, serta hidup dan mati, pada hakikatnya adalah milik Allah dan hanya dicitakan hanya oleh Allah saja.
Ayat kedua dari surat QS. al-Ikhasdi atas mengandung makna bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh alam ini. Dia tidak membutuhkan kepada sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya selalu membutuhkan kepada-Nya. Allah tidak mengambil manfaat sedikitpun dari perbuatan-perbuatan makhluk-Nya, dan mereka sedikit pun tidak dapat mencelakakan-Nya atau membuat madlarat terhadap-Nya. Seandainya seluruh makhluk ini taโat kepada Allah, maka hal tersebut tidak akan menambah kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Demikian pula bila seluruh makhluk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah sedikitpun.
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan dari mereka. Demikian pula Ia menciptakan โarsy bukan untuk menjadikan tempat bagi dzat-Nya, tetapi untuk menampakkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. Tentang hal ini al-Imam โAli ibn Abi Thalib berkata:
(ุฅููู ุงูููู ุฎููููู ุงูุนูุฑูุดู ุฅุธูููุงุฑูุง ููููุฏูุฑูุชููู ููููู ู ููุชููุฎูุฐููู ู ูููุงููุง ููุฐูุงุชููู (ุฑูููุงูู ุฃุจูู ู ููุตููุฑุงูุจูุบุฏูุงุฏูู ููู ุงูููุฑููู ุจููููู ุงูููุฑูู )
_โSesungguhnya Allah menciptakan โarsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya dan bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nyaโ_. *(Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bainal-Firq)[1].*
Ayat ketiga dari QS. al-Ikhlash memberikan penjelasan dalam penafian, peniadaan dan pengingkaran terhadap keyakinan yang menyebutkan bahwa Allah sebagai benda (Jism). Juga bantahan terhadap keyakinan bahwa Allah mempunyai bagian-bagian yang terpisah-pisah dari-Nya. Sekaligus, penjelasan dalam menafikan bahwa Allah sebagai bagian dari sesuatu yang lain.
Dalam ayat ke tiga ini secara jelas dinyatakan bahwa Allah bukan sebagai โasalโ atau โbahanโ (Walid) bagi sesuatu, dan juga bukan โcabangโ (Walad) dari sesuatu yang lain. Ayat ini berisi bantahan terhadap doktrin trinitas yang diyakini orang-orang Nasrani. Doktrin yang menyatakan ada tiga unsur ketuhanan yang kesemuanya kembali pada unsur yang tunggal. Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap keyakinan atau doktrin orang-orang Majusi yang menyatakan bahwa tuhan ada dua, yaitu tuhan kebaikan dan tuhan keburukan.
Faham serupa yang tak kalah sesatnya adalah faham yang dianut oleh segolongan orang yang terlena dalam kebodohannya (al-maghrurun). Mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum Sufi yang telah mencapai derajat โtinggiโ. Padahal keyakinan mereka bertentangan dengan ajaran kaum Sufi sejati sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa keseluruhan alam ini adalah sebagai Dzat Allah. Dan setiap komponen-komponen yang ada di dalam alam ini adalah bagian-bagian dari Dzat Allah. Keyakinan mereka ini dikenal dengan nama akidah Wahdah al-Wujud. Mereka menganggap bahwa manusia, hewan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan lain sebagainya adalah bagian dari Dzat Allah.
Faham semacam ini telah berkembang di sebagaian kalangan yang mengaku sebagai pengikut tarekat dan pengamal โshalawatโ yang menyimpang. Keyakinan Wahdahal-Wujud ini lebih sesat dari pada kekufuran orang-orang Nasrani dan Majusi. Kaum Nasrani berk
eyakinan ada tiga tuhan, kaum Majusi berkeyakinan adanya dua tuhan, sementara mereka yang meyakini Wahdah al-Wujud meyakini bahwa segala sesuatu di alam ini adalah bagian-bagian dari dzat Tuhan. Kekufuran semacam ini jelas lebih buruk dari pada kekufuran kaum Nasrani dan kaum Majusi.
Ada pula faham sesat lainnya, yang juga merupakan kekufuran. Ialah keyakinan yang menyatakan bahwa Allah menyatu dengan sebagian mahluk-Nya. Kaum yang berkeyakinan ini mengatakan: โApabila seorang hamba telah mencapai derajat ibadah tertentu, maka Allah akan menempati dan menyatu dengan tubuh orang tersebutโ. Karenanya, di antara mereka ada yang menyembah sebagian lainnya yang mereka anggap telah sampai padabatasan tersebut dalam ibadahnya tersebut. Keyakinan sesat ini dikenal dengan nama akidah Hulul.
Dua keyakinan di atas, yaitu akidah Wahdahal-Wujud dan Hulul telah meracuni sebagian orang awam yang hanya mengutamakan dzikir tanpa mempelajari akidah yang benar dan cara beragama mereka. Dari sini mereka menganggap bahwa perbuatan mereka adalah jaminan keselamatan di akhirat kelak. Mereka juga menganggap bahwa mereka telah berbuat kebaikan โbanyakโ dan โbesarโ tiada tara. Padahal pada hakikatnya mereka tenggelam dalam kekufuran karena keyakinan sesat tersebut.
