Di antara dalil dari hadits Rasulullah bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah.
Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/5S5r6ksgi78
Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/5S5r6ksgi78
YouTube
Allah Ada Tanpa Tempat (Dalil Hadits)
27 April 2018
Kajian Subuh
bersama Ust. DR. H. Kholilurrohman Lc. MA
@Majelis Nurul Hikmah
Jl. Karyawan 3, Karang Tengah - Tangerang
Kajian Subuh
bersama Ust. DR. H. Kholilurrohman Lc. MA
@Majelis Nurul Hikmah
Jl. Karyawan 3, Karang Tengah - Tangerang
Rasulullah bersabda:
إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
[Maknanya]: _*“Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al-Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Ali-Imran: 7, waspadai dan jauhi mereka”.*_ (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Termasuk dalam memahami hadits al-Jariyah, kaum Musyabbihhah *--(variannya di zaman sekarang adalah golongan Wahhabi)--*, memaknainya dalam makna zahirnya. Mereka meyakini “Allah di atas langit”, atau sebagian mereka mengatakan “bertempat di langit” dengan dasar pemahaman keliru terhadap hadits ini. Musibah terbesar kaum Musyabbihah sesungguhnya adalah karena mereka sangat anti terhadap takwil. Bahkan berkembang di kalangan mereka semacam kaedah --yang mereka buat sendiri-- mengatakan “al-Mu’awwil Mu’ath-thil”; (seorang yang melakukan takwil maka ia menginkari teks-teks syari’at).
Wa Allah A’lam.
*Baca selengkapnya :*
https://play.google.com/store/books/details?id=lZeiDwAAQBAJ
Khadim al-‘Ilm Wa al-’Ulama’
*Kholil Abu Fateh*
_Al-Asy’ari asy-Syafi’i al-Rifa’i al-Qadiri_
*NANTIKAN SEGERA TERBIT DALAM BUKU CETAK*
*NURUL HIKMAH PRESS*
+6287878023938
إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
[Maknanya]: _*“Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al-Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Ali-Imran: 7, waspadai dan jauhi mereka”.*_ (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Termasuk dalam memahami hadits al-Jariyah, kaum Musyabbihhah *--(variannya di zaman sekarang adalah golongan Wahhabi)--*, memaknainya dalam makna zahirnya. Mereka meyakini “Allah di atas langit”, atau sebagian mereka mengatakan “bertempat di langit” dengan dasar pemahaman keliru terhadap hadits ini. Musibah terbesar kaum Musyabbihah sesungguhnya adalah karena mereka sangat anti terhadap takwil. Bahkan berkembang di kalangan mereka semacam kaedah --yang mereka buat sendiri-- mengatakan “al-Mu’awwil Mu’ath-thil”; (seorang yang melakukan takwil maka ia menginkari teks-teks syari’at).
Wa Allah A’lam.
*Baca selengkapnya :*
https://play.google.com/store/books/details?id=lZeiDwAAQBAJ
Khadim al-‘Ilm Wa al-’Ulama’
*Kholil Abu Fateh*
_Al-Asy’ari asy-Syafi’i al-Rifa’i al-Qadiri_
*NANTIKAN SEGERA TERBIT DALAM BUKU CETAK*
*NURUL HIKMAH PRESS*
+6287878023938
*UPDATE*
Kepada saudara - saudara di 🇲🇾 Malaysia. Bagi yang berminat untuk memiliki buku - buku karya Dr. H. Kholilurrohman, MA ( Ustadz Kholil Abu Fateh ) dapat menggunakan jasa pengiriman dari 🇮🇩 *Indonesia* ke 🇲🇾 *Malaysia* melalui *City-Link Express*. Dengan biaya kirim saat ini :
*Rp. 87.000/Kg*
Semoga bermanfaat.
Salaam,
🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat:
*Pondok Pesantren Nurul Hikmah*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia
Whatsapp:
*https://wa.me/6287878023938*
Kepada saudara - saudara di 🇲🇾 Malaysia. Bagi yang berminat untuk memiliki buku - buku karya Dr. H. Kholilurrohman, MA ( Ustadz Kholil Abu Fateh ) dapat menggunakan jasa pengiriman dari 🇮🇩 *Indonesia* ke 🇲🇾 *Malaysia* melalui *City-Link Express*. Dengan biaya kirim saat ini :
*Rp. 87.000/Kg*
Semoga bermanfaat.
Salaam,
🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat:
*Pondok Pesantren Nurul Hikmah*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia
Whatsapp:
*https://wa.me/6287878023938*
Bagi yang ingin membaca buku-buku terkait Agama Islam - Ilmu Tauhid (Teologi) silahkan buka Google Play Books dan ketik di kolom pencarian "Kholilurrohman". Terdapat 20 lebih judul buku yang dapat di baca (full buku) secara gratis. Biografi penulis >>> nurulhikmah.ponpes.id
〰♾🌼 *KERANCUAN KALANGAN ANTI TABARRUK* 🌼♾〰
Kalangan yang anti tabarruk, tawassul, dan semacamnya seringkali ketika mereka terbentur dengan hadits-hadits atau amaliah para ulama salaf dan khalaf yang bertentangan dengan pendapat mereka, mereka mengatakan:
(1). _Hadits-hadits tentang tabarruk dan tawassul ini khusus berlaku kepada Rasulullah!_
(2). _Mereka, para ulama tersebut melakukan perbuatan yang tidak ada dalilnya, dengan demikian harus ditolak, siapa-pun orang tersebut!_
(Jawab):
(1). Kita katakan kepada mereka: Adakah dalil yang mengkhususkan tabarruk, tawassul dan Istighatsah hanya kepada Rasulullah saja?! Mana dalil kekhususan (Khushushiyyah) tersebut?! Apakah setiap ada hadits yang bertentangan dengan pendapat kalian, kemudian kalian katakan bahwa khusus berlaku kepada Rasulullah saja?! Mari kita lihat berikut ini pemahaman para ulama kita tentang hadits-hadits tabarruk dan semacamnya, bahwa mereka memahaminya tidak hanya khusus kepada Rasulullah saja.
Al-Imam Ibn Hibban dalam kitab Shahih-nya menuliskan sebagai berikut:
بَابُ ذِكْرِ إِبَاحَةِ التَّـبَرُّكِ بِوَضُوْءِ الصَّالِحِيْنَ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ إِذَا كَانُوْا مُتَّبِعِيْنَ لِسُنَنِ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ، عَنْ ابْنِ أَبِيْ جُحَيْفَةَ، عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ فِيْ قُبَّةٍ حَمْرَاءَ وَرَأَيْتُ بِلاَلاً أَخْرَجَ وَضُوْءَهُ فَرَأَيْتُ النَّاسَ يَبْتَدِرُوْنَ وَضُوْءَهُ يَتَمَسَّحُوْنَ.
_*“Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”. Dari Ibn Abi Juhaifah, dari ayahnya, bahwa ia berkata: Aku melihat Rasulullah di Qubbah Hamra’, dan aku melihat Bilal mengeluarkan air wudlu Rasulullah, kemudian aku melihat banyak orang memburu bekas air wudlu tersebut, mereka semua mengusap-usap dengannya”*_
Dalam teks di atas sangat jelas bahwa Ibn Hibban memahami tabarruk sebagai hal yang tidak khusus kepada Rasulullah saja, tetapi juga berlaku kepada al-Ulama al-‘Amilin. Karena itu beliau mencantumkan hadits tentang tabarruk dengan air bekas wudlu Rasulullah di bawah sebuah bab yang beliau namakan: “Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”.
Syekh Mar’i al-Hanbali dalam Ghayah al-Muntaha menuliskan:
وَلاَ بَأْسَ بِلَمْسِ قَبْرٍ بِيَدٍ لاَ سِيَّمَا مَنْ تُرْجَى بَرَكَتُهُ
_*“Dan tidak mengapa menyentuh kuburan dengan tangan, apalagi kuburan orang yang diharapkan berkahnya”*_
Bahkan dalam kitab al-Hikayat al-Mantsurah karya al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, disebutkan bahwa beliau (adl-Dliya’ al-Maqdisi) mendengar al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali mengatakan bahwa suatu ketika di lengannya muncul penyakit seperti bisul, dia sudah berobat ke mana-mana dan tidak mendapatkan kesembuhan. Akhirnya ia mendatangi kuburan al-Imam Ahmad ibn Hanbal. Kemudian ia mengusapkan lengannya ke makam tersebut, lalu penyakit itu sembuh dan tidak pernah kambuh kembali.
As-Samhudi dalam Wafa’ al-Wafa mengutip dari Al-Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, bahwa beliau berkata:
اِسْتَنْبَطَ بَعْضُهُمْ مِنْ مَشْرُوْعِيَّةِ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ الأَسْوَدِ جَوَازَ تَقْبِيْلِ كُلِّ مَنْ يَسْتَحِقُّ التَّعْظِيْمَ مِنْ ءَادَمِيٍّ وَغَيْرِهِ، فَأَمَّا تَقْبِيْلُ يَدِ الآدَمِيِّ فَسَبَقَ فِيْ الأَدَبِ، وَأَمَّا غَيْرُهُ فَنُقِلَ عَنْ أَحْمَدَ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ تَقْبِيْلِ مِنْبَرِ النَّبِيِّ وَقَبْرِهِ فَلَمْ يَرَ بِهِ بَأْسًا، وَاسْتَبْعَدَ بَعْضُ أَتْبَاعِهِ صِحَّتَهُ عَنْهُ وَنُقِلَ عَنْ ابْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ اليَمَانِيِّ أَحَدِ عُلَمَاءِ مَكَّةَ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ الْمُصْحَفِ وَأَجْزَاءِ الْحَدِيْثِ وَقُبُوْرِ الصَّالِحِيْنَ، وَنَقَلَ الطَّيِّبُِ النَّاشِرِيُّ عَنْ الْمُحِبِّ الطَّبَرِيِّ أَنَّهُ يَجُوْزُ تَقْبِيْلُ الْقَبْرِ وَمسُّهُ قَالَ: وَعَلَيْهِ عَمَلُ العُلَمَاءِ الصَّالِحِيْنَ.
*“Al-Hafizh Ibn Hajar mengatakan* _*bahwa sebagian ulama mengambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad, kebolehan mencium s
Kalangan yang anti tabarruk, tawassul, dan semacamnya seringkali ketika mereka terbentur dengan hadits-hadits atau amaliah para ulama salaf dan khalaf yang bertentangan dengan pendapat mereka, mereka mengatakan:
(1). _Hadits-hadits tentang tabarruk dan tawassul ini khusus berlaku kepada Rasulullah!_
(2). _Mereka, para ulama tersebut melakukan perbuatan yang tidak ada dalilnya, dengan demikian harus ditolak, siapa-pun orang tersebut!_
(Jawab):
(1). Kita katakan kepada mereka: Adakah dalil yang mengkhususkan tabarruk, tawassul dan Istighatsah hanya kepada Rasulullah saja?! Mana dalil kekhususan (Khushushiyyah) tersebut?! Apakah setiap ada hadits yang bertentangan dengan pendapat kalian, kemudian kalian katakan bahwa khusus berlaku kepada Rasulullah saja?! Mari kita lihat berikut ini pemahaman para ulama kita tentang hadits-hadits tabarruk dan semacamnya, bahwa mereka memahaminya tidak hanya khusus kepada Rasulullah saja.
