...
Allah menurunkan agama Islam untuk diikuti. Seandainya manusia bebas untuk berbuat kufur dan syirik, bebas untuk berkeyakinan apapun sesuai apa yang ia kehendaki, maka Allah tidak akan mengutus para nabi dan para rasul, serta tidak akan menurunkan kitab-kitab-Nya. Adapun maksud dari firman Allah:
فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (الكهف: 29)
Yang secara zhahir bermakna:
_“Barang siapa berkehandak maka berimanlah ia, dan barang siapa berkehandak maka kafirlah ia”_, QS. Al-Kahfi: 29
bukan untuk tujuan memberi kebebasan untuk memilih (at-takhyir) antara kufur dan iman. Tapi tujuan dari ayat ini adalah untuk ancaman (at-tahdid). Karena itu lanjutan dari ayat tersebut adalah bermakna:
_
“Dan Kami menyediakan neraka bagi orang-orang kafir”_.
Demikian pula yang maksud dengan firman Allah:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ (البقرة: 256)
Yang secara zhahir bermakna bahwa dalam beragama tidak ada paksaan. Ayat ini bukan dalam pengertian larangan memeksa orang kafir untuk masuk Islam. Sebaliknya, seorang yang kafir sedapat mungkin kita ajak ia untuk masuk dalam agama Islam, karena hanya dengan demikian ia menjadi selamat di akhirat kelak. Adapun ayat di atas menurut salah satu penafsirannya sudah dihapus (mansukhah) oleh ayat as-saif. Yaitu ayat yang berisi perintah untuk memerangi orang-orang kafir. Sementara menurut penafsiran lainnya bahwa ayat di atas hanya berlaku bagi kafir dzimmyy saja. Bahwa manusia terbagi kepada dua golongan, sebagian ada yang mukmin dan sebagian lainnya ada yang kafir, adalah dengan kehendak Allah. Artinya, bahwa Allah telah berkehandak untuk memenuhi neraka dengan mereka yang kafir, baik dari kalangan jin maupun manusia. Namun demikian Allah tidak memerintahkan kepada kekufuran, dan Allah tidak meridlai kekufuran tersebut. *Karena itu dalam agama Allah tidak ada istilah pluralisme beragama sebagai suatu ajaran dan ajakan. Demikian pula tidak ada istilah sinkretisme; atau faham yang menggabungkan “kebenaran” yang terdapat dalam beberapa agama atau semua agama yang lalu menurutnya diformulasikan.* Seorang yang berkeyakinan bahwa ada agama yang hak selain agama Islam maka orang ini bukan seorang muslim, dan dia tidak mengetahui secara benar akan hakekat Islam. Selengkapnya ... >>> https://wp.me/padPhd-ju
〰♾🌼 *Hanya Islam Agama Yang Hak (Menyikapi Pluralisme Beragama Faham Liberal)* 🌼♾〰
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
Allah menurunkan agama Islam untuk diikuti. Seandainya manusia bebas untuk berbuat kufur dan syirik, bebas untuk berkeyakinan apapun sesuai apa yang ia kehendaki, maka Allah tidak akan mengutus para nabi dan para rasul, serta tidak akan menurunkan kitab-kitab-Nya. Adapun maksud dari firman Allah:
فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (الكهف: 29)
Yang secara zhahir bermakna:
_“Barang siapa berkehandak maka berimanlah ia, dan barang siapa berkehandak maka kafirlah ia”_, QS. Al-Kahfi: 29
bukan untuk tujuan memberi kebebasan untuk memilih (at-takhyir) antara kufur dan iman. Tapi tujuan dari ayat ini adalah untuk ancaman (at-tahdid). Karena itu lanjutan dari ayat tersebut adalah bermakna:
_
“Dan Kami menyediakan neraka bagi orang-orang kafir”_.
Demikian pula yang maksud dengan firman Allah:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ (البقرة: 256)
Yang secara zhahir bermakna bahwa dalam beragama tidak ada paksaan. Ayat ini bukan dalam pengertian larangan memeksa orang kafir untuk masuk Islam. Sebaliknya, seorang yang kafir sedapat mungkin kita ajak ia untuk masuk dalam agama Islam, karena hanya dengan demikian ia menjadi selamat di akhirat kelak. Adapun ayat di atas menurut salah satu penafsirannya sudah dihapus (mansukhah) oleh ayat as-saif. Yaitu ayat yang berisi perintah untuk memerangi orang-orang kafir. Sementara menurut penafsiran lainnya bahwa ayat di atas hanya berlaku bagi kafir dzimmyy saja. Bahwa manusia terbagi kepada dua golongan, sebagian ada yang mukmin dan sebagian lainnya ada yang kafir, adalah dengan kehendak Allah. Artinya, bahwa Allah telah berkehandak untuk memenuhi neraka dengan mereka yang kafir, baik dari kalangan jin maupun manusia. Namun demikian Allah tidak memerintahkan kepada kekufuran, dan Allah tidak meridlai kekufuran tersebut. *Karena itu dalam agama Allah tidak ada istilah pluralisme beragama sebagai suatu ajaran dan ajakan. Demikian pula tidak ada istilah sinkretisme; atau faham yang menggabungkan “kebenaran” yang terdapat dalam beberapa agama atau semua agama yang lalu menurutnya diformulasikan.* Seorang yang berkeyakinan bahwa ada agama yang hak selain agama Islam maka orang ini bukan seorang muslim, dan dia tidak mengetahui secara benar akan hakekat Islam. Selengkapnya ... >>> https://wp.me/padPhd-ju
〰♾🌼 *Hanya Islam Agama Yang Hak (Menyikapi Pluralisme Beragama Faham Liberal)* 🌼♾〰
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
〰♾🌼 *URGENSI ILMU KALAM AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH* 🌼♾〰
Sesungguhnya ilmu mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat-Nya adalah ilmu paling agung dan paling utama, serta paling wajib untuk didahulukan mempelajarinya atas seluruh ilmu lainnya, karena pengetahuan terhadap ilmu ini merupakan pondasi bagi keselamatan dan kebahagiaan hakiki, yang oleh karena itu ilmu Tauhid ini dikenal juga dengan nama Ilmu Ushul (pondasi agama). Dalam sebuah hadits Rasulullah menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang yang telah mencapai puncak tertinggi dalam ilmu ini, beliau bersabda:
أنَا أعْلَمُكُمْ بِاللهِ وَأخْشَاكُمْ لَهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيّ)
_“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah di antara kalian, dan aku adalah orang yang paling takut di antara kalian bagi-Nya”_. (HR. al-Bukhari).
Dengan dasar hadits ini maka Ilmu Tauhid sudah seharusnya didahulukan untuk dipelajari dibanding ilmu-ilmu lainnya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ (محمد: 19)
_“Maka ketahuilah (wahai Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mintalah ampun bagi dosamu juga bagi seluruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”_. (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat ini Allah mendahulukan perintah mengenal tauhid di atas perintah istighfâr. Hal ini dikarenakan bahwa mengenal Ilmu Tauhid terkait dengan Ilmu Ushul yang merupakan dasar atau pokok-pokok agama, yang karenanya harus didahulukan, sementara mengucapkan istighfâr terkait dengan Ilmu Furu’ atau cabang-cabang agama. Tentunya tidak dibenarkan bagi siapapun untuk melakukan istighfâr atau melakukan kesalehan lainnya dari amalan-amalan furû’ jika ia tidak mengetahui Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushul, karena bila demikian maka berarti ia melakukan kesalehan dan beribadah kepada Tuhan-nya yang ia sendiri tidak mengenal siapa Tuhan-nya tersebut. Oleh karena itu dalam banyak ayat al-Qur’an Allah telah memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya dalam melihat keagungan penciptaan-Nya hingga dapat mengenal tanda-tanda kekuasaan dan sifat-sifat-Nya. Seperti dalam firman-Nya:
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (الأعراف: 185)
_“Tidakkah mereka melihat pada kerajaan langit-langit dan bumi?!”_ (QS. al-A’raf: 185).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ (فصلت: 53)
_“Akan Kami perlihatkan kepada mereka akan tanda-tanda kekuasaan Kami di segala upuk juga tanda-tanda kekuasaan Kami pada diri mereka hingga menjadi jelas bahwa Dia Allah adalah al-Haq”_. (QS. Fushilat: 53).
*(Masalah):*
Jika timbul pernyataan; tidak terdapat hadits yang memberitakan bahwa Rasulullah telah mengajarkan Ilmu Kalam kepada para sahabatnya. Demikian juga tidak ada berita yang menyebutkan bahwa di antara para sahabat Nabi ada yang menggeluti ilmu ini, atau mengajarkannya kepada orang lain di bawah mereka. Bukankah ilmu ini baru muncul setelah habis periode sahabat?! Seandainya ilmu ini sangat penting maka tentu akan banyak digeluti oleh para sahabat dan para tabi’in, juga oleh para ulama sesudah mereka?!
*(Jawab):*
Jika dimaksud dari pernyataan tersebut bahwa para sahabat nabi adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya, tidak mengenal makna tauhid, tidak mengenal kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya, tidak mengenal Rasul-Nya, tidak mengenal kebenaran mukjizat-mukjizatnya dengan dalil-dalil akal; artinya bahwa keimanan para sahabat tersebut hanya ikut-ikutan saja (Taqlîd) maka jelas pendapat ini adalah pendapat yang rusak dan batil. Dalam al-Qur’an sendiri Allah telah mencela orang-orang yang dalam keyakinannya hanya ikut-ikutan belaka terhadap orang-orang tua mereka dalam menyembah berhala, Allah berfirman:
إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (الزخرف: 23)
_“Sesungguhnya kami mendapati orang-orang tua kami di atas suatu ajaran, dan sesungguhnya kami di atas peninggalan-peninggalan mereka adalah orang-orang yang
Sesungguhnya ilmu mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat-Nya adalah ilmu paling agung dan paling utama, serta paling wajib untuk didahulukan mempelajarinya atas seluruh ilmu lainnya, karena pengetahuan terhadap ilmu ini merupakan pondasi bagi keselamatan dan kebahagiaan hakiki, yang oleh karena itu ilmu Tauhid ini dikenal juga dengan nama Ilmu Ushul (pondasi agama). Dalam sebuah hadits Rasulullah menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang yang telah mencapai puncak tertinggi dalam ilmu ini, beliau bersabda:
أنَا أعْلَمُكُمْ بِاللهِ وَأخْشَاكُمْ لَهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيّ)
_“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah di antara kalian, dan aku adalah orang yang paling takut di antara kalian bagi-Nya”_. (HR. al-Bukhari).
Dengan dasar hadits ini maka Ilmu Tauhid sudah seharusnya didahulukan untuk dipelajari dibanding ilmu-ilmu lainnya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ (محمد: 19)
_“Maka ketahuilah (wahai Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mintalah ampun bagi dosamu juga bagi seluruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”_. (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat ini Allah mendahulukan perintah mengenal tauhid di atas perintah istighfâr. Hal ini dikarenakan bahwa mengenal Ilmu Tauhid terkait dengan Ilmu Ushul yang merupakan dasar atau pokok-pokok agama, yang karenanya harus didahulukan, sementara mengucapkan istighfâr terkait dengan Ilmu Furu’ atau cabang-cabang agama. Tentunya tidak dibenarkan bagi siapapun untuk melakukan istighfâr atau melakukan kesalehan lainnya dari amalan-amalan furû’ jika ia tidak mengetahui Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushul, karena bila demikian maka berarti ia melakukan kesalehan dan beribadah kepada Tuhan-nya yang ia sendiri tidak mengenal siapa Tuhan-nya tersebut. Oleh karena itu dalam banyak ayat al-Qur’an Allah telah memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya dalam melihat keagungan penciptaan-Nya hingga dapat mengenal tanda-tanda kekuasaan dan sifat-sifat-Nya. Seperti dalam firman-Nya:
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (الأعراف: 185)
_“Tidakkah mereka melihat pada kerajaan langit-langit dan bumi?!”_ (QS. al-A’raf: 185).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ (فصلت: 53)
_“Akan Kami perlihatkan kepada mereka akan tanda-tanda kekuasaan Kami di segala upuk juga tanda-tanda kekuasaan Kami pada diri mereka hingga menjadi jelas bahwa Dia Allah adalah al-Haq”_. (QS. Fushilat: 53).