*Asy-Syekh โAbd al-Ghani an-Nabulsi* berkata:
ุฅููู ุงูููู ูุงู ููุญูููู ููู ุดููุกู ูููุงู ููููุญูููู ู ููููู ุดููุกู ูููุงู ููุญูููู ูููููู ุดููุกู ููููุณู ููู ูุซูููู ุดููุกู
_โSesungguhnya Allah tidak bertempat atau menyatu pada sesuatu apapun, dan tidak berpisah dari-Nya sesuatu apapun, serta tidak menyatu dengan-Nya sesuatu apapun. Dia tidak menyerupai segala sesuatu apapun dari makhluk-Nyaโ_ [2].
*Al-Imam Muhyiddin Ibn al-โArabi* berkata:
(ู ููู ููุงูู ุจูุงูุญูููููู ููุฏููููููู ู ูุนูููููู ููู ูุง ููุงูู ุจุงูุงุชูุญูุงุฏู ุฅูุงูู ุฃูููู ุงูุงููุญูุงุฏ (ุฐููุฑูู ุฃุจููุงูููุฏูู ุงูุตูููููุงุฏู ููู ุฑุณูุงูุชููู
_โBarangsiapa berkata (berkeyakinan) Hulul maka agamanya cacat. Dan tidak menyatakan Ittihad (Wahdah al-Wujud) kecuali golongan yang menyimpang (dari Islam)โ_. *(Dituturkan oleh Abu al-Huda al-Shayyadi dalam Risalah-nya)*
Ayat keempat dari QS.al-Ikhlash merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meyerupai segala makhluk-Nya. Ayat tersebut merupakan ayat Muhkamat; artinya merupakan ayat yang jelas maknanya dan tidak mengandung faham takwil. Pemaknaan ayat ini sama dengan pemaknaan ayat Muhkamat lainnya, yaitu dalam firman Allah:
(ููููุณู ููู ูุซูููู ุดููุกู (ุงูุดูุฑู:11 )
_โDia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhlukNya, baik dari satu segi maupun semua segi dan, tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nyaโ_. *(QS.as-Syura: 11)*
Dalam menafsirkan QS. al-Ikhlash: 4 ini, para ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (yaitu segala sesuatu selain Allah) terbagi kepada dua bagian. Yaitu; benda dan sifat benda. Yang pertama; *Benda, terbagi kepada dua bagian*, yaitu:
*1. Hajm Lathif :* Yaitu benda yang *tidak dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti cahaya, kegelapan, ruh, dan lain sebagainya.
*2. Hajm Katsif :* Yaitu benda yang *dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti manusia, dan benda-benda padat lainnya.
Adapun yang kedua, yaitu *sifat benda, artinya sifat-sifat dari Hajm Lathif dan sifat-sifat dari Hajm Katsif*. Contohnya bergerak, diam, berubah, bersemayam, duduk, beridiri, terlentang, berada di tempat dan arah (baik atas, bawah, kanan, kiri, depan maupun belakang), turun, naik, panas, dingin, memiliki warna, bentuk, dan sebagainya.
Ayat QS. al-Ikhlash: 4 ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Bahwa Allah bukan sebagai Hajm Lathif, juga bukan sebagai Hajm Katsif, dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda tersebut. Dari ayat ini para ulama Ahlussunnah Wal Jamaโah mengambil dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Karena bila Allah mempunyai tempat dan arah maka berarti Allah mempunyai banyak keserupaan dengan makhluk-Nya, dan mempunyai dimensi, yaitu panjang, lebar, dan kedalaman. Padahal sesuatu yang memiliki dimensi semacam ini pastilah merupakan makhluk, bukan sebagai Tuhan. Mustahil Alla
Ada pula faham sesat lainnya, yang juga merupakan kekufuran. Ialah keyakinan yang menyatakan bahwa Allah menyatu dengan sebagian mahluk-Nya. Kaum yang berkeyakinan ini mengatakan: โApabila seorang hamba telah mencapai derajat ibadah tertentu, maka Allah akan menempati dan menyatu dengan tubuh orang tersebutโ. Karenanya, di antara mereka ada yang menyembah sebagian lainnya yang mereka anggap telah sampai padabatasan tersebut dalam ibadahnya tersebut. Keyakinan sesat ini dikenal dengan nama akidah Hulul.
Dua keyakinan di atas, yaitu akidah Wahdahal-Wujud dan Hulul telah meracuni sebagian orang awam yang hanya mengutamakan dzikir tanpa mempelajari akidah yang benar dan cara beragama mereka. Dari sini mereka menganggap bahwa perbuatan mereka adalah jaminan keselamatan di akhirat kelak. Mereka juga menganggap bahwa mereka telah berbuat kebaikan โbanyakโ dan โbesarโ tiada tara. Padahal pada hakikatnya mereka tenggelam dalam kekufuran karena keyakinan sesat tersebut.