Al-Imam Ibn Hibban dalam kitab Shahih-nya menuliskan sebagai berikut:
بَابُ ذِكْرِ إِبَاحَةِ التَّـبَرُّكِ بِوَضُوْءِ الصَّالِحِيْنَ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ إِذَا كَانُوْا مُتَّبِعِيْنَ لِسُنَنِ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ، عَنْ ابْنِ أَبِيْ جُحَيْفَةَ، عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْه وَسَلّمَ فِيْ قُبَّةٍ حَمْرَاءَ وَرَأَيْتُ بِلاَلاً أَخْرَجَ وَضُوْءَهُ فَرَأَيْتُ النَّاسَ يَبْتَدِرُوْنَ وَضُوْءَهُ يَتَمَسَّحُوْنَ.
_*“Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”. Dari Ibn Abi Juhaifah, dari ayahnya, bahwa ia berkata: Aku melihat Rasulullah di Qubbah Hamra’, dan aku melihat Bilal mengeluarkan air wudlu Rasulullah, kemudian aku melihat banyak orang memburu bekas air wudlu tersebut, mereka semua mengusap-usap dengannya”*_
Dalam teks di atas sangat jelas bahwa Ibn Hibban memahami tabarruk sebagai hal yang tidak khusus kepada Rasulullah saja, tetapi juga berlaku kepada al-Ulama al-‘Amilin. Karena itu beliau mencantumkan hadits tentang tabarruk dengan air bekas wudlu Rasulullah di bawah sebuah bab yang beliau namakan: “Bab menyebutkan kebolehan tabarruk dengan bekas air wudlu orang-orang saleh dari kalangan para ulama, jika mereka memang orang-orang mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah”.
Syekh Mar’i al-Hanbali dalam Ghayah al-Muntaha menuliskan:
وَلاَ بَأْسَ بِلَمْسِ قَبْرٍ بِيَدٍ لاَ سِيَّمَا مَنْ تُرْجَى بَرَكَتُهُ
_*“Dan tidak mengapa menyentuh kuburan dengan tangan, apalagi kuburan orang yang diharapkan berkahnya”*_
Bahkan dalam kitab al-Hikayat al-Mantsurah karya al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, disebutkan bahwa beliau (adl-Dliya’ al-Maqdisi) mendengar al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali mengatakan bahwa suatu ketika di lengannya muncul penyakit seperti bisul, dia sudah berobat ke mana-mana dan tidak mendapatkan kesembuhan. Akhirnya ia mendatangi kuburan al-Imam Ahmad ibn Hanbal. Kemudian ia mengusapkan lengannya ke makam tersebut, lalu penyakit itu sembuh dan tidak pernah kambuh kembali.
As-Samhudi dalam Wafa’ al-Wafa mengutip dari Al-Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, bahwa beliau berkata:
اِسْتَنْبَطَ بَعْضُهُمْ مِنْ مَشْرُوْعِيَّةِ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ الأَسْوَدِ جَوَازَ تَقْبِيْلِ كُلِّ مَنْ يَسْتَحِقُّ التَّعْظِيْمَ مِنْ ءَادَمِيٍّ وَغَيْرِهِ، فَأَمَّا تَقْبِيْلُ يَدِ الآدَمِيِّ فَسَبَقَ فِيْ الأَدَبِ، وَأَمَّا غَيْرُهُ فَنُقِلَ عَنْ أَحْمَدَ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ تَقْبِيْلِ مِنْبَرِ النَّبِيِّ وَقَبْرِهِ فَلَمْ يَرَ بِهِ بَأْسًا، وَاسْتَبْعَدَ بَعْضُ أَتْبَاعِهِ صِحَّتَهُ عَنْهُ وَنُقِلَ عَنْ ابْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ اليَمَانِيِّ أَحَدِ عُلَمَاءِ مَكَّةَ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ الْمُصْحَفِ وَأَجْزَاءِ الْحَدِيْثِ وَقُبُوْرِ الصَّالِحِيْنَ، وَنَقَلَ الطَّيِّبُِ النَّاشِرِيُّ عَنْ الْمُحِبِّ الطَّبَرِيِّ أَنَّهُ يَجُوْزُ تَقْبِيْلُ الْقَبْرِ وَمسُّهُ قَالَ: وَعَلَيْهِ عَمَلُ العُلَمَاءِ الصَّالِحِيْنَ.
*“Al-Hafizh Ibn Hajar mengatakan* _*bahwa sebagian ulama mengambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad, kebolehan mencium s
etiap yang berhak untuk diagungkan; baik manusia atau lainnya, -dalil- tentang mencium tangan manusia telah dibahas dalam bab Adab, sedangkan tentang mencium selain manusia, telah dinukil dari Ahmad ibn Hanbal bahwa beliau ditanya tentang mencium mimbar Rasulullah dan kuburan Rasulullah, lalu beliau membolehkannya, walaupun sebagian pengikutnya meragukan kebenaran nukilan dari Ahmad ini. Dinukil pula dari Ibn Abi ash-Shaif al-Yamani, -salah seorang ulama madzhab Syafi'i di Makkah-, tentang kebolehan mencium Mushaf, buku-buku hadits dan makam orang saleh. Kemudian pula Ath-Thayyib an-Nasyiri menukil dari al-Muhibb ath-Thabari bahwa boleh mencium kuburan dan menyentuhnya, dan dia berkata: Ini adalah amaliah para ulama saleh”*_
Tentang keraguan dari sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Ahmad ibn Hanbal yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di atas jelas tidak beralasan sama sekali. Karena pernyataan Ahmad ibn Hanbal tersebut telah kita kutipkan langsung dari buku-buku putera beliau sendiri, yatiu ‘Abdullah ibn Ahmad dalam kitab Su-alat ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal dan al-‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal seperti telah kita sebutkan di atas.
Al-Badr al-‘Aini dalam ‘Umdah al-Qari mengutip dari al-Muhibb ath-Thabari bahwa ia berkata sebagai berikut:
وَيُمْكِنُ أَنْ يُسْتَنْبَطَ مِنْ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ وَاسْتِلاَمِ الأَرْكَانِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ مَا فِيْ تَقْبِيْلِهِ تَعْظِيْمُ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ إِنْ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ خَبَرٌ بِالنَّدْبِ لَمْ يَرِدْ بِالكَرَاهَةِ، قَالَ: وَقَدْ رَأَيْتُ فِيْ بَعْضِ تَعَالِيْقِ جَدِّيْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ بَكْرٍ عَنْ الإِمَامِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ أَنَّ بَعْضَهُمْ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَصَاحِفَ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى أَجْزَاءَ الْحَدِيْثِ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى قُبُوْرَ الصَّالِحِيْنَ قَبَّلَهَا، قَالَ: وَلاَ يَبْعُدُ هذَا وَاللهُ أَعْلَمُ فِيْ كُلِّ مَا فِيْهِ تَعْظِيْمٌ للهِ تَعَالَى.
_*“Dapat diambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad dan melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Ka’bah tentang kebolehan mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah. Karena meskipun tidak ada dalil yang menjadikannya sebagai sesuatu yang sunnah, tetapi juga tidak ada yang memakruhkan. Al-Muhibb ath-Thabari melanjutkan: Aku juga telah melihat dalam sebagian catatan kakek-ku; Muhammad ibn Abi Bakar dari Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Abu ash-Shaif, bahwa sebagian ulama dan orang-orang saleh ketika melihat mushaf mereka menciumnya. Lalu ketika melihat buku-buku hadits mereka menciumnya, dan ketika melihat kuburan orang-orang saleh mereka juga menciumnya. ath-Thabari mengatakan: Ini bukan sesuatu yang aneh dan bukan sesuatu yang jauh dari dalilnya, bahwa termasuk di dalamnya segala sesuatu yang mengandung unsur Ta'zhim (pengagungan) kepada Allah. Wa Allahu A’lam”*_
Dari teks-teks ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa para ahli hadits, seperti al-Imam Ibn Hibban, al-Muhibb ath-Thabari, al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali, dan para ulama penulis Syarh Shahih al-Bukhari, seperti al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dengan Fath al-Bari’, al-Badr al-'Aini dengan ‘Umdah al-Qari’, juga para ahli Fikih madzhab Hanbali seperti Syekh Mar’i al-Hanbali dan lainnya, semuanya memiliki pemahaman bahwa kebolehan tabarruk tidak khusus berlaku kepada Rasulullah saja.
Dari sini, kita katakan kapada orang-orang anti tabarruk: _*Apa sikap kalian terhadap teks-teks para ulama ini?! Apakah kalian akan akan mengatakan bahwa para ulama tersebut berada di dalam kesesatan, dan hanya kalian yang benar dengan ajaran baru kalian?!*_
*(2). Jika dalil-dalil yang telah kita sebutkan itu bukan dalil, lalu apa yang mereka maksud dengan dalil? Apakah yang disebut dalil hanya jika disebutkan oleh panutan-panutan mereka saja?! Siapakah yang lebih tahu dalil dan memahami agama ini, apakah mereka yang anti tabarruk ataukah al-Imam Ahmad ibn Hanbal dan para ulama ahli hadits dan ahli fikih?! Benar, orang yang tidak memiliki alasan kuat akan mengatakan apapun, termasuk sesuatu yang ti
Tentang keraguan dari sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Ahmad ibn Hanbal yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di atas jelas tidak beralasan sama sekali. Karena pernyataan Ahmad ibn Hanbal tersebut telah kita kutipkan langsung dari buku-buku putera beliau sendiri, yatiu ‘Abdullah ibn Ahmad dalam kitab Su-alat ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal dan al-‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal seperti telah kita sebutkan di atas.
Al-Badr al-‘Aini dalam ‘Umdah al-Qari mengutip dari al-Muhibb ath-Thabari bahwa ia berkata sebagai berikut:
وَيُمْكِنُ أَنْ يُسْتَنْبَطَ مِنْ تَقْبِيْلِ الْحَجَرِ وَاسْتِلاَمِ الأَرْكَانِ جَوَازُ تَقْبِيْلِ مَا فِيْ تَقْبِيْلِهِ تَعْظِيْمُ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ إِنْ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ خَبَرٌ بِالنَّدْبِ لَمْ يَرِدْ بِالكَرَاهَةِ، قَالَ: وَقَدْ رَأَيْتُ فِيْ بَعْضِ تَعَالِيْقِ جَدِّيْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ بَكْرٍ عَنْ الإِمَامِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِيْ الصَّيْفِ أَنَّ بَعْضَهُمْ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَصَاحِفَ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى أَجْزَاءَ الْحَدِيْثِ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى قُبُوْرَ الصَّالِحِيْنَ قَبَّلَهَا، قَالَ: وَلاَ يَبْعُدُ هذَا وَاللهُ أَعْلَمُ فِيْ كُلِّ مَا فِيْهِ تَعْظِيْمٌ للهِ تَعَالَى.