*(Masalah):*
Jika timbul pernyataan; tidak terdapat hadits yang memberitakan bahwa Rasulullah telah mengajarkan Ilmu Kalam kepada para sahabatnya. Demikian juga tidak ada berita yang menyebutkan bahwa di antara para sahabat Nabi ada yang menggeluti ilmu ini, atau mengajarkannya kepada orang lain di bawah mereka. Bukankah ilmu ini baru muncul setelah habis periode sahabat?! Seandainya ilmu ini sangat penting maka tentu akan banyak digeluti oleh para sahabat dan para tabi’in, juga oleh para ulama sesudah mereka?!
*(Jawab):*
Jika dimaksud dari pernyataan tersebut bahwa para sahabat nabi adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya, tidak mengenal makna tauhid, tidak mengenal kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya, tidak mengenal Rasul-Nya, tidak mengenal kebenaran mukjizat-mukjizatnya dengan dalil-dalil akal; artinya bahwa keimanan para sahabat tersebut hanya ikut-ikutan saja (Taqlîd) maka jelas pendapat ini adalah pendapat yang rusak dan batil. Dalam al-Qur’an sendiri Allah telah mencela orang-orang yang dalam keyakinannya hanya ikut-ikutan belaka terhadap orang-orang tua mereka dalam menyembah berhala, Allah berfirman:
إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (الزخرف: 23)
_“Sesungguhnya kami mendapati orang-orang tua kami di atas suatu ajaran, dan sesungguhnya kami di atas peninggalan-peninggalan mereka adalah orang-orang yang
mengikuti”_ (QS. az-Zukhruf: 23).
Dalam ayat ini terkandung cacian terhadap orang-orang kafir, bahwa mereka adalah orang-orang yang hanya ikut-ikutan terhadap para leluhur mereka dalam menyekutukan Allah. Mereka sedikitpun tidak memiliki argumen untuk menetapkan dasar keyakinan mereka. Dengan demikian, jika yang dimaksud pernyataan di atas bahwa para sahabat hanya ikut-ikutan belaka dalam keimanan mereka seperti orang-orang kafir ini maka jelas ini adalah pernyataan buruk yang tidak memiliki dasar.
Adapun jika dimaksud dari pertanyaan di atas bahwa para sahabat Rasulullah tersebut tidak pernah mengungkapkan istilah-istilah yang belakangan baru dikenal dalam Ilmu Kalam, seperti al-jawhar (benda), al-‘Aradl (sifat benda), al-Jâ-iz (perkara yang ada dan tidak adanya dapat diterima oleh akal), al-Muhâl (perkara yang mustahil adanya), al-Hûdûts (baharu), al-Qidam (tanpa permulaan) dan sebagainya; maka pendapat tersebut dapat diterima. Hanya saja kita bantah dengan perkara-perkara yang serupa dengan itu semua dalam semua disiplin ilmu, karena sesungguhnya tidak pernah dikenal di masa Rasulullah, juga di masa para sahabatnya, tentang istilah-istilah semacam al-Nâsikh dan al-Mansûkh, al-Mujmal dan al-Mutasyâbih, dan lain sebagainya yang biasa dipakai oleh para ulama tafsir. Demikian pula di masa Rasulullah tidak pernah dikenal istilah al-Qiyâs, al-Istihsân, al-Mu’âradlah, al-Munâqadlah, al-‘Illah, dan lain sebagainya yang biasa dipergunakan oleh para ahli fiqih. Juga tidak ada istilah al-Jarh dan at-Ta’dîl, al-Âhâd, al-Masyhûr, al-Mutawâtir, ash-Shahîh, al-Gharîb, dan lain sebagainya yang biasa digunakan oleh para ahli hadits. Apakah kemudian dengan alasan bahwa disiplin ilmu-ilmu tersebut tidak pernah ada di masa Rasulullah dan para sahabatnya lalu itu semua harus kita ditolak?!
*(Masalah):*
Jika seseorang berkata: Abdullah ibn Abbas telah berkata: “Berpikirlah kalian tentang makhluk, dan janganlah kalian berpikir tentang al-Khâliq (Allah)”, bukankah ini artinya berpikir tentang Allah adalah sesuatu yang dilarang?!
*(Jawab):*
Yang dilarang dalam hal ini adalah berpikir tentang Allah, sementara itu kita diperintahkan untuk berpikir tentang makhluk-Nya. Ini artinya bahwa kita diperintahkan untuk berpikir tentang tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi supaya itu semua dijadikan bukti bagi adanya Allah sebagai penciptanya, dan sebagai bukti bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya tersebut. Seorang yang tidak mengenal Allah; Tuhan yang ia sembahnya, bagaimana mungkin ia dapat mengamalkan atsar shahih dari sahabat Ibn Abbas di atas?!
Sesungguhnya objek bahasan Ilmu Tauhid ini adalah berpikir tentang makhluk untuk dijadikan bukti bagi adanya al-Khaliq (Pencipta). Dalam satu pendapat lain, definisi Ilmu Tauhid adalah disiplin ilmu yang membahahas tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta segala perbuatan-Nya, juga membahas tentang keadaan para makhluk; dari bangsa Malaikat, para Nabi Allah, para Wali Allah, para Imam, penciptaan makhluk, dan tentang kehidupan di akhirat kelak. Pembahasan hal ini semua didasarkan kepada argumen-argumen yang telah ditetapkan dalam Islam, bukan dibangun diatas dasar-dasar pemikiran filsafat. Karena dasar pemikiran kaun filosof dalam pembahasan mereka tentang Tuhan, para Malaikat dan masalah lainnya hanya bersandarkan kepada pemandangan logika semata. Mereka menjadikan akal sebagai pondasi bagi ajaran agama. Mereka tidak melakukan sinkronisasi antara logika dengan teks-teks yang dibawa oleh para Nabi. Sementara para ulama tauhid dalam membicarakan masalah keyakinan tidak semata mereka bersandar kepada akal. Namun akal diposisikan sebagai saksi dan bukti akan kebenaran apa yang datang dari Allah dan yang dibawa oleh para nabi tersebut. Dengan demikian para ulama tauhid ini menjadikan akal sebagi bukti, tidak menjadikannya sebagai pondasi bagi ajaran agama.
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kho
Dalam ayat ini terkandung cacian terhadap orang-orang kafir, bahwa mereka adalah orang-orang yang hanya ikut-ikutan terhadap para leluhur mereka dalam menyekutukan Allah. Mereka sedikitpun tidak memiliki argumen untuk menetapkan dasar keyakinan mereka. Dengan demikian, jika yang dimaksud pernyataan di atas bahwa para sahabat hanya ikut-ikutan belaka dalam keimanan mereka seperti orang-orang kafir ini maka jelas ini adalah pernyataan buruk yang tidak memiliki dasar.
Adapun jika dimaksud dari pertanyaan di atas bahwa para sahabat Rasulullah tersebut tidak pernah mengungkapkan istilah-istilah yang belakangan baru dikenal dalam Ilmu Kalam, seperti al-jawhar (benda), al-‘Aradl (sifat benda), al-Jâ-iz (perkara yang ada dan tidak adanya dapat diterima oleh akal), al-Muhâl (perkara yang mustahil adanya), al-Hûdûts (baharu), al-Qidam (tanpa permulaan) dan sebagainya; maka pendapat tersebut dapat diterima. Hanya saja kita bantah dengan perkara-perkara yang serupa dengan itu semua dalam semua disiplin ilmu, karena sesungguhnya tidak pernah dikenal di masa Rasulullah, juga di masa para sahabatnya, tentang istilah-istilah semacam al-Nâsikh dan al-Mansûkh, al-Mujmal dan al-Mutasyâbih, dan lain sebagainya yang biasa dipakai oleh para ulama tafsir. Demikian pula di masa Rasulullah tidak pernah dikenal istilah al-Qiyâs, al-Istihsân, al-Mu’âradlah, al-Munâqadlah, al-‘Illah, dan lain sebagainya yang biasa dipergunakan oleh para ahli fiqih. Juga tidak ada istilah al-Jarh dan at-Ta’dîl, al-Âhâd, al-Masyhûr, al-Mutawâtir, ash-Shahîh, al-Gharîb, dan lain sebagainya yang biasa digunakan oleh para ahli hadits. Apakah kemudian dengan alasan bahwa disiplin ilmu-ilmu tersebut tidak pernah ada di masa Rasulullah dan para sahabatnya lalu itu semua harus kita ditolak?!
*(Masalah):*
Jika seseorang berkata: Abdullah ibn Abbas telah berkata: “Berpikirlah kalian tentang makhluk, dan janganlah kalian berpikir tentang al-Khâliq (Allah)”, bukankah ini artinya berpikir tentang Allah adalah sesuatu yang dilarang?!
*(Jawab):*
Yang dilarang dalam hal ini adalah berpikir tentang Allah, sementara itu kita diperintahkan untuk berpikir tentang makhluk-Nya. Ini artinya bahwa kita diperintahkan untuk berpikir tentang tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi supaya itu semua dijadikan bukti bagi adanya Allah sebagai penciptanya, dan sebagai bukti bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya tersebut. Seorang yang tidak mengenal Allah; Tuhan yang ia sembahnya, bagaimana mungkin ia dapat mengamalkan atsar shahih dari sahabat Ibn Abbas di atas?!
Sesungguhnya objek bahasan Ilmu Tauhid ini adalah berpikir tentang makhluk untuk dijadikan bukti bagi adanya al-Khaliq (Pencipta). Dalam satu pendapat lain, definisi Ilmu Tauhid adalah disiplin ilmu yang membahahas tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta segala perbuatan-Nya, juga membahas tentang keadaan para makhluk; dari bangsa Malaikat, para Nabi Allah, para Wali Allah, para Imam, penciptaan makhluk, dan tentang kehidupan di akhirat kelak. Pembahasan hal ini semua didasarkan kepada argumen-argumen yang telah ditetapkan dalam Islam, bukan dibangun diatas dasar-dasar pemikiran filsafat. Karena dasar pemikiran kaun filosof dalam pembahasan mereka tentang Tuhan, para Malaikat dan masalah lainnya hanya bersandarkan kepada pemandangan logika semata. Mereka menjadikan akal sebagai pondasi bagi ajaran agama. Mereka tidak melakukan sinkronisasi antara logika dengan teks-teks yang dibawa oleh para Nabi. Sementara para ulama tauhid dalam membicarakan masalah keyakinan tidak semata mereka bersandar kepada akal. Namun akal diposisikan sebagai saksi dan bukti akan kebenaran apa yang datang dari Allah dan yang dibawa oleh para nabi tersebut. Dengan demikian para ulama tauhid ini menjadikan akal sebagi bukti, tidak menjadikannya sebagai pondasi bagi ajaran agama.
*Kholil Abou Fateh*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kho
lilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
*Update 3 Mai 2019 Pertemuan XII*
〰♾🌼 *VIDEO TA'LIM KITAB ASH-SHIRAATH AL-MUSTAQIIM KARYA SYAIKH ABDULLAH AL-HARARI; PENJELASAN AYAT MUTASYABIHAT; BANTAHAN TERHADAP KELOMPOK ANTI TA'WIL* 🌼♾〰
Sangat Penting disimak kajian berikut, semoga bermanfaat!