*Asy-Syekh โAbd al-Ghani an-Nabulsi* berkata:
ุฅููู ุงูููู ูุงู ููุญูููู ููู ุดููุกู ูููุงู ููููุญูููู ู ููููู ุดููุกู ูููุงู ููุญูููู ูููููู ุดููุกู ููููุณู ููู ูุซูููู ุดููุกู
_โSesungguhnya Allah tidak bertempat atau menyatu pada sesuatu apapun, dan tidak berpisah dari-Nya sesuatu apapun, serta tidak menyatu dengan-Nya sesuatu apapun. Dia tidak menyerupai segala sesuatu apapun dari makhluk-Nyaโ_ [2].
*Al-Imam Muhyiddin Ibn al-โArabi* berkata:
(ู ููู ููุงูู ุจูุงูุญูููููู ููุฏููููููู ู ูุนูููููู ููู ูุง ููุงูู ุจุงูุงุชูุญูุงุฏู ุฅูุงูู ุฃูููู ุงูุงููุญูุงุฏ (ุฐููุฑูู ุฃุจููุงูููุฏูู ุงูุตูููููุงุฏู ููู ุฑุณูุงูุชููู
_โBarangsiapa berkata (berkeyakinan) Hulul maka agamanya cacat. Dan tidak menyatakan Ittihad (Wahdah al-Wujud) kecuali golongan yang menyimpang (dari Islam)โ_. *(Dituturkan oleh Abu al-Huda al-Shayyadi dalam Risalah-nya)*
Ayat keempat dari QS.al-Ikhlash merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meyerupai segala makhluk-Nya. Ayat tersebut merupakan ayat Muhkamat; artinya merupakan ayat yang jelas maknanya dan tidak mengandung faham takwil. Pemaknaan ayat ini sama dengan pemaknaan ayat Muhkamat lainnya, yaitu dalam firman Allah:
(ููููุณู ููู ูุซูููู ุดููุกู (ุงูุดูุฑู:11 )
_โDia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhlukNya, baik dari satu segi maupun semua segi dan, tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nyaโ_. *(QS.as-Syura: 11)*
Dalam menafsirkan QS. al-Ikhlash: 4 ini, para ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (yaitu segala sesuatu selain Allah) terbagi kepada dua bagian. Yaitu; benda dan sifat benda. Yang pertama; *Benda, terbagi kepada dua bagian*, yaitu:
*1. Hajm Lathif :* Yaitu benda yang *tidak dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti cahaya, kegelapan, ruh, dan lain sebagainya.
*2. Hajm Katsif :* Yaitu benda yang *dapat dipegang atau disentuh oleh tangan*. Seperti manusia, dan benda-benda padat lainnya.
Adapun yang kedua, yaitu *sifat benda, artinya sifat-sifat dari Hajm Lathif dan sifat-sifat dari Hajm Katsif*. Contohnya bergerak, diam, berubah, bersemayam, duduk, beridiri, terlentang, berada di tempat dan arah (baik atas, bawah, kanan, kiri, depan maupun belakang), turun, naik, panas, dingin, memiliki warna, bentuk, dan sebagainya.
Ayat QS. al-Ikhlash: 4 ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Bahwa Allah bukan sebagai Hajm Lathif, juga bukan sebagai Hajm Katsif, dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda tersebut. Dari ayat ini para ulama Ahlussunnah Wal Jamaโah mengambil dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Karena bila Allah mempunyai tempat dan arah maka berarti Allah mempunyai banyak keserupaan dengan makhluk-Nya, dan mempunyai dimensi, yaitu panjang, lebar, dan kedalaman. Padahal sesuatu yang memiliki dimensi semacam ini pastilah merupakan makhluk, bukan sebagai Tuhan. Mustahil Alla
h membutuhkan kepada yang menjadikan-Nya dalam dimensi tersebut. Karena bila Allah โmembutuhkanโ maka berarti Allah lemah, dan tidak layak dituhankan.
Di antara Imam terkemuka di kalangan Ahlussunnah, al-Imam Ahmad ibn Hanbal, dan al-Imam Dzu al-Nun al-Mishri yang seorang sufi kenamaan, juga salah seorang murid terkemuka al-Imam Malik ibn Anas, berkata:
ู ูููู ูุง ุชูุตููููุฑูุชู ุจูุจูุงูููู ููุงูููู ุจูุฎููุงููู ุฐูููู (ุฑูููุงูู ุนู ุงูุงู ูุงู ุฃุญูู ูุฏ ุฃุจูู ุงูููุถูู ุงูุชููู ูููู ููููู ุงุนุชูุงุฏ ุงูุงู ุงู ุงูู ูุจูุฌููู ุฃุญู ูุฏ ุจู ุญูููุจูู ููุฑููุงูู ุนูู ุฐูู ุงูููููู ุงูู ูุตูุฑูู ุงูุฎูุทูุจู ุงูุจูุบูุฏูุงุฏูู ูู ุชูุงุฑููุฎ ุจูุบูุฏูุงุฏ)
_โApapun yang terlintas dalam benakmu tentang Allah, maka Allah tidak seperti demikian ituโ_ . *(Dikutip darial-Imam Ahmad ibn Hanbal oleh Abu al-Fadl al-Tamimi dalam kitab I'tiqadal-Imam al-Mubajjal Ahmad ibn Hanbal. Dan diriwayatkan dari al-Imam Dzual-Nun al-Mishri oleh al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad)*
Semoga kita termasuk Ahl al-Maโrifah dan mengimani Allah dengan seteguh-teguhnya keimanan seperti yang telah digariskan Rasulullah dan para sahabatnya. Amin.