_*“Dapat diambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad dan melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Ka’bah tentang kebolehan mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah. Karena meskipun tidak ada dalil yang menjadikannya sebagai sesuatu yang sunnah, tetapi juga tidak ada yang memakruhkan. Al-Muhibb ath-Thabari melanjutkan: Aku juga telah melihat dalam sebagian catatan kakek-ku; Muhammad ibn Abi Bakar dari Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Abu ash-Shaif, bahwa sebagian ulama dan orang-orang saleh ketika melihat mushaf mereka menciumnya. Lalu ketika melihat buku-buku hadits mereka menciumnya, dan ketika melihat kuburan orang-orang saleh mereka juga menciumnya. ath-Thabari mengatakan: Ini bukan sesuatu yang aneh dan bukan sesuatu yang jauh dari dalilnya, bahwa termasuk di dalamnya segala sesuatu yang mengandung unsur Ta'zhim (pengagungan) kepada Allah. Wa Allahu A’lam”*_
Dari teks-teks ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa para ahli hadits, seperti al-Imam Ibn Hibban, al-Muhibb ath-Thabari, al-Hafizh adl-Dliya’ al-Maqdisi al-Hanbali, al-Hafizh ‘Abd al-Ghani al-Maqdisi al-Hanbali, dan para ulama penulis Syarh Shahih al-Bukhari, seperti al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dengan Fath al-Bari’, al-Badr al-'Aini dengan ‘Umdah al-Qari’, juga para ahli Fikih madzhab Hanbali seperti Syekh Mar’i al-Hanbali dan lainnya, semuanya memiliki pemahaman bahwa kebolehan tabarruk tidak khusus berlaku kepada Rasulullah saja.
Dari sini, kita katakan kapada orang-orang anti tabarruk: _*Apa sikap kalian terhadap teks-teks para ulama ini?! Apakah kalian akan akan mengatakan bahwa para ulama tersebut berada di dalam kesesatan, dan hanya kalian yang benar dengan ajaran baru kalian?!*_
*(2). Jika dalil-dalil yang telah kita sebutkan itu bukan dalil, lalu apa yang mereka maksud dengan dalil? Apakah yang disebut dalil hanya jika disebutkan oleh panutan-panutan mereka saja?! Siapakah yang lebih tahu dalil dan memahami agama ini, apakah mereka yang anti tabarruk ataukah al-Imam Ahmad ibn Hanbal dan para ulama ahli hadits dan ahli fikih?! Benar, orang yang tidak memiliki alasan kuat akan mengatakan apapun, termasuk sesuatu yang ti
dak rasional, bahkan terkadang oleh dia sendiri tidak dipahami.
*Kholil Abu Fateh*
_al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Klik link di bawah untu membaca buku keseluruhan melalui Google Play Books, Gratis!!!*
*Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat*
https://play.google.com/store/books/details?id=QSKbDwAAQBAJ
*Download Dan Sebarluaskan!!*
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Nurul Hikmah Press*
Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
*Kholil Abu Fateh*
_al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Klik link di bawah untu membaca buku keseluruhan melalui Google Play Books, Gratis!!!*
*Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat*
https://play.google.com/store/books/details?id=QSKbDwAAQBAJ
*Download Dan Sebarluaskan!!*
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Nurul Hikmah Press*
Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Google
MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA' WA ASH-SHIFAT by Dr. H. Kholilurrohman, MA - Books…
MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA' WA ASH-SHIFAT - Ebook written by Dr. H. Kholilurrohman, MA. Read this book using Google Play Books app on your PC, android, iOS devices. Download for offline reading, highlight…
*Check out "MELURUSKAN DISTORSI DALAM ILMU KALAM"*
Al-Imam al-Qadli Iyadl al-Maliki dalam asy-Syifa Bi Ta'rif Huquq al-Musthafa mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islamnya (menjadi kafir) sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; "Terserah Yang Di atas", "Tuhan tertawa, tersenyum, menangis" atau "Mencari Tuhan yang hilang", dan lain sebagainya adalah gejala tasybih yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybih adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang.
Al-Imam Ibn al-Mu'allim al-Qurasyi (w 725 H), dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu'tadi (hlm. 588), meriwayatkan bahwa sahabat Ali ibn Abi Thalib berkata: "Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir". Seseorang bertanya kepadanya: "Wahai Amir al-Mu'minin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?" Sahabat Ali ibn Abi Thalib menjawab: "Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan".
*Selengkapnya klik link :*
*https://play.google.com/store/books/details?id=mYVeDwAAQBAJ*
Al-Imam al-Qadli Iyadl al-Maliki dalam asy-Syifa Bi Ta'rif Huquq al-Musthafa mengatakan bahwa ada dari orang-orang Islam yang keluar dari Islamnya (menjadi kafir) sekalipun ia tidak bertujuan keluar dari agama Islam tersebut. Ungkapan-ungkapan semacam; "Terserah Yang Di atas", "Tuhan tertawa, tersenyum, menangis" atau "Mencari Tuhan yang hilang", dan lain sebagainya adalah gejala tasybih yang semakin merebak belakangan ini. Tentu saja kesesatan akidah tasybih adalah hal yang telah disepakati oleh para ulama kita, dari dahulu hingga sekarang.
Al-Imam Ibn al-Mu'allim al-Qurasyi (w 725 H), dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu'tadi (hlm. 588), meriwayatkan bahwa sahabat Ali ibn Abi Thalib berkata: "Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir". Seseorang bertanya kepadanya: "Wahai Amir al-Mu'minin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?" Sahabat Ali ibn Abi Thalib menjawab: "Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan".
*Selengkapnya klik link :*
*https://play.google.com/store/books/details?id=mYVeDwAAQBAJ*
⚜⚜⚜
NURUL HIKMAH PRESS
Penerbit Buku Terkait Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy’ariyyah – Maturidiyyah, Fiqh Syafi’iyyah dan Tasawuf Rifa’iyyah – Qadiriyyah Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, Lc, MA (Kholil Abu Fateh).
Whatsapp : https://wa.me/6287878023938
Buku - buku yang diterbitkan diantaranya merupakan buku – buku karya Dr. H. Kholilurrohman, Lc, MA, dosen Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta (http://pascasarjana-ptiq.ac.id/dosen). Menyelesaikan S3 dengan nilai cumlaude di Institut PTIQ Jakarta pada konsentrasi Tafsir. Memiliki sanad muttashil dalam berbagai disiplin ilmu agama (al-Maqru’at, al-Masmu’at, al-Musalsalat, dan al-Ijazat). Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur’an Dan Kajian Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah Karang Tengah – Kota Tangerang Banten.
Di antara karya – karyanya yang telah diterbitkan Nurul Hikmah Press dalam bentuk buku cetak saat ini :
1. Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam
2. Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah
3. Ayo, Kita Tahlil!!
4. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat
5. Hadit Budak Perempuan Hitam (Hadits al-Jariyah) Dan Penjelasan Allah Ada Tanpa Tempat
Dan masih banyak lagi karya beliau dalam bentuk ebook yang dapat di baca gratis, melalui aplikasi android Google Play Books :
1. Penjelasan Lengkap ALLAH ADA TANPA TEMPAT & TANPA ARAH; Dalam Berbagai Karya Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah Lintas Masa dan Generasi
2. Mengenal Tasawuf Rasulullah : Representasi Ajaran al-Qur'an Dan Sunnah
3. Masa-il diniyyah Jilid 1
4. Masa-il diniyyah Jilid 2
5. Masa-il diniyyah Jilid 3
6. Masa-il diniyyah Jilid 4
7. Ghayah al-maram fi halli manzhumah ‘aqidah al-‘awam
8. Membersihkan nama Ibnu Arabi: kajian komprehensif tasawuf Rasulullah
9. Membela kedua orang tua Rasulullah yang mulia dari tuduhan keji kaum wahabi yang mengkafirkannya
10. Meluruskan distorsi dalam ilmu kalam
11. Islamic theology : Ibnul Jawzi membongkar kesesatan akidah Tasybih meluruskan penyimpangan dalam memahami sifat-sifat Allah
12. Radikalisme sekte Wahabiyah : mengurai sejarah dan pemikiran Wahabiyah
13. Memahami makna iman dengan qadla dan qadar : penjelasan bahwa manusia dengan segala perbuataannya adalah ciptaan Allah
14. Sufisme dalam tafsir nawawi
15. Ayo, kita tahlil! mengungkap dalil-dalil sampainya hadiah pahala amal saleh bagi mayit
16. Hadits Jibril : penjelasan hadits Jibril memahami pondasi iman yang enam
17. Study komprehensif tafsir istawa Allah ada tanpa tempat
18. Untaian mutiara aqidah ahlussunnah wal jama’ah
19. Aqidah imam empat madzhab : menjelaskan tafsir istawa dan kesucian Allah dari tempat dan arah
20. Memahami makna bid’ah secara komprehensif
21. Bekal menyambut bulan suci Ramadhan Wewangian semerbak dalam menjelaskan tentang peringatan maulid Nabi
22. Risalah Menjelaskan Kebatilan Pendapat Nur Muhammad Sebagai Makhluk Pertama (Terjemah Karya Al-Imam Al-Hafizh Abdullah ibn Muhammad al-Harari al-Habasyi (L 1328 - W 1429 H)
23. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat
24. MENGUNGKAP KEBENARAN AQIDAH ASY'ARIYYAH; Meluruskan Distorsi Terhadap Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Ajarannya
(Buka Aplikasi Android Goolgle Play Store >>> Pilih Kategori Books/Buku >>> Ketik “kholilurrohman” dalam kolom pencarian >>> akan mucul buku – buku karya beliau)
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
Fb Page : facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
Instagram : instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
Twitter : twitter.com/ppnurulhikmah
AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT
NURUL HIKMAH PRESS
Penerbit Buku Terkait Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy’ariyyah – Maturidiyyah, Fiqh Syafi’iyyah dan Tasawuf Rifa’iyyah – Qadiriyyah Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, Lc, MA (Kholil Abu Fateh).
Whatsapp : https://wa.me/6287878023938
Buku - buku yang diterbitkan diantaranya merupakan buku – buku karya Dr. H. Kholilurrohman, Lc, MA, dosen Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta (http://pascasarjana-ptiq.ac.id/dosen). Menyelesaikan S3 dengan nilai cumlaude di Institut PTIQ Jakarta pada konsentrasi Tafsir. Memiliki sanad muttashil dalam berbagai disiplin ilmu agama (al-Maqru’at, al-Masmu’at, al-Musalsalat, dan al-Ijazat). Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur’an Dan Kajian Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah Karang Tengah – Kota Tangerang Banten.