⏪⏮️▶️⏭️⏩⏹️
🎥 *Pertemuan I : https://youtu.be/O9L8d28kFGc*
🎥 *Pertemuan II : https://youtu.be/gHAn2A9WUn8*
🎥 *Pertemuan III : https://youtu.be/vxzoa8WffY0*
🎥 *Pertemuan IV : https://youtu.be/xkPnTRo-wyc*
🎥 *Pertemuan V : https://youtu.be/7dTdABhv1v8*
🎥 *Pertemuan VI : https://youtu.be/y2B6uF6x2DU*
🎥 *Pertemuan VII : https://youtu.be/k440RrjfXaE*
🎥 *Pertemuan VIII : https://youtu.be/wXfBin-BKis*
🎥 *Pertemuan IX : https://youtu.be/HDpgZbACgG4*
🎥 *Pertemuan X : https://youtu.be/fJjtCYe1Uxs*
🎥 *Pertemuan XI : https://youtu.be/Ot3CLbfQFXc*
🎥 *Pertemuan XII : https://youtu.be/2m8qTfAoMsw*
Kajian Tauhid Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah
Bersama Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
Kajian Kitab Ash-Shirath Al-Mustaqim
Karya Syeikh 'Abdullah Al-Harari
Masjid Lathifussalam - RS. Bhakti Asih
Karang Tengah - Tangerang
Setiap Jum'at dan Minggu Ba'da Shalat Maghrib
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* Pondok Pesantren Nurul Hikmah - Dr. H. Kholilurrohman, MA
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
〰♾🌼 *VIDEO TA'LIM KITAB ASH-SHIRAATH AL-MUSTAQIIM KARYA SYAIKH ABDULLAH AL-HARARI; PENJELASAN AYAT MUTASYABIHAT; BANTAHAN TERHADAP KELOMPOK ANTI TA'WIL* 🌼♾〰
Sangat Penting disimak kajian berikut, semoga bermanfaat!
⏪⏮️▶️⏭️⏩⏹️
🎥 *Pertemuan I : https://youtu.be/O9L8d28kFGc*
🎥 *Pertemuan II : https://youtu.be/gHAn2A9WUn8*
🎥 *Pertemuan III : https://youtu.be/vxzoa8WffY0*
🎥 *Pertemuan IV : https://youtu.be/xkPnTRo-wyc*
🎥 *Pertemuan V : https://youtu.be/7dTdABhv1v8*
🎥 *Pertemuan VI : https://youtu.be/y2B6uF6x2DU*
🎥 *Pertemuan VII : https://youtu.be/k440RrjfXaE*
🎥 *Pertemuan VIII : https://youtu.be/wXfBin-BKis*
🎥 *Pertemuan IX : https://youtu.be/HDpgZbACgG4*
🎥 *Pertemuan X : https://youtu.be/fJjtCYe1Uxs*
🎥 *Pertemuan XI : https://youtu.be/Ot3CLbfQFXc*
🎥 *Pertemuan XII : https://youtu.be/2m8qTfAoMsw*
Kajian Tauhid Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah
Bersama Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA
Kajian Kitab Ash-Shirath Al-Mustaqim
Karya Syeikh 'Abdullah Al-Harari
Masjid Lathifussalam - RS. Bhakti Asih
Karang Tengah - Tangerang
Setiap Jum'at dan Minggu Ba'da Shalat Maghrib
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh
🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id
📱 *Fb Page :* Pondok Pesantren Nurul Hikmah - Dr. H. Kholilurrohman, MA
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
〰♾🌼 *Hikmah Shiyam Dan Qiyam Di Bulan Suci Ramadlan* 🌼♾〰
_Al-Hamdulillah,_
_Wa ash-Shalat Wa as-Salam ‘Ala Rasulullillah,_
Di antara hikmah disyari’atkannya berpuasa dan memperbanyak shalat di bulan suci Ramadlan adalah sebagai berikut:
1. Menundukan hawa nafsu, karena sifat dasarnya hawa nafsu hanya mengajak kepada kesenangan-kesenangan sesaat yang berujung kepada keburukan. Bahkan hawa nafsu selalu berusaha untuk mengalahkan dan menundukan manusia itu sendiri. Allah berfirman:
إن النفس لأمارة بالسوء (يوسف: 53)
Namun apa bila segala keinginan nafsu tersebut dilawan maka ia akan menjadi lunak dan tunduk serta dapat dikendalikan. Namun sebaliknya jika keinginan nafsu dipelihara dan diikuti maka ia akan bertambah buas dan menjadi-jadi.
Al-Imam al-Hafizh al-Bushiridalam nazham Burdah menuliskan:
والنفس كالطفل إن تهمله شب على حب الرضاع وإن تفطمه ينفطم
(Nafsu adalah laksana bayi, jika engkau tidak mempedulikannya maka ia ia akan tumbuh dewasa dan tetap senang untuk menetek. Namun jika engkau menyapihnya maka bayi tersebut akan terpisah tidak akan menetek).
Hawa nafsu sangat banyak, namun yang kita maksud disini adalah segala kesenangan yang hanya berorientasi kepada keduniaan dengan sama sekali tidak memiliki tujuan akhirat. Seperti nafsu terhadap harta, wanita, kehormatan, pakaian indah, makan, minum, dan lain sebagainya.
Diriwayatkan ketika Rasulullah dan parasahabatnya pulang dari perang Tabuk, beberapa orang sahabat berkata: “Kita kembali dari al-Jihad al-Akbar kepada al-Jihad al-Ashgar”. Kemudian Rasulullah berkata kepada mereka:
أعدى عدوك نفسك التي بين جنبيك
(Musuh besarmu adalah nafsumu yang berada di dalam dirimu)
2. Menundukan dua syahwat, syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta untuk menundukan godaan setan. Dua syahwat ini jika tidak dikontrol maka akan mengakibatkan petaka besar. Dan musibah yang paling besarnya adalah tidak lagi mempedulikan ketentuan-ketentuan syari’at. Ia tidak akan peduli dan tidak memiliki rasa malu terhadap siapapun yang ada di sekitarnya, bahkan terhadap dirinya, dan bahkan terhadap Allah yang telah menciptakannya.
Dalam sebuah hadirs diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
لو لا أن الشياطين يحومون على قلوب بني ءادم لنظروا إلى ملكوت السماء فالصوم يعين على كسر الشهوات
(Kalaulah bukan karena para setan menggoda hati bangsa manusia maka tentulah bangsa manusia tersebut akan dapat melihat segala keagungan ciptaan Allah di arah langit, maka sesungguhnya puasa dapat membantu untuk memecahkan segala syahwat).
Yang dimaksud memecahkan syahwat di sini bukan meniadakan atau menghilangkannya. Namun yang dimaksud adalah mengontrol, mengendalikan dan memenej syahwat tersebut dan “mengasuhnya” sesuai dengan ketentuan syari’at.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
إن الشيطان ليجري من ابن ءادم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
(Sesungguhnya setan menggoda manusia dari berbagai arah bahkan ia menggoda dari setiap peredaran darahnya, maka persempitlah jalan-jalan setan tersebut dengan lapar (puasa).
3. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap amanah terhadap dirinya sendiri. Dalam keadaan puasa seseorang meninggalkan makan dan minum dengan sendirinya, dan dalam keadaan ini ia dituntuk untuk jujur terhadap dirinya. Apakah ia berpuasa karena Allah atau karena ingin dipuji orang lain? Hal yang sangat istimewa dari ibadah puasa adalah bahwa ibadah ini tidak dapat dijadikan sarana untuk berbohong. Jika ia berbohong dengan puasanya, seperti karena untuk tujuan dipuji orang lain maka ia telah merugi karena menahan haus dan lapar. Namun jika berniat semata karena Allah maka tentu ia akan meraih pahala besar. Inilah salah satu kandungan makna dari firman Allah dalam hadits Qudsi:
فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري)
(Puasa adalah milik-Ku, dan Akusendiri yang akan membalas ibadah puasa itu).
4. Puasa dapat menyehatkan badan. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah alat produksi, bagaimanapun bentuknya, sebuah mesin misalkan atau lainnya, tidak dapatdipergunakan tanpa batas waktu. Dan bila digunakan terus-menerus tanpa hentimaka akan “jebol”, atau paling tidak
_Al-Hamdulillah,_
_Wa ash-Shalat Wa as-Salam ‘Ala Rasulullillah,_
Di antara hikmah disyari’atkannya berpuasa dan memperbanyak shalat di bulan suci Ramadlan adalah sebagai berikut:
1. Menundukan hawa nafsu, karena sifat dasarnya hawa nafsu hanya mengajak kepada kesenangan-kesenangan sesaat yang berujung kepada keburukan. Bahkan hawa nafsu selalu berusaha untuk mengalahkan dan menundukan manusia itu sendiri. Allah berfirman:
إن النفس لأمارة بالسوء (يوسف: 53)
Namun apa bila segala keinginan nafsu tersebut dilawan maka ia akan menjadi lunak dan tunduk serta dapat dikendalikan. Namun sebaliknya jika keinginan nafsu dipelihara dan diikuti maka ia akan bertambah buas dan menjadi-jadi.
Al-Imam al-Hafizh al-Bushiridalam nazham Burdah menuliskan:
والنفس كالطفل إن تهمله شب على حب الرضاع وإن تفطمه ينفطم
(Nafsu adalah laksana bayi, jika engkau tidak mempedulikannya maka ia ia akan tumbuh dewasa dan tetap senang untuk menetek. Namun jika engkau menyapihnya maka bayi tersebut akan terpisah tidak akan menetek).
Hawa nafsu sangat banyak, namun yang kita maksud disini adalah segala kesenangan yang hanya berorientasi kepada keduniaan dengan sama sekali tidak memiliki tujuan akhirat. Seperti nafsu terhadap harta, wanita, kehormatan, pakaian indah, makan, minum, dan lain sebagainya.
Diriwayatkan ketika Rasulullah dan parasahabatnya pulang dari perang Tabuk, beberapa orang sahabat berkata: “Kita kembali dari al-Jihad al-Akbar kepada al-Jihad al-Ashgar”. Kemudian Rasulullah berkata kepada mereka:
أعدى عدوك نفسك التي بين جنبيك
(Musuh besarmu adalah nafsumu yang berada di dalam dirimu)
2. Menundukan dua syahwat, syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta untuk menundukan godaan setan. Dua syahwat ini jika tidak dikontrol maka akan mengakibatkan petaka besar. Dan musibah yang paling besarnya adalah tidak lagi mempedulikan ketentuan-ketentuan syari’at. Ia tidak akan peduli dan tidak memiliki rasa malu terhadap siapapun yang ada di sekitarnya, bahkan terhadap dirinya, dan bahkan terhadap Allah yang telah menciptakannya.
Dalam sebuah hadirs diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
لو لا أن الشياطين يحومون على قلوب بني ءادم لنظروا إلى ملكوت السماء فالصوم يعين على كسر الشهوات
(Kalaulah bukan karena para setan menggoda hati bangsa manusia maka tentulah bangsa manusia tersebut akan dapat melihat segala keagungan ciptaan Allah di arah langit, maka sesungguhnya puasa dapat membantu untuk memecahkan segala syahwat).
Yang dimaksud memecahkan syahwat di sini bukan meniadakan atau menghilangkannya. Namun yang dimaksud adalah mengontrol, mengendalikan dan memenej syahwat tersebut dan “mengasuhnya” sesuai dengan ketentuan syari’at.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
إن الشيطان ليجري من ابن ءادم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
(Sesungguhnya setan menggoda manusia dari berbagai arah bahkan ia menggoda dari setiap peredaran darahnya, maka persempitlah jalan-jalan setan tersebut dengan lapar (puasa).
3. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap amanah terhadap dirinya sendiri. Dalam keadaan puasa seseorang meninggalkan makan dan minum dengan sendirinya, dan dalam keadaan ini ia dituntuk untuk jujur terhadap dirinya. Apakah ia berpuasa karena Allah atau karena ingin dipuji orang lain? Hal yang sangat istimewa dari ibadah puasa adalah bahwa ibadah ini tidak dapat dijadikan sarana untuk berbohong. Jika ia berbohong dengan puasanya, seperti karena untuk tujuan dipuji orang lain maka ia telah merugi karena menahan haus dan lapar. Namun jika berniat semata karena Allah maka tentu ia akan meraih pahala besar. Inilah salah satu kandungan makna dari firman Allah dalam hadits Qudsi:
فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري)
(Puasa adalah milik-Ku, dan Akusendiri yang akan membalas ibadah puasa itu).
4. Puasa dapat menyehatkan badan. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah alat produksi, bagaimanapun bentuknya, sebuah mesin misalkan atau lainnya, tidak dapatdipergunakan tanpa batas waktu. Dan bila digunakan terus-menerus tanpa hentimaka akan “jebol”, atau paling tidak
produktifitasnya akan jauh menurun. Demikian juga dengan perut, ia membutuhkan “istirahat” yang cukup, dan puasa adalah sarananya.
Sesungguhnya berbagai macam penyakit itu bersumber dari perut. Para ulama terdahulu mengatakan:
المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواء
(Perut itu adalah gudang penyakit, dan berpantang itu adalah pangkal segala obat).
Karena itu sangat buruk seorang yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya dalam memikirkan “isi perut”. Padahal “isi perut”adalah “sampah”. Seyogyanya tujuan dan faedah yang hendak kita ambil dari makanan dan minuman adalah untuk sekedar menghasilkan tenaga untuk kita gunakan dalam ibadah kepada Allah. Benar, makan banyak tidak haram (halal) jika makanan tersebut sesuatu yang halal dan dihasilkan dengan jalan yang halal pula. Namun menyedikitkan makan lebih baik, karena disamping dapat menyehatkan badan, juga lebih membantu kita untuk meningkatkan kualitas ibadah.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
بحسب المرء لقيمات يقمن صلبه، فإن كان ولا بد فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه
(Cukup bagi seseorang untuk makan dengan beberapa suap dengan seukuran yang dapat meluruskan tulang rusuknya, namun jika ia sangat ingin maka jadikanlah perutnya tiga bagian; sepertiga pertama untuk makanannya, sepertiga kedua untuk minumannya, dan sepertiga terakhir untuk nafasnya).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا فلم نشبع
(Kita adalah kaum yang tidak makan hingga kita lapar, dan apa bila kita makan maka kita tidak akan sampai kenyang).
Para ulama kita dalam banyak karya mereka telah menuliskan berbagai keistimewaan menahan lapar (fadlilah al-Ju’). Bahkan sebagian para wali Allah dengan sengaja menjadikan diri mereka meresakan lapar. Artinya lapar yang tidak membahayakan.
5. Mendidik jiwa terhadap sifat sabar. Dalam tinjauan syari’at, sabar setidaknya terbagi kepada tiga macam. Sabar dalam melaksanakan ta’at kepada Allah (ash-Shabr ‘Ala ath-Tha’ah), sabar dalam menghindari segala perkara haram (ash-Shabr ‘Ala al-Ma’shiyah), dan sabar dalam menghadapi musibah (ash-Shabr ‘Ala al-Mushibah).
Tiga macam bentuk sabar ini seluruhnya terkumpul dalam ibadah puasa. Seorang yang puasa, pertama; sabar karena tengah mengerjakan ketaatan kepada Allah, kedua; sabar dalam menghindari segala perkara-perkara yang dapat membatalkan atau menggurkan pahala puasa, dan ketiga; sabar atas rasa haus dan lapar yang tengah ia hadapinya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه النسائي)
(Barang siapa puasa di bulan Ramadlan karena “iman” dan karena “ihtisab” maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu).
Imam al-Khaththabi berkata: “Makna “Imanan Wa Ihtisaban” ialah niat dan tekad yang kuat di dalam hati dalam melakukan puasa bahwa itu ia lakukan hanya karena Allah, untuk tujuan mendapatkan pahaladari-Nya, hati yang gembira, bukan karena terpaksa, tidak merasa bahwa waktu-waktu puasa tersebut sangat panjang namun sebaliknya ia menghabiskan seluruh waktunya dalam usaha meraih pahala dari Allah”.
Di sinilah bahwa ibadah puasa menuntut kesabaran dengan segala macam bentuk sabar dari yang telah kita sebutkan diatas.
6. Memupuk rasa cinta dan saling menyayangi antara sesama, terlebih terhadap kaum yang lemah. Shadaqah, memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, orang-orang tua jompo, janda-janda lemah, atau menolong kepada sesama adalah salah satu bentuk “ibadah sosial” (‘Ibadah Ghair Mahdlah) yang harus digalakan dibulan yang mulia ini. Benar, bahwa menolong orang-orang lemah tidak harus terikat oleh tempat dan waktu. Artinya tidak harus kita lakukan di dalam bulan Ramadlan, namun juga harus dikerjakan di luar bulan tersebut.
Ketika seseorang melakukan ibadah puasa maka ia akan merasakan kondisi yang telah lama dihadapi orang-orang lemah. Dengan demikian akan timbul pada dirinya rasa kasih sayang terhadap mereka. Sifat peduli terhadap kaum lemah inilah di antara tujuan-tujuan yang dititipkan dalam keagungan bulan ramdlan. Dan sifat-sifat ini pula yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kepr
Sesungguhnya berbagai macam penyakit itu bersumber dari perut. Para ulama terdahulu mengatakan:
المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواء
(Perut itu adalah gudang penyakit, dan berpantang itu adalah pangkal segala obat).
Karena itu sangat buruk seorang yang menghabiskan sebagian besar waktunya hanya dalam memikirkan “isi perut”. Padahal “isi perut”adalah “sampah”. Seyogyanya tujuan dan faedah yang hendak kita ambil dari makanan dan minuman adalah untuk sekedar menghasilkan tenaga untuk kita gunakan dalam ibadah kepada Allah. Benar, makan banyak tidak haram (halal) jika makanan tersebut sesuatu yang halal dan dihasilkan dengan jalan yang halal pula. Namun menyedikitkan makan lebih baik, karena disamping dapat menyehatkan badan, juga lebih membantu kita untuk meningkatkan kualitas ibadah.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
بحسب المرء لقيمات يقمن صلبه، فإن كان ولا بد فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه
(Cukup bagi seseorang untuk makan dengan beberapa suap dengan seukuran yang dapat meluruskan tulang rusuknya, namun jika ia sangat ingin maka jadikanlah perutnya tiga bagian; sepertiga pertama untuk makanannya, sepertiga kedua untuk minumannya, dan sepertiga terakhir untuk nafasnya).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا فلم نشبع
(Kita adalah kaum yang tidak makan hingga kita lapar, dan apa bila kita makan maka kita tidak akan sampai kenyang).
Para ulama kita dalam banyak karya mereka telah menuliskan berbagai keistimewaan menahan lapar (fadlilah al-Ju’). Bahkan sebagian para wali Allah dengan sengaja menjadikan diri mereka meresakan lapar. Artinya lapar yang tidak membahayakan.
5. Mendidik jiwa terhadap sifat sabar. Dalam tinjauan syari’at, sabar setidaknya terbagi kepada tiga macam. Sabar dalam melaksanakan ta’at kepada Allah (ash-Shabr ‘Ala ath-Tha’ah), sabar dalam menghindari segala perkara haram (ash-Shabr ‘Ala al-Ma’shiyah), dan sabar dalam menghadapi musibah (ash-Shabr ‘Ala al-Mushibah).
Tiga macam bentuk sabar ini seluruhnya terkumpul dalam ibadah puasa. Seorang yang puasa, pertama; sabar karena tengah mengerjakan ketaatan kepada Allah, kedua; sabar dalam menghindari segala perkara-perkara yang dapat membatalkan atau menggurkan pahala puasa, dan ketiga; sabar atas rasa haus dan lapar yang tengah ia hadapinya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه النسائي)
(Barang siapa puasa di bulan Ramadlan karena “iman” dan karena “ihtisab” maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu).
Imam al-Khaththabi berkata: “Makna “Imanan Wa Ihtisaban” ialah niat dan tekad yang kuat di dalam hati dalam melakukan puasa bahwa itu ia lakukan hanya karena Allah, untuk tujuan mendapatkan pahaladari-Nya, hati yang gembira, bukan karena terpaksa, tidak merasa bahwa waktu-waktu puasa tersebut sangat panjang namun sebaliknya ia menghabiskan seluruh waktunya dalam usaha meraih pahala dari Allah”.
Di sinilah bahwa ibadah puasa menuntut kesabaran dengan segala macam bentuk sabar dari yang telah kita sebutkan diatas.
6. Memupuk rasa cinta dan saling menyayangi antara sesama, terlebih terhadap kaum yang lemah. Shadaqah, memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, orang-orang tua jompo, janda-janda lemah, atau menolong kepada sesama adalah salah satu bentuk “ibadah sosial” (‘Ibadah Ghair Mahdlah) yang harus digalakan dibulan yang mulia ini. Benar, bahwa menolong orang-orang lemah tidak harus terikat oleh tempat dan waktu. Artinya tidak harus kita lakukan di dalam bulan Ramadlan, namun juga harus dikerjakan di luar bulan tersebut.
Ketika seseorang melakukan ibadah puasa maka ia akan merasakan kondisi yang telah lama dihadapi orang-orang lemah. Dengan demikian akan timbul pada dirinya rasa kasih sayang terhadap mereka. Sifat peduli terhadap kaum lemah inilah di antara tujuan-tujuan yang dititipkan dalam keagungan bulan ramdlan. Dan sifat-sifat ini pula yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kepr
ibadiannya bagi segenap umatnya. Beliau adalah pecinta bagi orang-orang fakir miskin, ayah bagi anak-anak yatim, memenuhi segala kebutuhan mereka, dan bahkan menengok yang sakit hingga mengurus jenazah orang yang meninggal di antara mereka.
Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas ibn Malik bahwa ia berkata: “Rasulullah adalah manusia terbaik, seorang yang paling berani, dan manusia paling termawan”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah adalah manusia paling dermawan, dan lebih dermawan lagi disaat bulan Ramadlan.
Dalam hadits lain riwayat at-Tirmidzi, Rasulullah bersabda:
أفضل الصدقة صدقة في رمضان
(Sadaqah paling utama adalah sadaqah yang dilakukan di bulan Ramadlan)
7. Mengarahkan seorang hamba untuk berfikir dan merenungkan kehidupan akhirat. Ketika ia berpuasa maka sebenarnya ia tengah melatih dirinya untuk meninggalkan nafsu-nafsu duniawi, dan melatih untuk konsentrasi dalam maraih pahala yang dijanjikan Allah untuk kehidupan akhiratnya kelak.
Dalam keadaan puasa ini hendaknya melepaskan segala urusan-urusan duniawi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan akhirat. Selakyaknya merenungi sabda Rasulullah:
إن الله يبغض كل جعظري جواظ سحاب بالأسواق جيفة بالليل حمار بالنهار عارف بأمر الدنيا جاهل بأمر الآخرة (رواه ابن حبان)
(Sesungguhnya Allah sangat murka terhadap orang yang keras kepala (tidak mau menerima kebenaran), pengumpul harta yang sangat pelit, selalu berkeliling di pasar-pasar (hanya mengurus dunia), di malam hari laksana bangkai (tidak pernah mau ibadah), di siang hari laksana keledai (hanya memikirkan kesenangan dunia belaka), terhadap urusan-urusan duniawi sangat paham, sementara terhadap urusan akhirat sama sekali tidak paham) HR. Ibn Hibban.