[1] al-Farq Bain al-Firaq, h. 333
[2] al-Fath ar-Rabbani, h. 128
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
Di antara Imam terkemuka di kalangan Ahlussunnah, al-Imam Ahmad ibn Hanbal, dan al-Imam Dzu al-Nun al-Mishri yang seorang sufi kenamaan, juga salah seorang murid terkemuka al-Imam Malik ibn Anas, berkata:
ู ูููู ูุง ุชูุตููููุฑูุชู ุจูุจูุงูููู ููุงูููู ุจูุฎููุงููู ุฐูููู (ุฑูููุงูู ุนู ุงูุงู ูุงู ุฃุญูู ูุฏ ุฃุจูู ุงูููุถูู ุงูุชููู ูููู ููููู ุงุนุชูุงุฏ ุงูุงู ุงู ุงูู ูุจูุฌููู ุฃุญู ูุฏ ุจู ุญูููุจูู ููุฑููุงูู ุนูู ุฐูู ุงูููููู ุงูู ูุตูุฑูู ุงูุฎูุทูุจู ุงูุจูุบูุฏูุงุฏูู ูู ุชูุงุฑููุฎ ุจูุบูุฏูุงุฏ)
_โApapun yang terlintas dalam benakmu tentang Allah, maka Allah tidak seperti demikian ituโ_ . *(Dikutip darial-Imam Ahmad ibn Hanbal oleh Abu al-Fadl al-Tamimi dalam kitab I'tiqadal-Imam al-Mubajjal Ahmad ibn Hanbal. Dan diriwayatkan dari al-Imam Dzual-Nun al-Mishri oleh al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad)*
Semoga kita termasuk Ahl al-Maโrifah dan mengimani Allah dengan seteguh-teguhnya keimanan seperti yang telah digariskan Rasulullah dan para sahabatnya. Amin.
[1] al-Farq Bain al-Firaq, h. 333
[2] al-Fath ar-Rabbani, h. 128
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
Facebook
Pondok Pesantren Nurul Hikmah
Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Tangerang. 860 likes ยท 3 talking about this. Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah...
https://youtu.be/QxRwWoDRRUo
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
โโโโโโโโโโโโโ
๐ฆ๐ก *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
๐๐ *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
๐ฑ *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ท *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
๐ฅ *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
โโโโโโโโโโโโโ
๐๐
โค *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* โค
โ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* โ
YouTube
(Part II) Peristiwa al-Isra wa al-Mi'raj | Masjid Al-Madinah CBD Ciledug - 23 Maret 2019
*Bagian II dari VI*
ใฐโพ๐ผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM; IMAN DENGAN PARA MALAIKAT* ๐ผโพใฐ
*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA
*IMAN KEPADA MALAIKAT*
Dalam al-Qurโan tentang keberadaan para Malaikat, Allah berfirman:
ููุฅููู ุนูููููููู ู ููุญูุงููุธููููู ููุฑูุงู ูุง ููุงุชูุจููููู ููุนูููู ูููู ู ูุง ุชูููุนูููููู (ุงูุงููุทุงุฑ: 10-12)
_*โSesungguhnya atas kalian ada (Malaikat-Malaikat) yang mengawasi (segala perbuatan), yang mulia dan selalu mencatat (perbuatan-perbuatan tersebut). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan (baik perbuatan maupun perkataan yang baik dan buruk)โ*_ . (QS. al-Infithar:10-12)
Diantara Ushul al-Iman as-Sittah adalah kewajiban beriman kepada para Malaikat Allah. Beriman kepada para Malaik atartinya meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia. Para Malaikat tersebut bukan sebagai bintang atau planet-planet yang berada di arah langit. Tetapi mereka adalah para makhluk Allah yang termasuk dari Hajm Lathif (tidak dapat dipegang oleh tangan). Mereka bukan dari jenis laki-laki ataupun perempuan, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak nikah, serta tidak berketurunan. Mereka tidak pernah berbuat dosa kepada Allah sedikitpun. Mereka selalu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah atas mereka. Allahberfirman:
ูุงู ููุนูุตูููู ุงูููู ู ูุง ุฃู ูุฑูููู ููููููุนูููููู ู ูุง ููุคูู ูุฑููููู .(ุงูุชูุญุฑูู : 6)
_*โMereka tidak pernah bermaksiat (durhaka) kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkanโ*_ . (QS. at-Tahrim: 6)
Allah menjadikan tabiโat para Malaikat tersebut hanya untuk selalu taat kepada-Nya. Namun begitu, mereka taat bukan karena terpaksa (Majbur), karena mereka memiliki ikhtiar. Akan tetapi ikhtiar mereka, -dengan kehendak Allah-, hanya dalam ketaatan-ketaatan kepada-Nya saja. Maka sama sekali tidak ada ikhtiar pada diri mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Dan mereka sama sekali tidak merasa bosan atau lelah dalam beribadah kepada Allah.