Di antara karya – karyanya yang telah diterbitkan Nurul Hikmah Press dalam bentuk buku cetak saat ini :
1. Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam
2. Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah
3. Ayo, Kita Tahlil!!
4. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat
5. Hadit Budak Perempuan Hitam (Hadits al-Jariyah) Dan Penjelasan Allah Ada Tanpa Tempat
Dan masih banyak lagi karya beliau dalam bentuk ebook yang dapat di baca gratis, melalui aplikasi android Google Play Books :
1. Penjelasan Lengkap ALLAH ADA TANPA TEMPAT & TANPA ARAH; Dalam Berbagai Karya Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah Lintas Masa dan Generasi
2. Mengenal Tasawuf Rasulullah : Representasi Ajaran al-Qur'an Dan Sunnah
3. Masa-il diniyyah Jilid 1
4. Masa-il diniyyah Jilid 2
5. Masa-il diniyyah Jilid 3
6. Masa-il diniyyah Jilid 4
7. Ghayah al-maram fi halli manzhumah ‘aqidah al-‘awam
8. Membersihkan nama Ibnu Arabi: kajian komprehensif tasawuf Rasulullah
9. Membela kedua orang tua Rasulullah yang mulia dari tuduhan keji kaum wahabi yang mengkafirkannya
10. Meluruskan distorsi dalam ilmu kalam
11. Islamic theology : Ibnul Jawzi membongkar kesesatan akidah Tasybih meluruskan penyimpangan dalam memahami sifat-sifat Allah
12. Radikalisme sekte Wahabiyah : mengurai sejarah dan pemikiran Wahabiyah
13. Memahami makna iman dengan qadla dan qadar : penjelasan bahwa manusia dengan segala perbuataannya adalah ciptaan Allah
14. Sufisme dalam tafsir nawawi
15. Ayo, kita tahlil! mengungkap dalil-dalil sampainya hadiah pahala amal saleh bagi mayit
16. Hadits Jibril : penjelasan hadits Jibril memahami pondasi iman yang enam
17. Study komprehensif tafsir istawa Allah ada tanpa tempat
18. Untaian mutiara aqidah ahlussunnah wal jama’ah
19. Aqidah imam empat madzhab : menjelaskan tafsir istawa dan kesucian Allah dari tempat dan arah
20. Memahami makna bid’ah secara komprehensif
21. Bekal menyambut bulan suci Ramadhan Wewangian semerbak dalam menjelaskan tentang peringatan maulid Nabi
22. Risalah Menjelaskan Kebatilan Pendapat Nur Muhammad Sebagai Makhluk Pertama (Terjemah Karya Al-Imam Al-Hafizh Abdullah ibn Muhammad al-Harari al-Habasyi (L 1328 - W 1429 H)
23. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat
24. MENGUNGKAP KEBENARAN AQIDAH ASY'ARIYYAH; Meluruskan Distorsi Terhadap Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Ajarannya
(Buka Aplikasi Android Goolgle Play Store >>> Pilih Kategori Books/Buku >>> Ketik “kholilurrohman” dalam kolom pencarian >>> akan mucul buku – buku karya beliau)
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
Fb Page : facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
Instagram : instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
Twitter : twitter.com/ppnurulhikmah
AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT
WhatsApp.com
Nurul Hikmah Islamic Bookstore
Business Account
❇️ *ISBAL* ❇️
📽️ Salah satu maksiat badan adalah memanjangkan pakaian (sarung ataupun yang lainnya) yakni menurunkannya hingga ke bawah mata kaki dengan tujuan berbangga dan menyombongkan diri (al Fakhr). Hukum dari perbuatan ini adalah dosa besar kalau memang tujuannya adalah untuk menyombongkan diri, jika tidak dengan tujuan tersebut maka hukumnya adalah makruh. Jadi cara yang dianjurkan oleh syara' adalah memendekkan sarung atau semacamnya sampai di bagian tengah betis.
📝 Hukum yang telah dijelaskan ini adalah hasil dari pemaduan (Taufiq) dan penyatuan (Jam') dari beberapa hadits tentang masalah ini. Pemaduan ini diambil dari hadits riwayat al Bukhari dan Muslim bahwa ketika Nabi mengatakan :
"من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة " رواه البخاري ومسلم
Maknanya : *"Barang siapa menarik bajunya (ke bawah mata kaki) karena sombong, Allah tidak akan merahmatinya kelak di hari kiamat"* (H.R. al Bukhari dan Muslim)
✨ Abu Bakr yang mendengar ini lalu bertanya kepada Nabi : _*"Wahai Rasulullah, sarungku selalu turun kecuali kalau aku mengangkatnya dari waktu ke waktu ?"*_ lalu Rasulullah bersabda :
"إنك لست ممن يفعله خيلاء " رواه البخاري ومسلم
Maknanya : *"Sesungguhnya engkau bukan orang yang melakukan itu karena sombong"* (H.R. al Bukhari dan Muslim)
🎙️ Jadi oleh karena Abu Bakr melakukan hal itu bukan karena sombong maka Nabi tidak mengingkarinya dan tidak menganggap perbuatannya sebagai perbuatan munkar; yang diharamkan.
*KHOLIL ABU FATEH*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_
🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat:
*Pondok Pesantren Nurul Hikmah*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia
Whatsapp:
*https://wa.me/6287878023938*
📽️ Salah satu maksiat badan adalah memanjangkan pakaian (sarung ataupun yang lainnya) yakni menurunkannya hingga ke bawah mata kaki dengan tujuan berbangga dan menyombongkan diri (al Fakhr). Hukum dari perbuatan ini adalah dosa besar kalau memang tujuannya adalah untuk menyombongkan diri, jika tidak dengan tujuan tersebut maka hukumnya adalah makruh. Jadi cara yang dianjurkan oleh syara' adalah memendekkan sarung atau semacamnya sampai di bagian tengah betis.
📝 Hukum yang telah dijelaskan ini adalah hasil dari pemaduan (Taufiq) dan penyatuan (Jam') dari beberapa hadits tentang masalah ini. Pemaduan ini diambil dari hadits riwayat al Bukhari dan Muslim bahwa ketika Nabi mengatakan :
"من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة " رواه البخاري ومسلم
Maknanya : *"Barang siapa menarik bajunya (ke bawah mata kaki) karena sombong, Allah tidak akan merahmatinya kelak di hari kiamat"* (H.R. al Bukhari dan Muslim)
✨ Abu Bakr yang mendengar ini lalu bertanya kepada Nabi : _*"Wahai Rasulullah, sarungku selalu turun kecuali kalau aku mengangkatnya dari waktu ke waktu ?"*_ lalu Rasulullah bersabda :
"إنك لست ممن يفعله خيلاء " رواه البخاري ومسلم
Maknanya : *"Sesungguhnya engkau bukan orang yang melakukan itu karena sombong"* (H.R. al Bukhari dan Muslim)
🎙️ Jadi oleh karena Abu Bakr melakukan hal itu bukan karena sombong maka Nabi tidak mengingkarinya dan tidak menganggap perbuatannya sebagai perbuatan munkar; yang diharamkan.
*KHOLIL ABU FATEH*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_
🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅🔆🔅🔅
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat:
*Pondok Pesantren Nurul Hikmah*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia
Whatsapp:
*https://wa.me/6287878023938*
〰♾🌼 *BANTAHAN TERHADAP TUDUHAN ADANYA TIGA FASE FAHAM AL-IMAM AL-ASY'ARI* 🌼♾〰
Ada sebagian orang, tepatnya bersumber dari kaum Wahabi, mengatakan bahwa al-Imâm Abul Hasan melewati tiga fase faham (ajaran) dalam hidupnya. Pertama; fase faham Mu’tazilah. Dua; fase mengikuti faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab. Dan ke tiga; fase kembali kepada faham Salaf dan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka mengatakan bahwa di akhir hidupnya hingga wafat, al-Asy’ari kembali kepada ajaran Salaf. Fase ke tiga ini menurut mereka al-Asy’ari telah benar-benar menjadi seorang yang berfaham Ahlussunnah.
Lanjutan tuduhan mereka ini kemudian mengatakan bahwa kaum Asy’ariyyah (para pengikut al-Imâm Abul Hasan) mengikuti al-Imâm Abul Hasan hanya dalam fase kedua dari fahamnya, yaitu fase mengikuti faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab. Kaum Asy’ariyyah tidak mengikuti al-Asy’ari di fase ke tiga. Karena itu, menurut mereka, kaum Asy’ariyyah ini tidak layak disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tuduhan ini banyak disebarkan dalam berbagai tulisan orang-orang Wahabi.
Tuduhan ini sangat mengelitik, dan patut kita kritisi. Ada banyak kemungkinan latar belakang timbulnya kesimpulan pembagian faham al-Asy’ari kepada tiga bagian di atas, sebagai berikut;
*(Pertama);* Tujuan utama faham pembagian fase tersebut adalah untuk menetapkan tuduhan bahwa kaum Asy’ariyyah adalah orang-orang sesat, bukan Ahlussunnah, para pengikut faham Mu’tazilah; atau dalam istilah mereka Afrakh al-Mu’tazilah (cicit-cicit Mu’tazilah), dan berbagai tuduhan lainnya.
*(Dua);* Mereka hendak menetapkan bahwa al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari sepaham dengan mereka. Yaitu, --menurut mereka-- berfaham Salaf [ala Wahabi]; sangat anti takwil dalam memahami teks-teks mutasyabihat. Sementara kaum Asy’ariyyah menurut mereka tidak sepaham dengan Imam mereka sendiri. Kesimpulannya; al-Imâm Abul Hasan lurus, di atas kebenaran. Sementara kaum Asy’ariyyah; sesat, bukan Ahlussunnah dan bukan di atas ajaran Salaf, bahkan mereka adalah orang-orang kafir. Alasannya; karena kaum Asy’ariyyah telah memberlakukan takwil terhadap teks-teks mutasyabihat.
*(Tiga);* Mereka hendak menyebarkan faham tasybih dan faham anti takwil, yang mereka bungkus dengan nama ajaran Salaf. Untuk itu mereka berani mereduksi (merubah) isi karya-karya al-Asy’ari, seperti yang akan anda lihat dalam catatan di bawah ini. Salah satunya, karya al-Asy’ari berjudul _*al-Ibanah Fi Ushul ad-Diyanah*_ yang dirombak menjadi berfaham tasybih dan tajsim.
*(Empat);* Pembagian tiga fase faham al-Imâm al-Asy’ari di atas memberikan kesimpulan bahwa Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab bukan seorang yang berfaham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Artinya, menurut mereka beliau adalah seorang yang sesat. Ini mengaburkan pemahaman umat Islam, utamanya mereka yang tidak kenal siapa sesungguhnya Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab.
*(Lima);* Membuat opini di kalangan umat Islam dan menggiring mereka, utamanya orang-orang awam, agar mengikuti faham mereka; bahwa kaum Asy’ariyyah --menurut mereka-- adalah orang-orang sesat yang wajib dihindari. Inilah tujuan utama mereka, yaitu untuk “berjualan”, membuat propaganda untuk menyebarkan faham mereka. Tuduhan menyesatkan (syubhat) kaum Musyabbihah Mujassimah di atas kita bantah dengan beberapa catatan berikut;
*(Satu);* al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari adalah tokoh Ahlussunnah Wal Jama’ah. Nama, akidah (keyakinan), dan rumusan ajaran Ahlussunnah yang beliau bukukan telah ditulis dengan tinta emas oleh murid-murid beliau, oleh para ahli sejarah (al-Mu’arrikhun), dan oleh para ulama di setiap generasi sesudahnya.
*(Dua);* Bahwa al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari semula seorang berfaham Mu’tazilah, bahkan menjadi tokoh panutan dan rujukan di kalangan orang-orang Mu’tazilah; ini benar adanya. Tidak ada seorang-pun dari murid-murid Abul Hasan (Ash-hab al-Asy’ari) yang telah mencatatkan bahwa beliau wafat dan telah bertaubat dari faham fase ke dua (faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab; seperti prasangka kaum Musyabbihah Mujassimah). Tidak ada seorangpun dari murid-murid al-Asy’ari yang mengatakan bahwa guru mereka telah bertaubah dari faham met
Ada sebagian orang, tepatnya bersumber dari kaum Wahabi, mengatakan bahwa al-Imâm Abul Hasan melewati tiga fase faham (ajaran) dalam hidupnya. Pertama; fase faham Mu’tazilah. Dua; fase mengikuti faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab. Dan ke tiga; fase kembali kepada faham Salaf dan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka mengatakan bahwa di akhir hidupnya hingga wafat, al-Asy’ari kembali kepada ajaran Salaf. Fase ke tiga ini menurut mereka al-Asy’ari telah benar-benar menjadi seorang yang berfaham Ahlussunnah.