8. Hal terbesar dari bulan suci Ramadlan tentunya adalah karena Allah menjadikan bulan ini sebagai bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Hari yang paling utama dalam satu tahun adalah hari ‘Arafah, malam yang paling utama dalam satu tahun adalha Lailatul Qadar, hari yang paling utama dalam satu minggu adalah hari jum’at, dan bulan yang paling utama dalam satu tahun adalah bulan Ramadlan.
Pada bulan ini terdapat lailatul Qadar; adalah satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar. Seorang yang memenuhi malam-malam Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah maka ia telah mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, walaupun ia tidak melihatnya. Tentunya yang menyaksikan langsung lebih utama dari yang tidak dapat melihatnya. Dalam hal ini sepatutnya kita mencontoh Rasulullah yang telah memenuhi seluruh malam-malam dan siang hari Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه البخاري ومسلم)
Barang siapa melaksanakan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan karena mencari pahala dari Allah maka diampuni dari segala dosanya yang telah lalu). HR.Bukhari dan Muslim
Pada bulan Ramadlan ini al-Qur’anditurunkan, yaitu pada Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkanal-Baihaqi, Rasulullah bersabda: “Al-Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar,yaitu pada malam 24 Ramadlan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadlan, dan Injil diturunkan pada 18 Ramadlan”.
Hadits ini menafsirkan firman Allah QS.al-Qadar: 1, bahwa Allah menurunkan al-Qur’an sekaligus dari al-Lauh al-Mahfuzh ke satu tempat di langit dunia yang disebut dengan Bait al-‘Izzah pada lailatul Qadar. Hadits di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa Lailatul Qadar tidak hanya terjadi pada malam ke 27 saja, tapi dapat terjadi dalam hitungan melam keberapapun, termasuk kemungkinan terjadi pada permulaan atau pertengahan Ramadlan. Hanya saja kemungkinan besarnya terjadi pada 10 bagian akhir Ramadlan, sesuai sabda Rasulullah:
تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر (رواه البخاري ومسلم)
(Carilah oleh kalian akan Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir Ramadlan). HR. al-Bukhari dan Muslim.
Pahala membaca al-Qur’an di bulan ini sangat istimewa dan besar, karennya sangat dianjurkan untuk digalakan. Apa yang telah dilakukan oleh para ulama
Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas ibn Malik bahwa ia berkata: “Rasulullah adalah manusia terbaik, seorang yang paling berani, dan manusia paling termawan”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah adalah manusia paling dermawan, dan lebih dermawan lagi disaat bulan Ramadlan.
Dalam hadits lain riwayat at-Tirmidzi, Rasulullah bersabda:
أفضل الصدقة صدقة في رمضان
(Sadaqah paling utama adalah sadaqah yang dilakukan di bulan Ramadlan)
7. Mengarahkan seorang hamba untuk berfikir dan merenungkan kehidupan akhirat. Ketika ia berpuasa maka sebenarnya ia tengah melatih dirinya untuk meninggalkan nafsu-nafsu duniawi, dan melatih untuk konsentrasi dalam maraih pahala yang dijanjikan Allah untuk kehidupan akhiratnya kelak.
Dalam keadaan puasa ini hendaknya melepaskan segala urusan-urusan duniawi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan akhirat. Selakyaknya merenungi sabda Rasulullah:
إن الله يبغض كل جعظري جواظ سحاب بالأسواق جيفة بالليل حمار بالنهار عارف بأمر الدنيا جاهل بأمر الآخرة (رواه ابن حبان)
(Sesungguhnya Allah sangat murka terhadap orang yang keras kepala (tidak mau menerima kebenaran), pengumpul harta yang sangat pelit, selalu berkeliling di pasar-pasar (hanya mengurus dunia), di malam hari laksana bangkai (tidak pernah mau ibadah), di siang hari laksana keledai (hanya memikirkan kesenangan dunia belaka), terhadap urusan-urusan duniawi sangat paham, sementara terhadap urusan akhirat sama sekali tidak paham) HR. Ibn Hibban.
8. Hal terbesar dari bulan suci Ramadlan tentunya adalah karena Allah menjadikan bulan ini sebagai bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Hari yang paling utama dalam satu tahun adalah hari ‘Arafah, malam yang paling utama dalam satu tahun adalha Lailatul Qadar, hari yang paling utama dalam satu minggu adalah hari jum’at, dan bulan yang paling utama dalam satu tahun adalah bulan Ramadlan.
Pada bulan ini terdapat lailatul Qadar; adalah satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar. Seorang yang memenuhi malam-malam Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah maka ia telah mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, walaupun ia tidak melihatnya. Tentunya yang menyaksikan langsung lebih utama dari yang tidak dapat melihatnya. Dalam hal ini sepatutnya kita mencontoh Rasulullah yang telah memenuhi seluruh malam-malam dan siang hari Ramadlan dengan segala macam bentuk ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه البخاري ومسلم)
Barang siapa melaksanakan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan karena mencari pahala dari Allah maka diampuni dari segala dosanya yang telah lalu). HR.Bukhari dan Muslim
Pada bulan Ramadlan ini al-Qur’anditurunkan, yaitu pada Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkanal-Baihaqi, Rasulullah bersabda: “Al-Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar,yaitu pada malam 24 Ramadlan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadlan, dan Injil diturunkan pada 18 Ramadlan”.
Hadits ini menafsirkan firman Allah QS.al-Qadar: 1, bahwa Allah menurunkan al-Qur’an sekaligus dari al-Lauh al-Mahfuzh ke satu tempat di langit dunia yang disebut dengan Bait al-‘Izzah pada lailatul Qadar. Hadits di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa Lailatul Qadar tidak hanya terjadi pada malam ke 27 saja, tapi dapat terjadi dalam hitungan melam keberapapun, termasuk kemungkinan terjadi pada permulaan atau pertengahan Ramadlan. Hanya saja kemungkinan besarnya terjadi pada 10 bagian akhir Ramadlan, sesuai sabda Rasulullah:
تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر (رواه البخاري ومسلم)
(Carilah oleh kalian akan Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir Ramadlan). HR. al-Bukhari dan Muslim.
Pahala membaca al-Qur’an di bulan ini sangat istimewa dan besar, karennya sangat dianjurkan untuk digalakan. Apa yang telah dilakukan oleh para ulama
salaf patut kita tiru. Misalkan, Imaman-Nakha’i setiap 3 malam sekali mengkhatamkan al-Qur’an dan di 10 akhir Ramadlan mengkhatamkannya setiap 2 malam sekali. Imam Qatadah di luar bulan Ramadlan setiap7 malam satu kali mengkhatamkan al-Qur’an, sementara di bulan Ramadlan setiap 3 malam sekali, dan di 10 akhir Ramadlan mengkhatamkannya setiap malam. Imam asy-Syafi’i di setiap bulan Ramadlan mengkhatamkan al-Qur’an hingga 60 kali diluar bacaan shalatnya, belum lagi khataman yang beliau bacakan di dalam shalatnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Imam Abu Hanifah, dan ulama terkemuka lainnya. Inilah bahwa Ramadlan disebut juga dengan Syahrul Qur’an, karena pada bulan ini al-Qur’an diturunkan, juga karena pahala istimewa yang dijanjikan kepada orang-orang yang membacanya pada bulan tersebut.
Secara khusus amal ibadah puasa danbacaan al-Qur’an di akhirat kelak akan memberikan pertolongan kepada orang yang dengan ikhlas mengerjakannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
الصيام والقرءان يشفعان للعبد يوم القيامة يقول الصيام: أي رب منعته الطعام والشراب بالنهار فشفعني فيه، ويقول القرءان: منعته النوم بالليل فشفعني فيه، فيشفعان (رواه الحاكم وصححه)
(Amalan puasa dan bacaanal-Qur’an akan memberikan pertolongan kepada seorang hamba di hari kiamat. Amalan puasa akan berkata: “Ya Allah aku telah mencegah dia dari makan dan minum di siang hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”.Sementara pahala bacaan al-Qur’an akan berkata: “Aku telah mencegah dia dari tidur di malam hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”. Maka keduanya lalu memberikan pertolongan) HR. al-Hakim dan dishahihkannya.
Pada bulan Ramadlan ini pahala segala bentu kebaikan dilipatgandakan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa bulan inipermulaannya adalah sebagai rahmat, pertengahannya sebagai ampunan (maghfirah), dan bagian akhirnya adalah kebebasan dari api neraka. Bahkan ibadah puasa memiliki keistimewaan khusus dibanding amalan-amalan lainnya. Dalam hadits Qudsidisebutkan bahwa Allah berfirman:
كل عمل ابن ءادم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي، للصائم فرحتان، فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فم الصائم أطيب عندالله من ريح المسك (رواه البخاري ومسلم)
(Setiap amal kebaikan dari seorang manusia memiliki balasan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya hingga 700 kali lipat, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Sungguh seorang yang puasa telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, minumannya hanya karena Aku. Bagi seorang yang puasamemiliki dua kegembiraan, gembira ketika berbuka, dan gembira ketika bertemu dengan Tuhanya. Dan sesungguhnya mulut seorang yang berpuasa itu lebih baik bagi Allah dari pada wanginya minyak misik (artinya menghasilkan pahala yangbesar). HR. al-Bukhari dan Muslim
Di antara keistimewaan bulan Ramadlan adalah bahwa seorang yang melakukan puasa di bulan ini karena Allah maka akan dijauhkan dari api neraka. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
مامن عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا بعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا (رواهالبخاري)
(Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah walaupun hanya satu hari kecuali bahwa Allah akan menghindarkan tubuhnya dari api neraka selama 70 tahun) HR. al-Bukhari.
Jika puasa yang hanya satu hari karena Allah menghasilkan balasan yang demikian besar, maka tentu jauh lebih besar jika puasa semacam itu dilakukan dalam satu bulan penuh, seperti dalam bulan ramdlan.
_Allah A'lam Bi ash-shawab._
*Kholil Abou Fateh*
*_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
Secara khusus amal ibadah puasa danbacaan al-Qur’an di akhirat kelak akan memberikan pertolongan kepada orang yang dengan ikhlas mengerjakannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
الصيام والقرءان يشفعان للعبد يوم القيامة يقول الصيام: أي رب منعته الطعام والشراب بالنهار فشفعني فيه، ويقول القرءان: منعته النوم بالليل فشفعني فيه، فيشفعان (رواه الحاكم وصححه)
(Amalan puasa dan bacaanal-Qur’an akan memberikan pertolongan kepada seorang hamba di hari kiamat. Amalan puasa akan berkata: “Ya Allah aku telah mencegah dia dari makan dan minum di siang hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”.Sementara pahala bacaan al-Qur’an akan berkata: “Aku telah mencegah dia dari tidur di malam hari, maka jadikanlah aku sebagai penolong bagi dirinya”. Maka keduanya lalu memberikan pertolongan) HR. al-Hakim dan dishahihkannya.
Pada bulan Ramadlan ini pahala segala bentu kebaikan dilipatgandakan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa bulan inipermulaannya adalah sebagai rahmat, pertengahannya sebagai ampunan (maghfirah), dan bagian akhirnya adalah kebebasan dari api neraka. Bahkan ibadah puasa memiliki keistimewaan khusus dibanding amalan-amalan lainnya. Dalam hadits Qudsidisebutkan bahwa Allah berfirman:
كل عمل ابن ءادم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي، للصائم فرحتان، فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فم الصائم أطيب عندالله من ريح المسك (رواه البخاري ومسلم)
(Setiap amal kebaikan dari seorang manusia memiliki balasan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya hingga 700 kali lipat, kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Sungguh seorang yang puasa telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, minumannya hanya karena Aku. Bagi seorang yang puasamemiliki dua kegembiraan, gembira ketika berbuka, dan gembira ketika bertemu dengan Tuhanya. Dan sesungguhnya mulut seorang yang berpuasa itu lebih baik bagi Allah dari pada wanginya minyak misik (artinya menghasilkan pahala yangbesar). HR. al-Bukhari dan Muslim
Di antara keistimewaan bulan Ramadlan adalah bahwa seorang yang melakukan puasa di bulan ini karena Allah maka akan dijauhkan dari api neraka. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
مامن عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا بعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا (رواهالبخاري)
(Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah walaupun hanya satu hari kecuali bahwa Allah akan menghindarkan tubuhnya dari api neraka selama 70 tahun) HR. al-Bukhari.