Para Malaikat tersebut tidak boleh disebut sebagai pembantu-pembantu Allah (Aโwan Allah). Karena Allah Maha Kaya atas seluruh alam ini. Allah yang menciptakan segala sesuatu maka Allah tidak membutuhkan kepada siapapun dari makhluk-makhluk-Nya ini. Allah berfirman:
ููุฅููู ุงูููู ุบูููููู ุนููู ุงูุนูุงููู ููููู (ุกุงู ุนู ุฑุงู :97)
_*โ... maka sesungguhnya Allah Maha Kaya atas seluruhalamโ*_ . (QS. Ali โImran: 97).
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan atau mengambil manfaโat dari mereka. Allah menciptakan para Malaikat dengan tujuan berbagai hikmah, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak. Di antara hikmahnya adalah bahwa para Malaikat tersebut adalah sebagai bukti akan keluasan rahmat-rahmat Allah. Karena sebagian di antara para Malaikat tersebut ada yang mengemban tugas dengan tujuan kemaslahatan dan mempermudah bagi urusan-urusan manusia. Di samping itu, Allah menciptakan para Malaikat tersebut adalah untuk memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Allah menciptakan para Malaikat dari cahaya. Rasulullah bersabda:
ุฎูููููุชู ุงูู ููุงูุฆูููุฉู ู ููู ููููุฑู ููุฎููููู ุงูุฌูุงููู ู ููู ู ูุงุฑูุฌู ู ููู ููุงุฑู ููุฎูููู ุกูุงุฏูู ู ู ูู ููุง ููุตููููููู (ุฑูููุงูู ู ูุณููู ู)
_*โMalaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api -murni- tidak berasap, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalianโ*_ . (HR Muslim)
Allah menciptakan para Malaikat dalam bentuk dan ukuran yang sangat besar, serta memiliki sayap-sayap. Malaikat Jibril misalnya, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau mempunyai 600 sayap. Satu sayap Malaikat Jibril ini dapat menutupi ufuk langit, dari sebelah timur hingga sebelah barat. Artinya, satu sayap Malaikat Jibril tersebut dapat menutupi alam dunia ini.
Dijelaskan pula dalam sebuah hadits tentang gambaran besarnya para Malaikat Hamalah al-โArsy, yaitu Malaikat-Malaikat pengangkat โarsy, bahwa jarak antara cuping telinga dan pundak mereka adalah jarak perjalanan 700 tahun dengan kecepatan terbang seekor burung yang sangat cepat.
Pemimpin secara keseluruhan dari para Malaikat Allaha dalah Malaikat Jibril. Beliau adalah
ใฐโพ๐ผ *HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM; IMAN DENGAN PARA MALAIKAT* ๐ผโพใฐ
*Oleh :* Dr. H. Kholilurrohman, MA
*IMAN KEPADA MALAIKAT*
Dalam al-Qurโan tentang keberadaan para Malaikat, Allah berfirman:
ููุฅููู ุนูููููููู ู ููุญูุงููุธููููู ููุฑูุงู ูุง ููุงุชูุจููููู ููุนูููู ูููู ู ูุง ุชูููุนูููููู (ุงูุงููุทุงุฑ: 10-12)
_*โSesungguhnya atas kalian ada (Malaikat-Malaikat) yang mengawasi (segala perbuatan), yang mulia dan selalu mencatat (perbuatan-perbuatan tersebut). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan (baik perbuatan maupun perkataan yang baik dan buruk)โ*_ . (QS. al-Infithar:10-12)
Diantara Ushul al-Iman as-Sittah adalah kewajiban beriman kepada para Malaikat Allah. Beriman kepada para Malaik atartinya meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia. Para Malaikat tersebut bukan sebagai bintang atau planet-planet yang berada di arah langit. Tetapi mereka adalah para makhluk Allah yang termasuk dari Hajm Lathif (tidak dapat dipegang oleh tangan). Mereka bukan dari jenis laki-laki ataupun perempuan, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak nikah, serta tidak berketurunan. Mereka tidak pernah berbuat dosa kepada Allah sedikitpun. Mereka selalu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah atas mereka. Allahberfirman:
ูุงู ููุนูุตูููู ุงูููู ู ูุง ุฃู ูุฑูููู ููููููุนูููููู ู ูุง ููุคูู ูุฑููููู .(ุงูุชูุญุฑูู : 6)
_*โMereka tidak pernah bermaksiat (durhaka) kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkanโ*_ . (QS. at-Tahrim: 6)
Allah menjadikan tabiโat para Malaikat tersebut hanya untuk selalu taat kepada-Nya. Namun begitu, mereka taat bukan karena terpaksa (Majbur), karena mereka memiliki ikhtiar. Akan tetapi ikhtiar mereka, -dengan kehendak Allah-, hanya dalam ketaatan-ketaatan kepada-Nya saja. Maka sama sekali tidak ada ikhtiar pada diri mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Dan mereka sama sekali tidak merasa bosan atau lelah dalam beribadah kepada Allah.