Lanjutan tuduhan mereka ini kemudian mengatakan bahwa kaum Asy’ariyyah (para pengikut al-Imâm Abul Hasan) mengikuti al-Imâm Abul Hasan hanya dalam fase kedua dari fahamnya, yaitu fase mengikuti faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab. Kaum Asy’ariyyah tidak mengikuti al-Asy’ari di fase ke tiga. Karena itu, menurut mereka, kaum Asy’ariyyah ini tidak layak disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah. Tuduhan ini banyak disebarkan dalam berbagai tulisan orang-orang Wahabi.
Tuduhan ini sangat mengelitik, dan patut kita kritisi. Ada banyak kemungkinan latar belakang timbulnya kesimpulan pembagian faham al-Asy’ari kepada tiga bagian di atas, sebagai berikut;
*(Pertama);* Tujuan utama faham pembagian fase tersebut adalah untuk menetapkan tuduhan bahwa kaum Asy’ariyyah adalah orang-orang sesat, bukan Ahlussunnah, para pengikut faham Mu’tazilah; atau dalam istilah mereka Afrakh al-Mu’tazilah (cicit-cicit Mu’tazilah), dan berbagai tuduhan lainnya.
*(Dua);* Mereka hendak menetapkan bahwa al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari sepaham dengan mereka. Yaitu, --menurut mereka-- berfaham Salaf [ala Wahabi]; sangat anti takwil dalam memahami teks-teks mutasyabihat. Sementara kaum Asy’ariyyah menurut mereka tidak sepaham dengan Imam mereka sendiri. Kesimpulannya; al-Imâm Abul Hasan lurus, di atas kebenaran. Sementara kaum Asy’ariyyah; sesat, bukan Ahlussunnah dan bukan di atas ajaran Salaf, bahkan mereka adalah orang-orang kafir. Alasannya; karena kaum Asy’ariyyah telah memberlakukan takwil terhadap teks-teks mutasyabihat.
*(Tiga);* Mereka hendak menyebarkan faham tasybih dan faham anti takwil, yang mereka bungkus dengan nama ajaran Salaf. Untuk itu mereka berani mereduksi (merubah) isi karya-karya al-Asy’ari, seperti yang akan anda lihat dalam catatan di bawah ini. Salah satunya, karya al-Asy’ari berjudul _*al-Ibanah Fi Ushul ad-Diyanah*_ yang dirombak menjadi berfaham tasybih dan tajsim.
*(Empat);* Pembagian tiga fase faham al-Imâm al-Asy’ari di atas memberikan kesimpulan bahwa Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab bukan seorang yang berfaham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Artinya, menurut mereka beliau adalah seorang yang sesat. Ini mengaburkan pemahaman umat Islam, utamanya mereka yang tidak kenal siapa sesungguhnya Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab.
*(Lima);* Membuat opini di kalangan umat Islam dan menggiring mereka, utamanya orang-orang awam, agar mengikuti faham mereka; bahwa kaum Asy’ariyyah --menurut mereka-- adalah orang-orang sesat yang wajib dihindari. Inilah tujuan utama mereka, yaitu untuk “berjualan”, membuat propaganda untuk menyebarkan faham mereka. Tuduhan menyesatkan (syubhat) kaum Musyabbihah Mujassimah di atas kita bantah dengan beberapa catatan berikut;
*(Satu);* al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari adalah tokoh Ahlussunnah Wal Jama’ah. Nama, akidah (keyakinan), dan rumusan ajaran Ahlussunnah yang beliau bukukan telah ditulis dengan tinta emas oleh murid-murid beliau, oleh para ahli sejarah (al-Mu’arrikhun), dan oleh para ulama di setiap generasi sesudahnya.
*(Dua);* Bahwa al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari semula seorang berfaham Mu’tazilah, bahkan menjadi tokoh panutan dan rujukan di kalangan orang-orang Mu’tazilah; ini benar adanya. Tidak ada seorang-pun dari murid-murid Abul Hasan (Ash-hab al-Asy’ari) yang telah mencatatkan bahwa beliau wafat dan telah bertaubat dari faham fase ke dua (faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab; seperti prasangka kaum Musyabbihah Mujassimah). Tidak ada seorangpun dari murid-murid al-Asy’ari yang mengatakan bahwa guru mereka telah bertaubah dari faham met
ode takwil. Tidak ada seorang-pun dari mereka mengatakan bahwa al-Asy’ari berkeyakinan Allah memiliki bentuk dan ukuran, memiliki tempat dan arah, bertempat di langit; juga bertempat di arsy, serta memiliki anggota-anggota badan seperti yang mereka tuduhkan. Silahkan anda cek catatan / karya-karya Ash-hab al-Asy’ari.
*(Tiga);* al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari tidak pernah mengikrarkan diri bertaubat bahwa ia keluar dari faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab --seperti yang disangka / dikhayalkan kaum Musyabbihah Mujassimah-- sebagaimana beliau berikrar taubat dari faham Mu’tazilah. Sejarah tidak pernah mencatat prasangka kaum Musyabbihah Mujassimah itu. Al-Asy’ari tidak bernah berkata; “Saya berada dalam faham fase ke dua (model faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab), dan faham ini adalah sesat, karena itu saya pindah ke fase ke tiga (faham Salaf, seperti prasangka kaum Musyabbihah)”. Sejarah tidak pernah mencatat ini, bahkan sebatas isyarat-pun tidak ada.
*(Empat);* Tidak ada seorang-pun murid dari murid-murid al-Asy’ari yang mencatatkan bahwa al-Asy’ari wafat dalam keadaan telah taubat dari faham metode takwil. Tidak ada seorang-pun dari mereka mengatakan bahwa al-Asy’ari berkeyakinan Allah memiliki bentuk dan ukuran, memiliki tempat dan arah, bertempat di langit; juga bertempat di arsy, serta memiliki anggota-anggota badan seperti yang mereka tuduhkan. Silahkan anda cek catatan / karya-karya para ulama dari murid-murid al-Imâm al-Asy’ari. Perhatikan pernyataan al-Imâm Ibn Furak ini:
انتقل الشيخ أبو الحسن علي بن إسماعيل رضي الله عنه من مذاهب المعتزلة إلى نصرة مذاهب أهل السنة
والجماعة بالحجج العقلية وصنف في ذلك الكتب. اهـ
_*“Syekh Abul Hasan Ali ibn Isma’il al-Asy’ari pindah dari ajaran-ajaran Mu’tazilah kepada membela ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan argumen-argumen akal, yang dalam hal itu beliau menyusun kitab-kitab”.*_
Al-Imâm Ibn Furak tidak mengatakan; al-Asy’ari pindah kepada fase faham ke dua.
*(Lima);* Tidak ada seorang-pun dari para ahli sejarah (al-Mu’-arrikhun) yang menuliskan bahwa al-Asy’ari wafat dalam telah kembali kepada ajaran Salaf [versi wahabi / Musyabbihah / Mujassimah, atau dari keadaan telah taubat dari faham metode takwil. Yang benar adalah bahwa keluarnya al-Imâm al-Asy’ari dari faham Mu’tazilah adalah untuk membela ajaran Salaf saleh. Dan beliau tidak tetap meyakini ajaran Salaf tersebut sampai akhir hayatnya. Perhatikan catatan Ibnu Khalikan dalam Wafayat al-A’yan berikut ini:
هو صاحب الأصول والقائم بنصرة مذهب السنة، وكان أبو الحسن أولا معتزليا ثم تاب من القول بالعدل وخلق القرءان في المسجد الجامع بالبصرة يوم الجمعة. اهـ
_*“Beliau (al-Asy’ari) adalah seorang ahli Ushul (teolog), dan seorang yang berdiri membela madzhab Ahlussunnah. Awalnya, Abul Hasan adalah seorang berfaham Mu’tazilah, kemudian bertaubat dari faham / teori “keadilan” (yang menetapkan adanya kewajiban bagi Allah) dan dari faham al-Qur’an makhluk di masjid jami’ di Basrah pada hari jum’at”.*_
*(Enam);* Sejarah mencatat bahwa setelah al-Imâm al-Asy’ari keluar dari faham Mu’tazilah beliau sejalan dengan pendapat Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, al-Qalanisi, dan al-Muhasibi. Dan sesungguhnya mereka semua adalah para ulama yang berada di atas ajaran Salaf saleh. Perhatikan tulisan Ibnu Khaldun berikut ini:
إلى أن ظهر الشيخ أبو الحسن الأشعري وناظر بعض مشيختهم -أي المعتزلة- في مسائل الصلاح والأصلح فرفض طريقتهم، وكان على رأي عبد الله بن سعيد بن كلاب والقلانسي والحارث المحاسبي من أتباع السلف وعلى طريقة السنة. اهـ
_*“Hingga tampilah Syekh Abul Hasan al-Asy’ari, ia membantah pemuka-pemuka Mu’tazilah dalam masalah ash-Shalah wa al-Ash-lah maka ia menolak faham mereka. Dan adalah beliau di atas pendapat Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, al-Qalanisi, dan al-Harits al-Muhasibi; dari para pengikut Salaf dan di atas ajaran Ahlussunnah”.*_
*(Tujuh);* Semua ahli sejaran (al-Mu’arrikhun) mencatat bahwa al-Asy’ari pindah dari faham Mu’tazilah kepada faham Ahlussunnah ajaran Salaf saleh. Demikian dicatat oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubra, Ibnul ‘Imad dalam Syadza
*(Tiga);* al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari tidak pernah mengikrarkan diri bertaubat bahwa ia keluar dari faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab --seperti yang disangka / dikhayalkan kaum Musyabbihah Mujassimah-- sebagaimana beliau berikrar taubat dari faham Mu’tazilah. Sejarah tidak pernah mencatat prasangka kaum Musyabbihah Mujassimah itu. Al-Asy’ari tidak bernah berkata; “Saya berada dalam faham fase ke dua (model faham Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab), dan faham ini adalah sesat, karena itu saya pindah ke fase ke tiga (faham Salaf, seperti prasangka kaum Musyabbihah)”. Sejarah tidak pernah mencatat ini, bahkan sebatas isyarat-pun tidak ada.
*(Empat);* Tidak ada seorang-pun murid dari murid-murid al-Asy’ari yang mencatatkan bahwa al-Asy’ari wafat dalam keadaan telah taubat dari faham metode takwil. Tidak ada seorang-pun dari mereka mengatakan bahwa al-Asy’ari berkeyakinan Allah memiliki bentuk dan ukuran, memiliki tempat dan arah, bertempat di langit; juga bertempat di arsy, serta memiliki anggota-anggota badan seperti yang mereka tuduhkan. Silahkan anda cek catatan / karya-karya para ulama dari murid-murid al-Imâm al-Asy’ari. Perhatikan pernyataan al-Imâm Ibn Furak ini:
انتقل الشيخ أبو الحسن علي بن إسماعيل رضي الله عنه من مذاهب المعتزلة إلى نصرة مذاهب أهل السنة
والجماعة بالحجج العقلية وصنف في ذلك الكتب. اهـ
_*“Syekh Abul Hasan Ali ibn Isma’il al-Asy’ari pindah dari ajaran-ajaran Mu’tazilah kepada membela ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan argumen-argumen akal, yang dalam hal itu beliau menyusun kitab-kitab”.*_
Al-Imâm Ibn Furak tidak mengatakan; al-Asy’ari pindah kepada fase faham ke dua.