Jika puasa yang hanya satu hari karena Allah menghasilkan balasan yang demikian besar, maka tentu jauh lebih besar jika puasa semacam itu dilakukan dalam satu bulan penuh, seperti dalam bulan ramdlan.
_Allah A'lam Bi ash-shawab._
*Kholil Abou Fateh*
*_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i_
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
📌📌
❤ *ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH* ❤
❗ *APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH TIDAK SEDEMIKIAN ITU* ❗
Ada sebuah hadits yang dikenal dengan nama _*Hadîts an-Nuzûl*_. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imâm al-Bukhari dan al-Imâm Muslim dalam kitab Shahih masing-masing. Redaksi hadits riwayat al-Bukhari adalah sebagai berikut:
*(Shahîh al-Bukhâri; Kitâb al-Shalât, Bâb al-Du’â Wa al-Shalât Âkhir al-Layl. Lihat pula Shahîh Muslim; Kitâb Shalât al-Musâfirîn Wa Qashruhâ; Bâb al-Targhîb Fî al-Du’â Wa al-Dzikr Fî Âkhir al-Layl Wa al-Ijâbah Fîh.)*
_“Telah mengkabarkan kepada kami Abdullah ibn Maslamah, dari Malik, dari Ibn Syihab, dari Abu Salamah dan Abu Abdillah al-Agarr, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:_
يَنْـزِلُ رَبّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيلَةٍ إلَى السّمَاءِ الدّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللّيلِ الآخِر يَقُوْل: مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيْب لهُ وَمَن يَسْألنِي فأعْطِيه وَمنْ يَسْتَغْفِرني فأغْفِر لهُ (رواه البخاري)
*Hadîts an-Nuzûl ini tidak boleh dipahami dalam makna zhahirnya, karena makna zhahirnya adalah turun dari arah atas ke arah bawah, artinya bergerak dan pindah dari satu tempat ke tampat yang lain, dan itu mustahil pada hak Allah.* Al-Imâm an-Nawawi dalam kitab Syarh Shahîh Muslim dalam menjelaskan Hadîts an-Nuzûl ini berkata:
Hadist ini termasuk hadits-hadits tentang sifat Allah. Dalam memahaminya terdapat dua madzhab mashur di kalangan ulama;
*Pertama:*
Madzhab mayoritas ulama Salaf dan sebagian ulama ahli Kalam (teolog), yaitu dengan mengimaninya bahwa hal itu adalah suatu yang hak dengan makna yang sesuai bagi keagungan Allah, dan bahwa makna zahirnya yang berlaku dalam makna makhluk adalah makna yang bukan dimaksud. Madzhab pertama ini tidak mengambil makna tertentu dalam memahaminya, artinya mereka tidak mentakwilnya. Namun mereka semua berkeyakinan bahma Allah Maha Suci dari sifat-sifat makhluk, Maha Suci dari pindah dari suatu tempat ke tempat lain, Maha Suci dari bergerak, dan Maha Suci dari seluruh sifat-sifat makhluk.
*Kedua:*
Madzhab mayoritas ahli Kalam (kaum teolog) dan beberapa golongan dari para ulama Salaf, di antaranya sebagaimana telah diberlakukan oleh Malik, dan al-Auza’i, bahwa mereka telah melakukan takwil terhadap hadits ini dengan menentukan makna yang sesaui dengan ketentuan-ketentuannya. Dalam penggunaan metode takwil ini para ulama madzhab kedua ini memiliki dua takwil terhadap Hadîts an-Nuzûl di atas.
Pertama; Takwil yang nyatakan oleh Malik dan lainnya bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah turunnya rahmat Allah, dan perintah-Nya, serta turunnya para Malaikat pembawa rahmat tersebut. Ini biasa digunakan dalam bahasa Arab; seperti bila dikatakan: “Fa’ala al-Sulthân Kadzâ…” (Raja melakukan suatu perbuatan), maka yang dimaksud adalah perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya dengan perintahnya, bukan raja itu sendiri yang melakukan perbuatan tersebut.
Kedua; takwil hadits dalam makna isti’ârah (metafor), yaitu dalam pengertian bahwa Allah mengaruniakan dan mengabulkan segala permintaan yang dimintakan kepada-Nya saat itu. (Karenanya, waktu sepertiga akhir malam adalah waktu yang sangat mustajab untuk meminta kepada Allah)” (An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, j. 6, h. 36).
Dengan demikian pendapat kaum Musyabbihah jelas batil ketika mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah turunnya Allah dengan Dzat-Nya. Di antara dalil lainnya yang dapat membatalkan pendapat mereka ini adalah bahwa sebagian para perawi hadits al-Bukhari dalam Hadîts an-Nuzûl ini telah memberikan harakat dlammah pada huruf yâ’, dan harakat kasrah pada huruf zây; menjadi “Yunzilu”, artinya; menjadi fi’il muta’addi; yaitu kata kerja yang membutuhkan kepada objek (Maf’ûl Bih). Dengan demikian menjadi bertambah jelas bahwa yang turun tersebut adalah para Malaikat dengan perintah Allah. Makna ini juga seperti yang telah jelas disebutkan dalam riwayat Hadîts an-Nuzûl lainnya dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy bahwa Allah telah memerintah Malaikat untuk menyeru di langit pertama pada sepertiga akhir malam tersebut. Dengan demikian kaum Masyabbihah sama sekali tidak dapat menjadikan hadits ini sebagai dalil bagi mereka.
Seorang ahli tafsir terkemuka; al-Imâm al-Qurthubi, dalam
*(Shahîh al-Bukhâri; Kitâb al-Shalât, Bâb al-Du’â Wa al-Shalât Âkhir al-Layl. Lihat pula Shahîh Muslim; Kitâb Shalât al-Musâfirîn Wa Qashruhâ; Bâb al-Targhîb Fî al-Du’â Wa al-Dzikr Fî Âkhir al-Layl Wa al-Ijâbah Fîh.)*
_“Telah mengkabarkan kepada kami Abdullah ibn Maslamah, dari Malik, dari Ibn Syihab, dari Abu Salamah dan Abu Abdillah al-Agarr, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:_
يَنْـزِلُ رَبّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيلَةٍ إلَى السّمَاءِ الدّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللّيلِ الآخِر يَقُوْل: مَنْ يَدْعُونِي فَأسْتَجِيْب لهُ وَمَن يَسْألنِي فأعْطِيه وَمنْ يَسْتَغْفِرني فأغْفِر لهُ (رواه البخاري)
*Hadîts an-Nuzûl ini tidak boleh dipahami dalam makna zhahirnya, karena makna zhahirnya adalah turun dari arah atas ke arah bawah, artinya bergerak dan pindah dari satu tempat ke tampat yang lain, dan itu mustahil pada hak Allah.* Al-Imâm an-Nawawi dalam kitab Syarh Shahîh Muslim dalam menjelaskan Hadîts an-Nuzûl ini berkata:
Hadist ini termasuk hadits-hadits tentang sifat Allah. Dalam memahaminya terdapat dua madzhab mashur di kalangan ulama;
*Pertama:*
Madzhab mayoritas ulama Salaf dan sebagian ulama ahli Kalam (teolog), yaitu dengan mengimaninya bahwa hal itu adalah suatu yang hak dengan makna yang sesuai bagi keagungan Allah, dan bahwa makna zahirnya yang berlaku dalam makna makhluk adalah makna yang bukan dimaksud. Madzhab pertama ini tidak mengambil makna tertentu dalam memahaminya, artinya mereka tidak mentakwilnya. Namun mereka semua berkeyakinan bahma Allah Maha Suci dari sifat-sifat makhluk, Maha Suci dari pindah dari suatu tempat ke tempat lain, Maha Suci dari bergerak, dan Maha Suci dari seluruh sifat-sifat makhluk.
*Kedua:*
Madzhab mayoritas ahli Kalam (kaum teolog) dan beberapa golongan dari para ulama Salaf, di antaranya sebagaimana telah diberlakukan oleh Malik, dan al-Auza’i, bahwa mereka telah melakukan takwil terhadap hadits ini dengan menentukan makna yang sesaui dengan ketentuan-ketentuannya. Dalam penggunaan metode takwil ini para ulama madzhab kedua ini memiliki dua takwil terhadap Hadîts an-Nuzûl di atas.
Pertama; Takwil yang nyatakan oleh Malik dan lainnya bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah turunnya rahmat Allah, dan perintah-Nya, serta turunnya para Malaikat pembawa rahmat tersebut. Ini biasa digunakan dalam bahasa Arab; seperti bila dikatakan: “Fa’ala al-Sulthân Kadzâ…” (Raja melakukan suatu perbuatan), maka yang dimaksud adalah perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya dengan perintahnya, bukan raja itu sendiri yang melakukan perbuatan tersebut.
Kedua; takwil hadits dalam makna isti’ârah (metafor), yaitu dalam pengertian bahwa Allah mengaruniakan dan mengabulkan segala permintaan yang dimintakan kepada-Nya saat itu. (Karenanya, waktu sepertiga akhir malam adalah waktu yang sangat mustajab untuk meminta kepada Allah)” (An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, j. 6, h. 36).
Dengan demikian pendapat kaum Musyabbihah jelas batil ketika mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah turunnya Allah dengan Dzat-Nya. Di antara dalil lainnya yang dapat membatalkan pendapat mereka ini adalah bahwa sebagian para perawi hadits al-Bukhari dalam Hadîts an-Nuzûl ini telah memberikan harakat dlammah pada huruf yâ’, dan harakat kasrah pada huruf zây; menjadi “Yunzilu”, artinya; menjadi fi’il muta’addi; yaitu kata kerja yang membutuhkan kepada objek (Maf’ûl Bih). Dengan demikian menjadi bertambah jelas bahwa yang turun tersebut adalah para Malaikat dengan perintah Allah. Makna ini juga seperti yang telah jelas disebutkan dalam riwayat Hadîts an-Nuzûl lainnya dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy bahwa Allah telah memerintah Malaikat untuk menyeru di langit pertama pada sepertiga akhir malam tersebut. Dengan demikian kaum Masyabbihah sama sekali tidak dapat menjadikan hadits ini sebagai dalil bagi mereka.
Seorang ahli tafsir terkemuka; al-Imâm al-Qurthubi, dalam
menafsirkan firman Allah: ”Wa al-Mustaghfirîn Bi al-Ashâr” (QS. Ali ’Imran: 17), artinya; ”Dan orang-orang yang ber-istighfâr di waktu sahur (akhir malam)”, beliau menyebutkan Hadîts an-Nuzûl dengan beberapa komentar ulama tentangnya, kemudian beliau menuliskan sebagai berikut:
“Pendapat yang paling baik dalam memaknai Hadîts an-Nuzûl ini adalah dengan merujuk kepada hadits riwayat an-Nasa-i dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy, bahwa Rasulullah bersabda:
إنّ اللهَ عَزّ وَجَلّ يُمْهِلُ حَتّى يَمْضِيَ شَطْرُ اللّيْلِ الأوّلِ ثُمّ يأمُرُ مُنَادِيًا فَيَقُوْل: هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَه، هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ يُعْطَى
”Sesungguhnya Allah mendiamkan malam hingga lewat paruh pertama dari malam tersebut, kemudian Allah memerintah Malaikat penyeru untuk berseru: Adakah orang yang berdoa?! Maka ia akan dikabulkan. Adakah orang yang meminta ampun?! Maka ia akan diampuni. Adakah orang yang meminta?! Maka ia akan diberi.