Para Malaikat tersebut tidak boleh disebut sebagai pembantu-pembantu Allah (Aโwan Allah). Karena Allah Maha Kaya atas seluruh alam ini. Allah yang menciptakan segala sesuatu maka Allah tidak membutuhkan kepada siapapun dari makhluk-makhluk-Nya ini. Allah berfirman:
ููุฅููู ุงูููู ุบูููููู ุนููู ุงูุนูุงููู ููููู (ุกุงู ุนู ุฑุงู :97)
_*โ... maka sesungguhnya Allah Maha Kaya atas seluruhalamโ*_ . (QS. Ali โImran: 97).
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan atau mengambil manfaโat dari mereka. Allah menciptakan para Malaikat dengan tujuan berbagai hikmah, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak. Di antara hikmahnya adalah bahwa para Malaikat tersebut adalah sebagai bukti akan keluasan rahmat-rahmat Allah. Karena sebagian di antara para Malaikat tersebut ada yang mengemban tugas dengan tujuan kemaslahatan dan mempermudah bagi urusan-urusan manusia. Di samping itu, Allah menciptakan para Malaikat tersebut adalah untuk memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Allah menciptakan para Malaikat dari cahaya. Rasulullah bersabda:
ุฎูููููุชู ุงูู ููุงูุฆูููุฉู ู ููู ููููุฑู ููุฎููููู ุงูุฌูุงููู ู ููู ู ูุงุฑูุฌู ู ููู ููุงุฑู ููุฎูููู ุกูุงุฏูู ู ู ูู ููุง ููุตููููููู (ุฑูููุงูู ู ูุณููู ู)
_*โMalaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api -murni- tidak berasap, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalianโ*_ . (HR Muslim)
Allah menciptakan para Malaikat dalam bentuk dan ukuran yang sangat besar, serta memiliki sayap-sayap. Malaikat Jibril misalnya, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa beliau mempunyai 600 sayap. Satu sayap Malaikat Jibril ini dapat menutupi ufuk langit, dari sebelah timur hingga sebelah barat. Artinya, satu sayap Malaikat Jibril tersebut dapat menutupi alam dunia ini.
Dijelaskan pula dalam sebuah hadits tentang gambaran besarnya para Malaikat Hamalah al-โArsy, yaitu Malaikat-Malaikat pengangkat โarsy, bahwa jarak antara cuping telinga dan pundak mereka adalah jarak perjalanan 700 tahun dengan kecepatan terbang seekor burung yang sangat cepat.
Pemimpin secara keseluruhan dari para Malaikat Allaha dalah Malaikat Jibril. Beliau adalah
Malaikat yang paling mulia. Selain Jibril, pemimpin para Malaikat lainnya (Ru-asaโ al-Malaโikah) adalah Mika-il, โAzra-il dan Israfil.
Dari uraian sifat-sifat Malaikat diatas dapat kita ketahui beberapa hal berikut:
*Pertama :*
Cerita yang tersebar mengenai Harut dan Marut, bahwa keduanya turun ke bumi, kemudian terpesona oleh kecantikan seorang wanita bernama al-Zuhrah, lalu keduanya menggoda wanita tersebut, hingga akhirnya berbuat zina dengannya, atau cerita yang menyebutkan bahwa Harut dan Marut terlebih dahulu minum khamr, kemudian berzina dengan wanita tersebut hingga melahirkan seorang anak yang kemudian dibunuh, adalah cerita bohong belaka. Karena sifat-sifat buruk semacam ini bukan sifat-sifat para Malaikat Allah, yang notabene selalu menjalankan perintah-Nya dan tidak pernah durhaka kepada-Nya.
Cerita keji ini bersumber dari orang-orang Yahudi yang memang sangat membenci para Malaikat. Cerita seperti ini jelas bertentangan dengan al-Qurโan, serta menyalahi akal sehat. Karena itu, para ulama kita mengatakan bahwa cerita ini sama sekali tidak berdasar dan boleh diyakini kebenarannya. Pembahasan ini semua telah dijelaskan oleh para ulama tafsir, seperti al-Imam al-Mufassir al-Fakhrurrazi, al-Mufassir al-Baidlawi, al-Mufassir Abu as-Suโud, al-Mufassir al-Khazin dan lain-lain. Juga telah dijelaskan oleh para ulama hadits, seperti al-Hafizh as-Suyuthi dalam kitab al-Musnad dan kitab ad-Durr al-Mantsur, asy-syekh Muhammad Hut al-Bairuti dalam kitab Asna al-Mathalib, dan oleh para ulama terkemuka lainnya.