*(Lima);* Tidak ada seorang-pun dari para ahli sejarah (al-Mu’-arrikhun) yang menuliskan bahwa al-Asy’ari wafat dalam telah kembali kepada ajaran Salaf [versi wahabi / Musyabbihah / Mujassimah, atau dari keadaan telah taubat dari faham metode takwil. Yang benar adalah bahwa keluarnya al-Imâm al-Asy’ari dari faham Mu’tazilah adalah untuk membela ajaran Salaf saleh. Dan beliau tidak tetap meyakini ajaran Salaf tersebut sampai akhir hayatnya. Perhatikan catatan Ibnu Khalikan dalam Wafayat al-A’yan berikut ini:
هو صاحب الأصول والقائم بنصرة مذهب السنة، وكان أبو الحسن أولا معتزليا ثم تاب من القول بالعدل وخلق القرءان في المسجد الجامع بالبصرة يوم الجمعة. اهـ
_*“Beliau (al-Asy’ari) adalah seorang ahli Ushul (teolog), dan seorang yang berdiri membela madzhab Ahlussunnah. Awalnya, Abul Hasan adalah seorang berfaham Mu’tazilah, kemudian bertaubat dari faham / teori “keadilan” (yang menetapkan adanya kewajiban bagi Allah) dan dari faham al-Qur’an makhluk di masjid jami’ di Basrah pada hari jum’at”.*_
*(Enam);* Sejarah mencatat bahwa setelah al-Imâm al-Asy’ari keluar dari faham Mu’tazilah beliau sejalan dengan pendapat Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, al-Qalanisi, dan al-Muhasibi. Dan sesungguhnya mereka semua adalah para ulama yang berada di atas ajaran Salaf saleh. Perhatikan tulisan Ibnu Khaldun berikut ini:
إلى أن ظهر الشيخ أبو الحسن الأشعري وناظر بعض مشيختهم -أي المعتزلة- في مسائل الصلاح والأصلح فرفض طريقتهم، وكان على رأي عبد الله بن سعيد بن كلاب والقلانسي والحارث المحاسبي من أتباع السلف وعلى طريقة السنة. اهـ
_*“Hingga tampilah Syekh Abul Hasan al-Asy’ari, ia membantah pemuka-pemuka Mu’tazilah dalam masalah ash-Shalah wa al-Ash-lah maka ia menolak faham mereka. Dan adalah beliau di atas pendapat Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, al-Qalanisi, dan al-Harits al-Muhasibi; dari para pengikut Salaf dan di atas ajaran Ahlussunnah”.*_
*(Tujuh);* Semua ahli sejaran (al-Mu’arrikhun) mencatat bahwa al-Asy’ari pindah dari faham Mu’tazilah kepada faham Ahlussunnah ajaran Salaf saleh. Demikian dicatat oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, Tajuddin as-Subki dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubra, Ibnul ‘Imad dalam Syadza
rat adz-Dzahab Fi Akhbar Man Dzahab, Ibnul Atsir dalam al-Kamil Fi at-Tarikh, Ibnu ‘Asakir dalam Tabyîn Kadzib al-Muftarî, al-Qadli ‘Iyadl dalam Tartib al-Madarik, Ibnu Qadli Syubhah dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, al-Isnawi dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, Ibnu Farhun dalam ad-Dibaj al-Mudzahhab, al-Yafi’i dalam Mir’at al-Janan, dan lainnya. *Sangat tidak masuk akal, jika benar ada fase ke tiga dari faham al-Asy’ari lalu luput dari catatan para ahli sejarah di atas!*
Bahkan, al-Qadli Abu Bakr al-Baqilani yang notebene pembela ajaran-ajaran al-Asy’ari, dalam karya-karyanya seperti al-Inshaf dan at-Tamhid tidak ada “secuil”-pun menyebutkan bahwa ada fase ke tiga dari faham aqidah al-Asy’ari. Lihat pula karya-karya Ibnu Furak, al-Qaffal asy-Syasyi, Abu Ishaq asy-Syirazi, al-Bayhaqi; juga tidak ada sedikitpun menyinggung adanya fase ke tiga dari perjalan keyakinan al-Asy’ari.
(Delapan); Siapa sesungguhnya Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab? Jawabnya adalah beliau seorang Imam terkemuka di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang sangat kuat membantah dan melumpuhkan faham-faham Mu’tazilah dan Musyabbihah Mujassimah. Karena itu beliau sangat dibenci oleh kaum Mu’tazilah dan Musyabbihah sekaligus. Terutama kaum Musyabbihah yang sangat anti terhadap takwil, oleh karena Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab ini mempergunakan metode takwil dalam memahami teks-teks mutasyabihat.
Al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafiyyah tentang Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab menuliskan:
وابن كلاّب على كل حال من أهل السنة، ورأيت الإمام ضياء الدين الخطيب والد الإمام فخر الدين الرازي قد ذكر عبد الله بن سعيد في آخر كتابه غاية المرام في علم الكلام فقال: ومن متكلمي أهل السنة في أيام المأمون عبدالله بن سعيد التميمي الذي دمّر المعتزلة في مجلس المأمون وفضحهم ببيانه. اهـ
_*“Kesimpulannya, Ibnu Kullab adalah dari kaum Ahlussunnah. Dan aku telah melihat al-Imâm Dliya’uddin al-Khathib; ayahanda al-Imâm al-Fakhruddin ar-Razi telah menyebutkan prihal Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab di akhir kitabnya “Ghayah al-Maram Fi ‘Ilm al-Kalam”, berkata: Di antara teolog Ahlussunnah di masa al-Ma’mun adalah Abdullah ibn Sa’id at-Tamimi yang telah menghancurkan kaum Mu’tazilah di majelis al-Ma’mun, dan telah menelanjangi mereka dengan penjelasannya”.*_
Al-Imâm Al-Hafizh Ibn Asakir dalam kutipannya dari al-Imâm Abu Zaid al-Qayrawani, bahwa beliau berkata:
ما علمنا من نسب إلى ابن كلاّب البدعة، والذي بلغنا أنه يتقلّد السنة ويتولّى الردَّ على الجهمية وغيرهم من أهل البدع. اهـ
_*“Kami tidak mengetahui adanya orang yang menyandarkan Ibnu Kullab kepada perkara bid’ah. Berita yang sampai kepada kami beliau adalah pengikut ajaran Ahlussunnah, dan orang terdepan yang membantah faham Jahmiyyah dan lainnya dari kelompok ahli bid’ah”.*_
Ibnu Qadli Syubhah dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah tentang biografi Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab di antara tulisannya adalah sebagai berikut:
من كبار الْمُتَكَلِّمين وَمن أهل السّنة وبطريقته وَطَرِيقَة الْحَارِث المحاسبي اقْتدى أَبُو الْحسن الْأَشْعَرِيّ. اهـ
_*“Beliau adalah di antara teoog terkemuka, dan dari kaum Ahlussunnah, dan Abul Hasan mengikuti metodenya, juga mengikuti metode al-Harits al-Muhasibi [dalam membela ajaran Ahlussunnah]”.*_
Catatan dan penilaian yang sama juga telah dituliskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitab al-Muaqaddimah tentang al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, sebagaimana telah kita kutip di atas.
Al-Muhddits Zahid al-Kawtsari dalam ta’liq-nya terhadap kitab Tabyîn Kadzib al-Muftarî menuliskan:
كان إمام متكلمة السنة في عهد أحمد، وممن يرافق الحارث بن أسد، ويشنع عليه بعض الضعفاء في أصول الدين. اهـ
_*“Beliau (Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab) adalah Imam para ulama yang membela Sunnah (ajaran Rasulullah / Ahlussunnah) di masa Ahmad. Beliau di antara yang bersahabat dengan al-Harits ibn Asad al-Muhasibi). Orang-orang yang lemah dalam aqidah telah mencelanya”.*_
Syekh Jamaluddin al-Isnawi dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah menuliskan tentang sosok Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab:
كان من كبار المتكلمين ومن أهل السنة، ذكره العبادي في طبقة أبي بكر الصيرفي، قال؛ إنه من أصحابنا المتكلمين. اهـ
_*“Beliau adalah di antara teolog terkemu
Bahkan, al-Qadli Abu Bakr al-Baqilani yang notebene pembela ajaran-ajaran al-Asy’ari, dalam karya-karyanya seperti al-Inshaf dan at-Tamhid tidak ada “secuil”-pun menyebutkan bahwa ada fase ke tiga dari faham aqidah al-Asy’ari. Lihat pula karya-karya Ibnu Furak, al-Qaffal asy-Syasyi, Abu Ishaq asy-Syirazi, al-Bayhaqi; juga tidak ada sedikitpun menyinggung adanya fase ke tiga dari perjalan keyakinan al-Asy’ari.
(Delapan); Siapa sesungguhnya Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab? Jawabnya adalah beliau seorang Imam terkemuka di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang sangat kuat membantah dan melumpuhkan faham-faham Mu’tazilah dan Musyabbihah Mujassimah. Karena itu beliau sangat dibenci oleh kaum Mu’tazilah dan Musyabbihah sekaligus. Terutama kaum Musyabbihah yang sangat anti terhadap takwil, oleh karena Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab ini mempergunakan metode takwil dalam memahami teks-teks mutasyabihat.
Al-Imâm Tajuddin as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafiyyah tentang Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab menuliskan:
وابن كلاّب على كل حال من أهل السنة، ورأيت الإمام ضياء الدين الخطيب والد الإمام فخر الدين الرازي قد ذكر عبد الله بن سعيد في آخر كتابه غاية المرام في علم الكلام فقال: ومن متكلمي أهل السنة في أيام المأمون عبدالله بن سعيد التميمي الذي دمّر المعتزلة في مجلس المأمون وفضحهم ببيانه. اهـ
_*“Kesimpulannya, Ibnu Kullab adalah dari kaum Ahlussunnah. Dan aku telah melihat al-Imâm Dliya’uddin al-Khathib; ayahanda al-Imâm al-Fakhruddin ar-Razi telah menyebutkan prihal Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab di akhir kitabnya “Ghayah al-Maram Fi ‘Ilm al-Kalam”, berkata: Di antara teolog Ahlussunnah di masa al-Ma’mun adalah Abdullah ibn Sa’id at-Tamimi yang telah menghancurkan kaum Mu’tazilah di majelis al-Ma’mun, dan telah menelanjangi mereka dengan penjelasannya”.*_
Al-Imâm Al-Hafizh Ibn Asakir dalam kutipannya dari al-Imâm Abu Zaid al-Qayrawani, bahwa beliau berkata:
ما علمنا من نسب إلى ابن كلاّب البدعة، والذي بلغنا أنه يتقلّد السنة ويتولّى الردَّ على الجهمية وغيرهم من أهل البدع. اهـ
_*“Kami tidak mengetahui adanya orang yang menyandarkan Ibnu Kullab kepada perkara bid’ah. Berita yang sampai kepada kami beliau adalah pengikut ajaran Ahlussunnah, dan orang terdepan yang membantah faham Jahmiyyah dan lainnya dari kelompok ahli bid’ah”.*_
Ibnu Qadli Syubhah dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah tentang biografi Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab di antara tulisannya adalah sebagai berikut:
من كبار الْمُتَكَلِّمين وَمن أهل السّنة وبطريقته وَطَرِيقَة الْحَارِث المحاسبي اقْتدى أَبُو الْحسن الْأَشْعَرِيّ. اهـ
_*“Beliau adalah di antara teoog terkemuka, dan dari kaum Ahlussunnah, dan Abul Hasan mengikuti metodenya, juga mengikuti metode al-Harits al-Muhasibi [dalam membela ajaran Ahlussunnah]”.*_
Catatan dan penilaian yang sama juga telah dituliskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitab al-Muaqaddimah tentang al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab, sebagaimana telah kita kutip di atas.