Hadits ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abd al-Haq. Dan hadits ini telah menghilangkan segala perselisihan tentang Hadîts an-Nuzûl, sekaligus sebagai penjelasan bahwa yang dimaksud dengan hadits pertama (hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim) adalah dalam makna dibuang mudlâf-nya. Artinya, yang dimaksud dengan hadits pertama tersebut ialah bahwa Malaikat turun ke langit dunia dengan perintah Allah, yang kemudian Malaikat tersebut menyeru. Pemahaman ini juga dikuatkan dengan adanya riwayat yang menyebutkan dengan dlammah pada huruf yâ’ pada kata “Yanzilu” menjadi “Yunzilu”, dan riwayat terakhir ini sejalan dengan apa yang kita sebutkan dari riwayat an-Nasa-i di atas” (Tafsîr al-Qurthubi, j. 4, h. 39).
Al-Imâm al-Hâfizh Ibn Hajar dalam kitab Syarh Shahîh al-Bukhâri menuliskan sebagai berikut:
*“Kaum yang menetapkan adanya arah bagi Allah dengan menjadikan Hadîts an-Nuzûl ini sebagai dalil bagi mereka; yaitu menetapkan arah atas, pendapat mereka ini ditentang oleh para ulama, karena berpendapat semacam itu sama saja dengan mengatakan Allah bertempat, padahal Allah Maha suci dari pada itu. Dalam makna Hadîts an-Nuzûl ini terdapat beberapa pendapat ulama”* (Fath al-Bâri, j. 3, h. 30).
Kemudian al-Hâfizh Ibn Hajar menuliskan:
“Abu Bakar ibn Furak meriwayatkan bahwa sebagian ulama telah memberikan harakat dlammah pada huruf awalnya; yaitu pada huruf yâ’, (menjadi kata yunzilu) dan objeknya disembunyikan; yaitu Malaikat. Yang menguatkan pendapat ini adalah hadits riwayat an-Nasa-i dari hadits sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudzriy, bahwa Rasulullah bersabda:
إنّ اللهَ يُمْهِلُ حَتّى يَمْضِيَ شَطْرُ اللّيْلِ ثُمّ يأمُرُ مُنَادِيًا يَقُوْل: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَه
”Sesungguhnya Allah mendiamkan waktu malam hingga lewat menjadi lewat paruh pertama dari malam tersebut. Kemudian Allah memerintah Malaikat penyeru untuk berseru: Adakah orang yang berdoa!! Ia akan dikabulkan”.
Demikian pula pemahaman ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan dari Utsman ibn al-Ash dengan redaksi sabda Rasulullah:
يُنَادِ مُنَادٍ هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَهُ
”…maka Malaikat penyeru berseru: ”Adakah orang yang berdoa! Maka akan dikabulkan baginya”.
Oleh karena itulah al-Qurthubi berkata:
“Dengan demikian segala perselisihan tentang hadits ini menjadi selesai” (Fath al-Bâri, j. 3, h. 30).
Al-Imâm Badruddin ibn Jama’ah dalam kitab Idlâh al-Dalîl Fî Qath’i Hujaj Ahl al-Ta’thîl menuliskan sebagai berikut:
“Ketahuilah, bahwa tidak boleh memaknai an-nuzûl dalam hadits ini dalam pengertian pindah dari satu tempat ke tempat lain, karena beberapa alasan berikut;
Pertama: Turun dari satu tempat ke tempat lain adalah salah satu sifat dari sifat-sifat benda-benda dan segala sesuatu yang baharu. Turun dalam pengertian ini membutuhkan kepada tiga perkara; Benda yang pindah itu sendiri, Tempat asal pindahnya benda itu, dan Tempat tujuan bagi benda itu. Makna semacam ini jelas mustahil bagi Allah.
Ke Dua: Jika Hadîts an-Nuzûl dimaknai bahwa Allah turun dengan Dzat-Nya secara hakekat, maka berarti pekerjaan turun tersebut terus-menerus terjadi pada Allah setiap saat dengan
“Pendapat yang paling baik dalam memaknai Hadîts an-Nuzûl ini adalah dengan merujuk kepada hadits riwayat an-Nasa-i dari sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy, bahwa Rasulullah bersabda:
إنّ اللهَ عَزّ وَجَلّ يُمْهِلُ حَتّى يَمْضِيَ شَطْرُ اللّيْلِ الأوّلِ ثُمّ يأمُرُ مُنَادِيًا فَيَقُوْل: هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَه، هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ يُغْفَرُ لهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ يُعْطَى
”Sesungguhnya Allah mendiamkan malam hingga lewat paruh pertama dari malam tersebut, kemudian Allah memerintah Malaikat penyeru untuk berseru: Adakah orang yang berdoa?! Maka ia akan dikabulkan. Adakah orang yang meminta ampun?! Maka ia akan diampuni. Adakah orang yang meminta?! Maka ia akan diberi.
Hadits ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abd al-Haq. Dan hadits ini telah menghilangkan segala perselisihan tentang Hadîts an-Nuzûl, sekaligus sebagai penjelasan bahwa yang dimaksud dengan hadits pertama (hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim) adalah dalam makna dibuang mudlâf-nya. Artinya, yang dimaksud dengan hadits pertama tersebut ialah bahwa Malaikat turun ke langit dunia dengan perintah Allah, yang kemudian Malaikat tersebut menyeru. Pemahaman ini juga dikuatkan dengan adanya riwayat yang menyebutkan dengan dlammah pada huruf yâ’ pada kata “Yanzilu” menjadi “Yunzilu”, dan riwayat terakhir ini sejalan dengan apa yang kita sebutkan dari riwayat an-Nasa-i di atas” (Tafsîr al-Qurthubi, j. 4, h. 39).
Al-Imâm al-Hâfizh Ibn Hajar dalam kitab Syarh Shahîh al-Bukhâri menuliskan sebagai berikut:
*“Kaum yang menetapkan adanya arah bagi Allah dengan menjadikan Hadîts an-Nuzûl ini sebagai dalil bagi mereka; yaitu menetapkan arah atas, pendapat mereka ini ditentang oleh para ulama, karena berpendapat semacam itu sama saja dengan mengatakan Allah bertempat, padahal Allah Maha suci dari pada itu. Dalam makna Hadîts an-Nuzûl ini terdapat beberapa pendapat ulama”* (Fath al-Bâri, j. 3, h. 30).
Kemudian al-Hâfizh Ibn Hajar menuliskan:
“Abu Bakar ibn Furak meriwayatkan bahwa sebagian ulama telah memberikan harakat dlammah pada huruf awalnya; yaitu pada huruf yâ’, (menjadi kata yunzilu) dan objeknya disembunyikan; yaitu Malaikat. Yang menguatkan pendapat ini adalah hadits riwayat an-Nasa-i dari hadits sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudzriy, bahwa Rasulullah bersabda:
إنّ اللهَ يُمْهِلُ حَتّى يَمْضِيَ شَطْرُ اللّيْلِ ثُمّ يأمُرُ مُنَادِيًا يَقُوْل: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَه
”Sesungguhnya Allah mendiamkan waktu malam hingga lewat menjadi lewat paruh pertama dari malam tersebut. Kemudian Allah memerintah Malaikat penyeru untuk berseru: Adakah orang yang berdoa!! Ia akan dikabulkan”.
Demikian pula pemahaman ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan dari Utsman ibn al-Ash dengan redaksi sabda Rasulullah:
يُنَادِ مُنَادٍ هَلْ مِنْ دَاعٍ يُسْتَجَابُ لَهُ
”…maka Malaikat penyeru berseru: ”Adakah orang yang berdoa! Maka akan dikabulkan baginya”.
Oleh karena itulah al-Qurthubi berkata:
“Dengan demikian segala perselisihan tentang hadits ini menjadi selesai” (Fath al-Bâri, j. 3, h. 30).
Al-Imâm Badruddin ibn Jama’ah dalam kitab Idlâh al-Dalîl Fî Qath’i Hujaj Ahl al-Ta’thîl menuliskan sebagai berikut:
“Ketahuilah, bahwa tidak boleh memaknai an-nuzûl dalam hadits ini dalam pengertian pindah dari satu tempat ke tempat lain, karena beberapa alasan berikut;
Pertama: Turun dari satu tempat ke tempat lain adalah salah satu sifat dari sifat-sifat benda-benda dan segala sesuatu yang baharu. Turun dalam pengertian ini membutuhkan kepada tiga perkara; Benda yang pindah itu sendiri, Tempat asal pindahnya benda itu, dan Tempat tujuan bagi benda itu. Makna semacam ini jelas mustahil bagi Allah.
Ke Dua: Jika Hadîts an-Nuzûl dimaknai bahwa Allah turun dengan Dzat-Nya secara hakekat, maka berarti pekerjaan turun tersebut terus-menerus terjadi pada Allah setiap saat dengan
pergerakan dan perpindahan yang banyak sekali, supaya bertepatan dengan sepertiga akhir malam. Hal ini karena kejadian sepertiga akhir malam terus terjadi dan bergantian di setiap belahan bumi. Dengan demikian hal itu menuntut turunnya Allah setiap siang dan malam dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Hal itu juga berarti bahwa Allah pada saat yang sama turun naik antara langit dunia dan arsy. Tentunya pendapat semacam ini tidak akan diungkapkan oleh seorang yang berakal sehat.
Ke Tiga: Pendapat yang menyebutkan bahwa Allah bertempat di atas arsy dan memenuhinya, bagaimana mungkin cukup bagi-Nya untuk bertempat di langit dunia, padahal luasnya langit dibanding arsy tidak ubahnya seperti sebesar kerikil dibanding lapangan yang luas. Dalam hal ini pendapat sesat tersebut tidak lepas dari dua kemungkinan;
Pertama: Bahwa langit dunia setiap saat berubah menjadi besar dan luas hingga mencukupi Allah.
Kedua: Atau bahwa Dzat Allah setiap saat menjadi kecil agar tertampung oleh langit dunia tersebut. Tentunya, kita menafikan dua keadaan yang mustahil tersebut dari Allah.
Dengan demikian setiap ayat dan hadits mutasyâbihât yang zahirnya seakan menunjukkan adanya keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya harus ditakwil dengan makna yang sesuai dengan keagungan Allah. Atau jika tidak memberlakukan takwil maka harus diyakini kesucian Allah dari segala sifat-sifat makhluk-Nya” (Idlâh al-Dalîl, h. 164).
KESIMPULAN:
*Allah bukan benda, dan Dia tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Segala apa yang terlintas dalam benak manusia tentang Allah maka Dia tidak seperti demikian itu. Allah tidak terikat oleh dimensi; ruang dan waktu, Dia ada tanpa tempat dan tanpa arah. Allah yang menciptakan arsy dan langit maka Dia tidak membutuhkan kepada keduanya.*
*Pemahaman Ahlussunnah Tentang Hadîts an-Nuzûl; Mewaspadai Akidah Tasybih Kaum Wahhabiyyah*
*Kholil Abu Fateh*
Al-Asy’ari Asy-Syafi’i Ar-Rifa’i Al-Qadiri
Ke Tiga: Pendapat yang menyebutkan bahwa Allah bertempat di atas arsy dan memenuhinya, bagaimana mungkin cukup bagi-Nya untuk bertempat di langit dunia, padahal luasnya langit dibanding arsy tidak ubahnya seperti sebesar kerikil dibanding lapangan yang luas. Dalam hal ini pendapat sesat tersebut tidak lepas dari dua kemungkinan;
Pertama: Bahwa langit dunia setiap saat berubah menjadi besar dan luas hingga mencukupi Allah.
Kedua: Atau bahwa Dzat Allah setiap saat menjadi kecil agar tertampung oleh langit dunia tersebut. Tentunya, kita menafikan dua keadaan yang mustahil tersebut dari Allah.