*Kedua :*
Bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat. Karena dzat dan sifat-sifat Iblis berbeda dengan sifat-sifat Malaikat. Bahkan sifat-sifat Iblis ini bertolak belakang dengan sifat-sifat Malaikat. Hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
*1. Iblis adalah termasuk golongan Jin*. Allah berfirman:
ุฅูุงูู ุฅุจููููุณ ููุงูู ู ููู ุงูุฌูููู ููููุณููู ุนููู ุฃู ูุฑู ุฑูุจูููู (ุงูููู: 50)
_*โโฆkecuali Iblis, dia adalah dari golongan jin, makaia mendurhakai perintah Tuhannyaโฆโ*_ (QS al-Kahfi: 50)
*2. Iblis adalah makhluk kafir*, seperti pernyataan jelas dalam al-Qurโan:
ุฅูุงูู ุฅุจููููุณู ุฃุจูู ููุงุณูุชูููุจูุฑู ููููุงูู ู ููู ุงูููุงููุฑููููู (ุงูุจูุฑุฉ :34)
_*โโฆkecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan iatermasuk golongan yang kafirโ*_ . (QS al-Baqarah: 34)
*3. Iblis memiliki keturunan*, sebagaimana firman Allah:
ุฃููุชูุชููุฎูุฐูููููู ููุฐูุฑููููุชููู ุฃููููููุงุกู ู ููู ุฏูููููู (ุงูููู:50)
_*โโฆpatutkah kamu menjadikannya dan keurunan-keturunannya sebagai pemimpin selain Akuโฆโ*_ (QS al-Kahfi: 50)
*4. Iblis mengaku bahwa dirinya diciptakan oleh Allah dari api*, seperti dijelaskan dalam al-Qurโan:
ููุงูู ุฃููุง ุฎูููุฑู ู ููููู ุฎูููููุชูููู ู ููู ููุงุฑู ููุฎูููููุชููู ู ููู ุทููููู (ุงูุงุนุฑุงู: 12)
_*โIblis berkata: Aku lebih baik darinya (Adam), Engkau mencipakanku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan ia dari tanahโ*_ . (QS.al-Aโraf: 12)
Dengan demikian jelaslah bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat, karena ia kafir kepada Allah, ia berketurunan, dan ia diciptakan dari api, sementara Malaikat diciptakan dari cahaya.
*Ketiga :*
Pernyataan yang mengatakan bahwa para Malaikat sebagai dari jenis perempuan adalah merupakan perkataan orang-orang kafir. Sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Allah dalam al-Qurโan:
ุฅููู ุงููุฐููููู ูุงูููุคูู ูููููู ุจูุงูุขุฎูุฑูุฉู ููููุณูู ููููู ุงูู ููุงูุฆูููุฉู ุชูุณูู ูููุฉู ุงูุฃููุซู (ุงููุฌู :27)
_* โSesungguhnya orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat (artinya orang-orang kafir), mereka benar-benar menamakan Malaikat dengan nama perempuanโ*_. (QS. an-Najm: 27)
Dengan demikian Malaikat bukan dari jenis laki-laki dan bukan pula dari jenis perempuan.
*Tugas-Tugas Para Malaikat*
Jumlah para Malaikat sangat banyak. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka secara pasti kecuali Allah sendiri. Allah berfirman:
ููู ูุง ููุนูููู ู ุฌููููุฏู ุฑูุจูููู ุฅููููุง ูููู(ุงูู ุฏุซุฑ: 31)
_*โDan tidak ada yang mengetahui akan bala tentara (para Malaikat)Tuhanmu (Wahai Muhammad) kecuali Dia sendiriโ*_. (QS al-Mudatsir: 31)
Jumlah para Malaikat lebih banyak dari seluruh jumlah manusia, jin, kerikil, dedaunan dan bahkan lebih banyak dari setiap tetes air h
Dari uraian sifat-sifat Malaikat diatas dapat kita ketahui beberapa hal berikut:
*Pertama :*
Cerita yang tersebar mengenai Harut dan Marut, bahwa keduanya turun ke bumi, kemudian terpesona oleh kecantikan seorang wanita bernama al-Zuhrah, lalu keduanya menggoda wanita tersebut, hingga akhirnya berbuat zina dengannya, atau cerita yang menyebutkan bahwa Harut dan Marut terlebih dahulu minum khamr, kemudian berzina dengan wanita tersebut hingga melahirkan seorang anak yang kemudian dibunuh, adalah cerita bohong belaka. Karena sifat-sifat buruk semacam ini bukan sifat-sifat para Malaikat Allah, yang notabene selalu menjalankan perintah-Nya dan tidak pernah durhaka kepada-Nya.