Al-Muhddits Zahid al-Kawtsari dalam ta’liq-nya terhadap kitab Tabyîn Kadzib al-Muftarî menuliskan:
كان إمام متكلمة السنة في عهد أحمد، وممن يرافق الحارث بن أسد، ويشنع عليه بعض الضعفاء في أصول الدين. اهـ
_*“Beliau (Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab) adalah Imam para ulama yang membela Sunnah (ajaran Rasulullah / Ahlussunnah) di masa Ahmad. Beliau di antara yang bersahabat dengan al-Harits ibn Asad al-Muhasibi). Orang-orang yang lemah dalam aqidah telah mencelanya”.*_
Syekh Jamaluddin al-Isnawi dalam Thabaqât asy-Syâfi’iyyah menuliskan tentang sosok Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab:
كان من كبار المتكلمين ومن أهل السنة، ذكره العبادي في طبقة أبي بكر الصيرفي، قال؛ إنه من أصحابنا المتكلمين. اهـ
_*“Beliau adalah di antara teolog terkemu
ka, dari kalangan Ahlussunnah, al-Ibadi telah menyebutkannya di thabaqah Abu Bakr ash-Shayrafi, berkata: Beliau adalah di antara sahabat kita dari kalangan Mutakallimin (teolog)”.*_
Al-‘Allamah Kamaluddin al-Bayyadli dalam Isyarat al-Maram menuliskan:
لأن الماتريدي مفصل لمذهب الإمام (يعني أبا حنيفة) وأصحابه المظهرين قبل الأشعري لمذهب أهل السنة، فلم يخل زمان من القائمين بنصرة الدين وإظهاره، وقد سبقه (يعني الأشعري) أيضا في ذلك (أي في نصرة مذهب أهل السنة والجماعة) الإمام عبد الله بن سعيد القطان. اهـ
_*“... karena al-Maturidi telah merinci (menjelaskan) bagi madzhab al-Imâm Abu Hanifah dan para sahabatnya yang telah memunculkan madzhab Ahlussunnah sebelum al-Asy’ari. Maka tidak pernah sunyi masa dari orang-orang yang berdiri membela agama dan menyiarkannya. Dan juga terdahulu pula sebelum al-Asy’ari dalam membela madzhab Ahlussunnah oleh al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab al-Qaththan”.*_
Teolog Ahlussunnah terkemuka (al-Mutakallim) Abul Fath Asy-Syahrastani dalam kitab al-Milal Wa an-Nihal berkata:
حتى انتهى الزمان إلى عبد الله بن سعيد الكلابي وأبي العباس القلانسي والحارث بن أسد المحاسبي وهؤلاء كانوا من جملة السلف إلا أنهم باشروا علم الكلام وأيدوا عقائد السلف بحجج كلامية وبراهين أصولية. اهـ
_*“Hingga sampailah zaman ke masa Abdullah ibn Sa’id al-Kullabi, Abul Abbas al-Qalanisi, dan al-Harits ibn Asad al-Muhasibi, dan mereka semua adalah dari golongan Salaf, hanya saja mereka menggeluti Ilmu Kalam dan membela aqidah Salaf dengan dalil-dalil teologis, dan argumen-argumen ushul”.*_
Bahkan tidak hanya al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari yang sejalan dengan metode al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab dalam meneguhkan argumen-argumen aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. jauh sebelumnya, metode Ibn Kullab juga telah dipraktekan oleh al-Imâm al-Bukhari. Simak catatan al-Hafizh Ibn Hajar berikut ini:
البخاري في جميع ما يورده من تفسير الغريب إنما ينقله عن أهل ذلك الفن كأبي عبيدة والنضر بن شميل والفراء وغيرهم، وأما المباحث الفقهية فغالبها مستمدة له من الشافعي وأبي عبيد وأمثالهما، وأما المسائل الكلامية فأكثرها من الكرابيسي وابن كلاب ونحوهما. اهـ
_*“al-Bukhari dalam seluruh apa yang ia datangkan dari tafsir gharib (asing) adalah ia mengutipnya dari para ahli pada bidang itu seperti Abu Ubaid, an-Nadlr ibn Syamil, al-Farra’ dan lainnya. Sementara dalam pembahasan-pembahasan fiqh maka umumnya beliau (al-Bukhari) mengambil rederensi dari asy-Syafi’i, Abu Ubaid, dan semacam keduanya. Adapun dalam masalah-masalah Kalam (teologi) maka kebanyakannya mengambil dari al-Karabisi, Ibn Kullab, dan semacam keduanya”.*_
Referensi :
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 127*
*Ibn Khalikan, Wafayat al-A’yan, j. 3, h. 284*
*Ibn Khaldun, al-Muqaddimah, h. 853*
*Tajuddin as-Subki, Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, j. 2, h 300*
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 406*
*Ibnu Qadli Syubhah, Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, j. 1, h. 78*
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 405*
*Al-Isnawi, Thabawat asy-Syafi’iyyah, j. 2, h. 178*
*al-Bayyadli, Isyârât al-Marâm Min ‘Ibârât al-Imâm, h. 23*
*Asy-Syahrastani, al-Milal Wa an-Nihal, h. 81*
*Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari’, j. 1, h. 293*
Segera terbit buku terbaru karya Dr. H. Kholilurrohman, MA berjudul :
*SIAPAKAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH SEBENARNYA*
Mengenal Golongan Selamat (al-Firqah an-Nâjiyah) Dan Meluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari
Nantikan info selanjutnya dan informasi buku yang tersedia saat ini di
*NURUL HIKMAH PRESS*
+6287878023938
Al-‘Allamah Kamaluddin al-Bayyadli dalam Isyarat al-Maram menuliskan:
لأن الماتريدي مفصل لمذهب الإمام (يعني أبا حنيفة) وأصحابه المظهرين قبل الأشعري لمذهب أهل السنة، فلم يخل زمان من القائمين بنصرة الدين وإظهاره، وقد سبقه (يعني الأشعري) أيضا في ذلك (أي في نصرة مذهب أهل السنة والجماعة) الإمام عبد الله بن سعيد القطان. اهـ
_*“... karena al-Maturidi telah merinci (menjelaskan) bagi madzhab al-Imâm Abu Hanifah dan para sahabatnya yang telah memunculkan madzhab Ahlussunnah sebelum al-Asy’ari. Maka tidak pernah sunyi masa dari orang-orang yang berdiri membela agama dan menyiarkannya. Dan juga terdahulu pula sebelum al-Asy’ari dalam membela madzhab Ahlussunnah oleh al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab al-Qaththan”.*_
Teolog Ahlussunnah terkemuka (al-Mutakallim) Abul Fath Asy-Syahrastani dalam kitab al-Milal Wa an-Nihal berkata:
حتى انتهى الزمان إلى عبد الله بن سعيد الكلابي وأبي العباس القلانسي والحارث بن أسد المحاسبي وهؤلاء كانوا من جملة السلف إلا أنهم باشروا علم الكلام وأيدوا عقائد السلف بحجج كلامية وبراهين أصولية. اهـ
_*“Hingga sampailah zaman ke masa Abdullah ibn Sa’id al-Kullabi, Abul Abbas al-Qalanisi, dan al-Harits ibn Asad al-Muhasibi, dan mereka semua adalah dari golongan Salaf, hanya saja mereka menggeluti Ilmu Kalam dan membela aqidah Salaf dengan dalil-dalil teologis, dan argumen-argumen ushul”.*_
Bahkan tidak hanya al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari yang sejalan dengan metode al-Imâm Abdullah ibn Sa’id ibn Kullab dalam meneguhkan argumen-argumen aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. jauh sebelumnya, metode Ibn Kullab juga telah dipraktekan oleh al-Imâm al-Bukhari. Simak catatan al-Hafizh Ibn Hajar berikut ini:
البخاري في جميع ما يورده من تفسير الغريب إنما ينقله عن أهل ذلك الفن كأبي عبيدة والنضر بن شميل والفراء وغيرهم، وأما المباحث الفقهية فغالبها مستمدة له من الشافعي وأبي عبيد وأمثالهما، وأما المسائل الكلامية فأكثرها من الكرابيسي وابن كلاب ونحوهما. اهـ
_*“al-Bukhari dalam seluruh apa yang ia datangkan dari tafsir gharib (asing) adalah ia mengutipnya dari para ahli pada bidang itu seperti Abu Ubaid, an-Nadlr ibn Syamil, al-Farra’ dan lainnya. Sementara dalam pembahasan-pembahasan fiqh maka umumnya beliau (al-Bukhari) mengambil rederensi dari asy-Syafi’i, Abu Ubaid, dan semacam keduanya. Adapun dalam masalah-masalah Kalam (teologi) maka kebanyakannya mengambil dari al-Karabisi, Ibn Kullab, dan semacam keduanya”.*_
Referensi :
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 127*
*Ibn Khalikan, Wafayat al-A’yan, j. 3, h. 284*
*Ibn Khaldun, al-Muqaddimah, h. 853*
*Tajuddin as-Subki, Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, j. 2, h 300*
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 406*
*Ibnu Qadli Syubhah, Thabaqât asy-Syâfi’iyyah, j. 1, h. 78*
*Ibnu ‘Asakir, Tabyîn Kadzib al-Muftarî, h. 405*
*Al-Isnawi, Thabawat asy-Syafi’iyyah, j. 2, h. 178*
*al-Bayyadli, Isyârât al-Marâm Min ‘Ibârât al-Imâm, h. 23*
*Asy-Syahrastani, al-Milal Wa an-Nihal, h. 81*
*Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari’, j. 1, h. 293*
Segera terbit buku terbaru karya Dr. H. Kholilurrohman, MA berjudul :
*SIAPAKAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH SEBENARNYA*
Mengenal Golongan Selamat (al-Firqah an-Nâjiyah) Dan Meluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari
Nantikan info selanjutnya dan informasi buku yang tersedia saat ini di
*NURUL HIKMAH PRESS*
+6287878023938
*DAFTAR JUDUL BUKU KARYA DR. H. KHOLILURROHMAN, MA*
Biografi Penulis : https://nurulhikmah.ponpes.id
(Dapat Di Baca Secara Gratis Isi Seluruh Buku Di Google Play Books)
*Silahkan klik link sesuai judul di bawah!*
Tersedia beberapa judul buku dalam bentuk buku cetak, klik link chat whatsapp di bawah untuk pemesanan
👇🏻
*https://wa.me/6287878023938*
Fauzi Abou Qalby
*NURUL HIKMAH PRESS*
1. *MEMAHAMI MAKNA IMAN DENGAN QADLA DAN QADAR* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=pJBaDwAAQBAJ
2. *MENGUNGKAP KEBENARAN AQIDAH ASY'ARIYYAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=nSxTDwAAQBAJ
3. *ISLAMIC THEOLOGY* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=BX9WDwAAQBAJ
4. *MELURUSKAN DISTORSI DALAM ILMU KALAM* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=mYVeDwAAQBAJ
5. *HADITS JIBRIL* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=h4FWDwAAQBAJ
6. *WEWANGIAN SEMERBAK DALAM MENJELASKAN TENTANG PERINGATAN MAULID* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=8hNZDwAAQBAJ
7. *SUFISME DALAM TAFSIR NAWAWI* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=PTSCDwAAQBAJ
8. *AYO, KITA TAHLIL!* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=hXN-DwAAQBAJ
9. *AQIDAH IMAM EMPAT MADZHAB* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=9vdcDwAAQBAJ
10. *BEKAL MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=mSVaDwAAQBAJ