Dengan demikian setiap ayat dan hadits mutasyâbihât yang zahirnya seakan menunjukkan adanya keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya harus ditakwil dengan makna yang sesuai dengan keagungan Allah. Atau jika tidak memberlakukan takwil maka harus diyakini kesucian Allah dari segala sifat-sifat makhluk-Nya” (Idlâh al-Dalîl, h. 164).
KESIMPULAN:
*Allah bukan benda, dan Dia tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Segala apa yang terlintas dalam benak manusia tentang Allah maka Dia tidak seperti demikian itu. Allah tidak terikat oleh dimensi; ruang dan waktu, Dia ada tanpa tempat dan tanpa arah. Allah yang menciptakan arsy dan langit maka Dia tidak membutuhkan kepada keduanya.*
*Pemahaman Ahlussunnah Tentang Hadîts an-Nuzûl; Mewaspadai Akidah Tasybih Kaum Wahhabiyyah*
*Kholil Abu Fateh*
Al-Asy’ari Asy-Syafi’i Ar-Rifa’i Al-Qadiri
*Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat*
*Kholil Abu Fateh*
_al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
*Klik link di bawah untu membaca buku keseluruhan melalui Google Play Books, Gratis!!!*
https://play.google.com/store/books/details?id=QSKbDwAAQBAJ
*Download Dan Sebarluaskan!!*
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Nurul Hikmah Press*
Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Saat ini tersedia buku judul :
1. Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam. Rp. 30.000
2. Kedua Orang Tua Rasulullah Penduduk Surga. Rp. 30.000
3. Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah. Rp. 20.000
4. Ayo, Kita Tahlil!! Rp. 20.000
5. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan Al-Asma Wa Ash-Shifat (Dalam proses cetak)
*Beli 4 Judul (No. 1 s/d 4) di atas : Rp. 100.000*
_(Free Ongkir JABODETABEK)_
Pemesanan buku klik link berikut : https://wa.me/6287878023938
*Kholil Abu Fateh*
_al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
*Klik link di bawah untu membaca buku keseluruhan melalui Google Play Books, Gratis!!!*
https://play.google.com/store/books/details?id=QSKbDwAAQBAJ
*Download Dan Sebarluaskan!!*
⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜⚜
*Nurul Hikmah Press*
Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Saat ini tersedia buku judul :
1. Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam. Rp. 30.000
2. Kedua Orang Tua Rasulullah Penduduk Surga. Rp. 30.000
3. Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah. Rp. 20.000
4. Ayo, Kita Tahlil!! Rp. 20.000
5. Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan Al-Asma Wa Ash-Shifat (Dalam proses cetak)
*Beli 4 Judul (No. 1 s/d 4) di atas : Rp. 100.000*
_(Free Ongkir JABODETABEK)_
Pemesanan buku klik link berikut : https://wa.me/6287878023938
Google
MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA' WA ASH-SHIFAT by Dr. H. Kholilurrohman, MA - Books…
MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH, RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA' WA ASH-SHIFAT - Ebook written by Dr. H. Kholilurrohman, MA. Read this book using Google Play Books app on your PC, android, iOS devices. Download for offline reading, highlight…
📌
📚📚📚
Alhamdulillah, terima kasih kami ucapkan!
Telah habis terjual buku berjudul *"Kedua Orang Tua Rasulullah Penduduk Surga"* Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat (amal jariyah) bagi Penulis dan menambah ilmu bagi para pembaca juga menjadi amal shadaqah...
📣📣📣
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Terkait Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari, Fiqh asy-Syafi’i, Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Saat ini tersedia buku judul :
1⃣ *Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam*
Harga : *Rp. 30.000*
2⃣ *Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah*
Harga : *Rp. 20.000*
3⃣ *Ayo, Kita Tahlil!!*
Harga : *Rp. 20.000*
4⃣ *Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat*
Harga : *Rp. 35.000*
Pembelian 4 Judul (No. 1 s/d 4): Rp. 105.000
_*(FREE ONGKIR KHUSUS JABODETABEK)*_
Pemesanan Click Link >>> *https://wa.me/6287878023938*
📚📚📚
Alhamdulillah, terima kasih kami ucapkan!
Telah habis terjual buku berjudul *"Kedua Orang Tua Rasulullah Penduduk Surga"* Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat (amal jariyah) bagi Penulis dan menambah ilmu bagi para pembaca juga menjadi amal shadaqah...
📣📣📣
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Terkait Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari, Fiqh asy-Syafi’i, Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Saat ini tersedia buku judul :
1⃣ *Hadits Jibril; Penjelasan Hadits Jibril Memahami Pondasi Iman Yang Enam*
Harga : *Rp. 30.000*
2⃣ *Aqidah Imam Empat Madzhab Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah*
Harga : *Rp. 20.000*
3⃣ *Ayo, Kita Tahlil!!*
Harga : *Rp. 20.000*
4⃣ *Mengungkap Kerancuan Pembagian Tauhid Kepada Uluhiyyah Rububiyyah dan al-Asma Wa ash-Shifat*
Harga : *Rp. 35.000*
Pembelian 4 Judul (No. 1 s/d 4): Rp. 105.000
_*(FREE ONGKIR KHUSUS JABODETABEK)*_
Pemesanan Click Link >>> *https://wa.me/6287878023938*
WhatsApp.com
Open WhatsApp
WhatsApp Messenger: More than 2 billion people in over 180 countries use WhatsApp to stay in touch with friends and family, anytime and anywhere. WhatsApp is free and offers simple, secure, reliable messaging and calling, available on phones all over the…
📌
...
Di antara penyimpangan yang harus diluruskan yang tersebar di sebagian kalangan awam adalah apa yang sering dikumandangkan oleh sebagian orang dalam pembacaan riwayat maulid Nabi, dan oleh sebagian Mu’adzin, serta oleh beberapa orang lainnya, mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah awal seluruh makhluk. Penyebab utamanya adalah karena beredarnya hadits palsu yang disebutkan berasal dari riwayat Jabir, mengatakan:
(قيل) أوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
_*“Awal apa yang diciptakan oleh Allah adalah nur Nabi-mu wahai Jabir”*_
Berikut ini kami datangkan bantahan yang cukup terhadap pendapat tersebut dengan dalil-dalil ‘aqliyyah dan naqliyyah.
*Kita Katakan:*
Hadits Jabir tersebut di atas adalah *hadits palsu (mawdlu’)*, tidak memiliki dasar, dan jelas *menyalahi al-Qur’an dan hadits sahih.*
Adapun segi menyalahi al-Qur’an adalah firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَيٍّ (سورة الأنبياء: 30)
_*“Dan Kami telah menjadikan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS. al-Anbiya: 30)*_
…
Baca selengkapnya…!!
*“RISALAH MENJELASKAN KEBATILAN PENDAPAT NUR MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PERTAMA”*
( *Buthlan Awwaliyyah an-Nur al-Muhammadiy* )
〰♾🌼 *Karya Al-Imam Al-Hafizh Abdullah ibn Muhammad al-Harari al-Habasyi (L 1328 - W 1429 H)* 🌼♾〰
Penerjemah & Pengantar
*Dr. H. Kholilurrohman, MA*
(Ustadz Kholil Abou Fateh)
Penerbit :
*Nurul Hikmah Press*
ISBN :
*9786239057459*
Halaman :
*124 hal.*
📥 Click Link untuk membaca di Google Play Books >>> https://play.google.com/store/books/details?id=uQegDwAAQBAJ
⚜⚜⚜
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat :
*PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia. Whatsapp : https://wa.me/6287878023938
...
Di antara penyimpangan yang harus diluruskan yang tersebar di sebagian kalangan awam adalah apa yang sering dikumandangkan oleh sebagian orang dalam pembacaan riwayat maulid Nabi, dan oleh sebagian Mu’adzin, serta oleh beberapa orang lainnya, mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah awal seluruh makhluk. Penyebab utamanya adalah karena beredarnya hadits palsu yang disebutkan berasal dari riwayat Jabir, mengatakan:
(قيل) أوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
_*“Awal apa yang diciptakan oleh Allah adalah nur Nabi-mu wahai Jabir”*_
Berikut ini kami datangkan bantahan yang cukup terhadap pendapat tersebut dengan dalil-dalil ‘aqliyyah dan naqliyyah.
*Kita Katakan:*
Hadits Jabir tersebut di atas adalah *hadits palsu (mawdlu’)*, tidak memiliki dasar, dan jelas *menyalahi al-Qur’an dan hadits sahih.*
Adapun segi menyalahi al-Qur’an adalah firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَيٍّ (سورة الأنبياء: 30)
_*“Dan Kami telah menjadikan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS. al-Anbiya: 30)*_
…
Baca selengkapnya…!!
*“RISALAH MENJELASKAN KEBATILAN PENDAPAT NUR MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PERTAMA”*
( *Buthlan Awwaliyyah an-Nur al-Muhammadiy* )
〰♾🌼 *Karya Al-Imam Al-Hafizh Abdullah ibn Muhammad al-Harari al-Habasyi (L 1328 - W 1429 H)* 🌼♾〰
Penerjemah & Pengantar
*Dr. H. Kholilurrohman, MA*
(Ustadz Kholil Abou Fateh)
Penerbit :
*Nurul Hikmah Press*
ISBN :
*9786239057459*
Halaman :
*124 hal.*
📥 Click Link untuk membaca di Google Play Books >>> https://play.google.com/store/books/details?id=uQegDwAAQBAJ
⚜⚜⚜
🕌
*NURUL HIKMAH PRESS*
Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA
Alamat :
*PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH*
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia. Whatsapp : https://wa.me/6287878023938
Mengenal an-Nubuwwah, ar-Risalah, dan al-Wilayah.
Simak, like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat. https://youtu.be/sjeDVSf83TM
Simak, like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat. https://youtu.be/sjeDVSf83TM
YouTube
Nabi Dan Rasul; Makhkuk Allah Paling Utama | Masjid Al-Madinah CBD Ciledug - 19 Januari 2019
Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Fiqh Syafi'iyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA Tempat : Musholla Nurul Hik...
Ayat2 dan hadits2 mutasyabihat tidak boleh dipahami dalam makna zahirnya. Sebab bila dipahami demikian akan saling bertentangan satu dengan lainnya. Tetapi wajib dipahami dengan takwil.
Simak, like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/bJ3A-ynbvZg
Simak, like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/bJ3A-ynbvZg
YouTube
Ayat-ayat dan Hadits-hadits Mutasyabihat Tidak Boleh Dipahami dalam Makna Zahirnya - 07 April 2018
Kajian Tauhid bersama Ust. DR. H. Kholilurrohman Lc. MA @Masjid Almadinah CBD, Ciledug - Tangerang
Allah yg menciptakan sinar, maka Allah bukan sinar. Simak kajian makna sifat Allah an-Nur; bukan dalam makna sinar (cahaya).
Like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat. https://youtu.be/FUtJG3eM8cU
Like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat. https://youtu.be/FUtJG3eM8cU
YouTube
Makna Nama Allah An-Nur Bukan Cahaya (Sinar) - 06 Apr 2018
Kajian Subuh bersama Ust. DR. H. Kholilurrohman Lc. MA @Majelis Nurul Hikmah Jl. Karyawan 3, Karang Tengah - Tangerang
Di antara kandungan makna ayat ke 2 dr QS. Al Fatihah. (Bantahan terhadap faham hulul dan Ittihad)
Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/OMb3AjnUeWg
Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat https://youtu.be/OMb3AjnUeWg
YouTube
Diantara Kandungan Makna Ayat ke-2 Surat Al-Fatihah - 05 Apr 2018
Kajian Subuh bersama Ust. DR. H. Kholilurrohman Lc. MA @Majelis Nurul Hikmah Jl. Karyawan 3, karang Tengah - Tangerang