Cerita keji ini bersumber dari orang-orang Yahudi yang memang sangat membenci para Malaikat. Cerita seperti ini jelas bertentangan dengan al-Qurโan, serta menyalahi akal sehat. Karena itu, para ulama kita mengatakan bahwa cerita ini sama sekali tidak berdasar dan boleh diyakini kebenarannya. Pembahasan ini semua telah dijelaskan oleh para ulama tafsir, seperti al-Imam al-Mufassir al-Fakhrurrazi, al-Mufassir al-Baidlawi, al-Mufassir Abu as-Suโud, al-Mufassir al-Khazin dan lain-lain. Juga telah dijelaskan oleh para ulama hadits, seperti al-Hafizh as-Suyuthi dalam kitab al-Musnad dan kitab ad-Durr al-Mantsur, asy-syekh Muhammad Hut al-Bairuti dalam kitab Asna al-Mathalib, dan oleh para ulama terkemuka lainnya.
*Kedua :*
Bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat. Karena dzat dan sifat-sifat Iblis berbeda dengan sifat-sifat Malaikat. Bahkan sifat-sifat Iblis ini bertolak belakang dengan sifat-sifat Malaikat. Hal ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
*1. Iblis adalah termasuk golongan Jin*. Allah berfirman:
ุฅูุงูู ุฅุจููููุณ ููุงูู ู ููู ุงูุฌูููู ููููุณููู ุนููู ุฃู ูุฑู ุฑูุจูููู (ุงูููู: 50)
_*โโฆkecuali Iblis, dia adalah dari golongan jin, makaia mendurhakai perintah Tuhannyaโฆโ*_ (QS al-Kahfi: 50)
*2. Iblis adalah makhluk kafir*, seperti pernyataan jelas dalam al-Qurโan:
ุฅูุงูู ุฅุจููููุณู ุฃุจูู ููุงุณูุชูููุจูุฑู ููููุงูู ู ููู ุงูููุงููุฑููููู (ุงูุจูุฑุฉ :34)
_*โโฆkecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan iatermasuk golongan yang kafirโ*_ . (QS al-Baqarah: 34)
*3. Iblis memiliki keturunan*, sebagaimana firman Allah:
ุฃููุชูุชููุฎูุฐูููููู ููุฐูุฑููููุชููู ุฃููููููุงุกู ู ููู ุฏูููููู (ุงูููู:50)
_*โโฆpatutkah kamu menjadikannya dan keurunan-keturunannya sebagai pemimpin selain Akuโฆโ*_ (QS al-Kahfi: 50)
*4. Iblis mengaku bahwa dirinya diciptakan oleh Allah dari api*, seperti dijelaskan dalam al-Qurโan:
ููุงูู ุฃููุง ุฎูููุฑู ู ููููู ุฎูููููุชูููู ู ููู ููุงุฑู ููุฎูููููุชููู ู ููู ุทููููู (ุงูุงุนุฑุงู: 12)
_*โIblis berkata: Aku lebih baik darinya (Adam), Engkau mencipakanku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan ia dari tanahโ*_ . (QS.al-Aโraf: 12)
Dengan demikian jelaslah bahwa Iblis bukan termasuk golongan Malaikat, karena ia kafir kepada Allah, ia berketurunan, dan ia diciptakan dari api, sementara Malaikat diciptakan dari cahaya.
*Ketiga :*
Pernyataan yang mengatakan bahwa para Malaikat sebagai dari jenis perempuan adalah merupakan perkataan orang-orang kafir. Sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Allah dalam al-Qurโan:
ุฅููู ุงููุฐููููู ูุงูููุคูู ูููููู ุจูุงูุขุฎูุฑูุฉู ููููุณูู ููููู ุงูู ููุงูุฆูููุฉู ุชูุณูู ูููุฉู ุงูุฃููุซู (ุงููุฌู :27)
_* โSesungguhnya orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat (artinya orang-orang kafir), mereka benar-benar menamakan Malaikat dengan nama perempuanโ*_. (QS. an-Najm: 27)
Dengan demikian Malaikat bukan dari jenis laki-laki dan bukan pula dari jenis perempuan.
*Tugas-Tugas Para Malaikat*
Jumlah para Malaikat sangat banyak. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka secara pasti kecuali Allah sendiri. Allah berfirman:
ููู ูุง ููุนูููู ู ุฌููููุฏู ุฑูุจูููู ุฅููููุง ูููู(ุงูู ุฏุซุฑ: 31)
_*โDan tidak ada yang mengetahui akan bala tentara (para Malaikat)Tuhanmu (Wahai Muhammad) kecuali Dia sendiriโ*_. (QS al-Mudatsir: 31)
Jumlah para Malaikat lebih banyak dari seluruh jumlah manusia, jin, kerikil, dedaunan dan bahkan lebih banyak dari setiap tetes air h