11. *UNTAIAN MUTIARA AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=F5JUDwAAQBAJ
12. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KEDUA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=FHFUDwAAQBAJ
13. *MEMAHAMI MAKNA BID'AH SECARA KOMPREHENSIF* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=JbRUDwAAQBAJ
14. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KEEMPAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=H5JUDwAAQBAJ
15. *MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA WA ASH-SHIFAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=7M6qDwAAQBAJ
16. *PENJELASAN LENGKAP ALLAH ADA TANPA TEMPAT & TANPA ARAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=kyxTDwAAQBAJ
17. *STUDI KOMPREHENSIF TAFSIR "ISTAWA"* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=J7RUDwAAQBAJ
18. *MENGENAL TASAWUF RASULULLAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=jsJhDwAAQBAJ
19. *KEDUA ORANG TUA RASULULLAH PENDUDUK SURGA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=g4hZDwAAQBAJ
20. *MEMBERSIHKAN NAMA IBNU 'ARABI* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=iiZmDwAAQBAJ
21. *MASA-IL DINIYYAH BUKU PERTAMA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=qfdTDwAAQBAJ
22. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KETIGA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=JHFUDwAAQBAJ
23. *GHAYAH al-MARAM FI HALLI MANZHUMAH ‘AQIDAH al-‘AWAM* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=TSKbDwAAQBAJ
24. *RISALAH MENJELASKAN KEBATILAN PENDAPAT NUR MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PERTAMA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=uQegDwAAQBAJ
25. *HADITS BUDAK PEREMPUAN HITAM (Hadîts al-Jâriyah as-Sawdâ’) DAN PENJELASAN ALLAH ADA TANPA TEMPAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=lZeiDwAAQBAJ
*SEMOGA BERMANFAAT*
*بارك الله فيكم وجزاكم الله خير الجزاء!*
Biografi Penulis : https://nurulhikmah.ponpes.id
(Dapat Di Baca Secara Gratis Isi Seluruh Buku Di Google Play Books)
*Silahkan klik link sesuai judul di bawah!*
Tersedia beberapa judul buku dalam bentuk buku cetak, klik link chat whatsapp di bawah untuk pemesanan
👇🏻
*https://wa.me/6287878023938*
Fauzi Abou Qalby
*NURUL HIKMAH PRESS*
1. *MEMAHAMI MAKNA IMAN DENGAN QADLA DAN QADAR* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=pJBaDwAAQBAJ
2. *MENGUNGKAP KEBENARAN AQIDAH ASY'ARIYYAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=nSxTDwAAQBAJ
3. *ISLAMIC THEOLOGY* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=BX9WDwAAQBAJ
4. *MELURUSKAN DISTORSI DALAM ILMU KALAM* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=mYVeDwAAQBAJ
5. *HADITS JIBRIL* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=h4FWDwAAQBAJ
6. *WEWANGIAN SEMERBAK DALAM MENJELASKAN TENTANG PERINGATAN MAULID* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=8hNZDwAAQBAJ
7. *SUFISME DALAM TAFSIR NAWAWI* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=PTSCDwAAQBAJ
8. *AYO, KITA TAHLIL!* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=hXN-DwAAQBAJ
9. *AQIDAH IMAM EMPAT MADZHAB* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=9vdcDwAAQBAJ
10. *BEKAL MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=mSVaDwAAQBAJ
11. *UNTAIAN MUTIARA AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=F5JUDwAAQBAJ
12. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KEDUA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=FHFUDwAAQBAJ
13. *MEMAHAMI MAKNA BID'AH SECARA KOMPREHENSIF* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=JbRUDwAAQBAJ
14. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KEEMPAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=H5JUDwAAQBAJ
15. *MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA WA ASH-SHIFAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=7M6qDwAAQBAJ
16. *PENJELASAN LENGKAP ALLAH ADA TANPA TEMPAT & TANPA ARAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=kyxTDwAAQBAJ
17. *STUDI KOMPREHENSIF TAFSIR "ISTAWA"* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=J7RUDwAAQBAJ
18. *MENGENAL TASAWUF RASULULLAH* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=jsJhDwAAQBAJ
19. *KEDUA ORANG TUA RASULULLAH PENDUDUK SURGA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=g4hZDwAAQBAJ
20. *MEMBERSIHKAN NAMA IBNU 'ARABI* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=iiZmDwAAQBAJ
21. *MASA-IL DINIYYAH BUKU PERTAMA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=qfdTDwAAQBAJ
22. *MASA-IL DINIYYAH BUKU KETIGA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=JHFUDwAAQBAJ
23. *GHAYAH al-MARAM FI HALLI MANZHUMAH ‘AQIDAH al-‘AWAM* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=TSKbDwAAQBAJ
24. *RISALAH MENJELASKAN KEBATILAN PENDAPAT NUR MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PERTAMA* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=uQegDwAAQBAJ
25. *HADITS BUDAK PEREMPUAN HITAM (Hadîts al-Jâriyah as-Sawdâ’) DAN PENJELASAN ALLAH ADA TANPA TEMPAT* >>> https://play.google.com/store/books/details?id=lZeiDwAAQBAJ
*SEMOGA BERMANFAAT*
*بارك الله فيكم وجزاكم الله خير الجزاء!*
PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH
Beranda
Dalam sebuah hadits riwayat al-Bayhaqi dan lainnya diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah meletakan tangannya di pundak sahabat Abu Musa al-Asy’ari, seraya berkata:
يا عبدَ اللهِ بنَ قيسٍ ألا أعلِّمُك كنزًا من كنوزِ الجنَّةِ لا حولَ ولا قوَّةَ إلَّا باللَّه
*“Wahai Abdullah ibn Qais; Tidakkah aku ajarkan kepadamu tabungan (pembendaharaan) dari tabungan-tabungnan surga? [Ucapkanlah]: Lâ Hawla Wa Lâ Quwwata Illâ Billâh”*.
Kemudian Abu Musa al-Asy’ari mengucapkan kalimat Hawqalah tersebut. Lalu Rasulullah berkata kepadanya: *“Engkau telah diberi pembendaharaan (al-Kanz) dari pembendaharaan-pembendaharaan surga”*.
_*Al-Kanz*_ (pembendaharaan, tabungan) dalam pengertian bahasa adalah sesuatu yang memberikan manfa’at terus-menerus bagi seseorang sekalipun orang tersebut telah meninggal. Para ulama kita di kalangan Ahlussunnah memahami hadits ini sebagai salah satu bukti kebenaran akidah Asy’ariyyah, sebab kandungan yang tersirat dalam makna kalimat Hawqalah tersebut adalah sebagai bantahan kepada kaum Mu’tazilah dan kaum Jabriyyah sekaligus.
Kalimat Hauqalah dalam hadits tersebut mengandung dua makna;
*pertama:* “Tidak ada usaha apapun dari seorang hamba untuk menghindarkan diri dari segala kemaksiatan kecuali semata karena pemeliharaan dan penjagaan dari Allah”.
*Makna ke dua:* “Tidak ada kekuatan apapun dari seorang hamba untuk melakukan keta’atan kepada Allah kecuali dengan pertolongan dan dengan taufik Allah”.
Inilah makna kalimat Hawqalah yang dimaksud oleh hadits Nabi tersebut sebagaimana telah disepakati oleh para ulama Ahlussunnah. Lihat pemaknaan ini di antaranya dalam ungkapan al-Imâm Abu Ja’far ath-Thahawi dalam risalah akidah Ahlussunnah yang dikenal dengan al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah yang beliau kutip dari ungkapan-ungkapan al-Imâm Abu Hanifah, al-Imâm Abu Yusuf dan al-Imâm asy-Syaibani.
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_
Di kutip dari buku karya beliau berjudul :
*SIAPAKAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH SEBENARNYA?*
Mengenal Golongan Selamat (al-Firqah an-Nâjiyah) Dan Meluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari.
يا عبدَ اللهِ بنَ قيسٍ ألا أعلِّمُك كنزًا من كنوزِ الجنَّةِ لا حولَ ولا قوَّةَ إلَّا باللَّه
*“Wahai Abdullah ibn Qais; Tidakkah aku ajarkan kepadamu tabungan (pembendaharaan) dari tabungan-tabungnan surga? [Ucapkanlah]: Lâ Hawla Wa Lâ Quwwata Illâ Billâh”*.
Kemudian Abu Musa al-Asy’ari mengucapkan kalimat Hawqalah tersebut. Lalu Rasulullah berkata kepadanya: *“Engkau telah diberi pembendaharaan (al-Kanz) dari pembendaharaan-pembendaharaan surga”*.
_*Al-Kanz*_ (pembendaharaan, tabungan) dalam pengertian bahasa adalah sesuatu yang memberikan manfa’at terus-menerus bagi seseorang sekalipun orang tersebut telah meninggal. Para ulama kita di kalangan Ahlussunnah memahami hadits ini sebagai salah satu bukti kebenaran akidah Asy’ariyyah, sebab kandungan yang tersirat dalam makna kalimat Hawqalah tersebut adalah sebagai bantahan kepada kaum Mu’tazilah dan kaum Jabriyyah sekaligus.
Kalimat Hauqalah dalam hadits tersebut mengandung dua makna;
*pertama:* “Tidak ada usaha apapun dari seorang hamba untuk menghindarkan diri dari segala kemaksiatan kecuali semata karena pemeliharaan dan penjagaan dari Allah”.
*Makna ke dua:* “Tidak ada kekuatan apapun dari seorang hamba untuk melakukan keta’atan kepada Allah kecuali dengan pertolongan dan dengan taufik Allah”.
Inilah makna kalimat Hawqalah yang dimaksud oleh hadits Nabi tersebut sebagaimana telah disepakati oleh para ulama Ahlussunnah. Lihat pemaknaan ini di antaranya dalam ungkapan al-Imâm Abu Ja’far ath-Thahawi dalam risalah akidah Ahlussunnah yang dikenal dengan al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah yang beliau kutip dari ungkapan-ungkapan al-Imâm Abu Hanifah, al-Imâm Abu Yusuf dan al-Imâm asy-Syaibani.
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_
Di kutip dari buku karya beliau berjudul :
*SIAPAKAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH SEBENARNYA?*
Mengenal Golongan Selamat (al-Firqah an-Nâjiyah) Dan Meluruskan Tuduhan Terhadap al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari.