HALAL 100%
Bismillah, Wa al-Hamdu Lillah,
Wa as-Shalatu Wa As-Salamu 'Ala Raslulillah,
Kalau anda memiliki uang dan punya keinginan untuk membukukan/menerbitkan/menyebarluaskan dengan cara apapun seluruh catatan saya dalam blog ini; maka saya akan sangat senang sekali. Dan seandainya ada keuntungan "materi" darinya maka 100 % semuanya halal untuk anda. Catatan saya di FB lumayan banyak, bila dibukukan mungkin lebih dari 5000 halaman, anda cukup mengeditnya; tentunya tidak boleh merubah tujuan tulisan, lalu anda menerbitkannya. Halal, semuanya Halal 100%. Atau kalau ada yang punya waktu dan "Lillahi Ta'ala" mau membuatkan bentuk PDF bagi seluruh catatan dimaksud, dan atau menjadikannya dalam bentuk E-Book ; lalu disebarkan ke "penjuru dunia" maka saya akan sangat berterima kasih sekali.
http://allahadatanpatempat.blogspot.com/p/bantahan-ke-atas-wahabi.html
Bismillah, Wa al-Hamdu Lillah,
Wa as-Shalatu Wa As-Salamu 'Ala Raslulillah,
Kalau anda memiliki uang dan punya keinginan untuk membukukan/menerbitkan/menyebarluaskan dengan cara apapun seluruh catatan saya dalam blog ini; maka saya akan sangat senang sekali. Dan seandainya ada keuntungan "materi" darinya maka 100 % semuanya halal untuk anda. Catatan saya di FB lumayan banyak, bila dibukukan mungkin lebih dari 5000 halaman, anda cukup mengeditnya; tentunya tidak boleh merubah tujuan tulisan, lalu anda menerbitkannya. Halal, semuanya Halal 100%. Atau kalau ada yang punya waktu dan "Lillahi Ta'ala" mau membuatkan bentuk PDF bagi seluruh catatan dimaksud, dan atau menjadikannya dalam bentuk E-Book ; lalu disebarkan ke "penjuru dunia" maka saya akan sangat berterima kasih sekali.
http://allahadatanpatempat.blogspot.com/p/bantahan-ke-atas-wahabi.html
Blogspot
Bantahan Ke Atas Wahabi {Bag. 1}
Dasar-Dasar Iman Yang Enam (Ushul al-Iman as-Sittah) 1. HADITS JIBRIL; DASAR-DASAR IMAN YANG ENAM (Iman Dengan Allah) 2. ...
IMAN DENGAN ALLAH
(bagian 1)
******************
Dalam QS. al-Ikhlash Allah berfirman:
ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪ ( 1 ) ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟﺼَّﻤَﺪ ( 2 ) ﻟَﻢْ ﻳَﻠِﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻮْﻟَﺪ ( 3 ) ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍﺃﺣَﺪ ( 4 ) ( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻻﺧﻼﺹ 4-1 )
“Katakan (wahai Muhammad), Dialah Allah al-Ahad
(Tidak terbagi-bagi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, baik pada Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pada perbuatan-Nya). Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya (Tidak membutuhkan) kepada semua makhluk-Nya, dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (Baik dari satu segi maupun semua segi)”. (QS. al-Ikhlas: 1-4).
Ma’rifatullah adalah berkeyakinan bahwa Allah maha Ada, tidak menyerupai suatu apapun dari alam ini. Dia bukan Hajm Katsif; (benda yang dapat disentuh oleh tangan) , juga bukan Hajm Lathif; (benda yang tidak bisa disentuh oleh tangan). Allah tidak berbentuk, baik ukuran kecil maupun ukuran besar.
Adapun makna
“Allahu Akbar” artinya bahwa Allah Maha Agung pada derajat-Nya lebih dari segala apapun, bukan besar dari segi bentuk dan ukuran. Allah adalah Dzat yang tidak bisa dibayangkan dalam hati, dan tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran manusia.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(bagian 1)
******************
Dalam QS. al-Ikhlash Allah berfirman:
ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪ ( 1 ) ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟﺼَّﻤَﺪ ( 2 ) ﻟَﻢْ ﻳَﻠِﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻮْﻟَﺪ ( 3 ) ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍﺃﺣَﺪ ( 4 ) ( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻻﺧﻼﺹ 4-1 )
“Katakan (wahai Muhammad), Dialah Allah al-Ahad
(Tidak terbagi-bagi dan tidak ada sekutu bagi-Nya, baik pada Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pada perbuatan-Nya). Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya (Tidak membutuhkan) kepada semua makhluk-Nya, dan segala sesuatu membutuhkan kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (Baik dari satu segi maupun semua segi)”. (QS. al-Ikhlas: 1-4).
Ma’rifatullah adalah berkeyakinan bahwa Allah maha Ada, tidak menyerupai suatu apapun dari alam ini. Dia bukan Hajm Katsif; (benda yang dapat disentuh oleh tangan) , juga bukan Hajm Lathif; (benda yang tidak bisa disentuh oleh tangan). Allah tidak berbentuk, baik ukuran kecil maupun ukuran besar.
Adapun makna
“Allahu Akbar” artinya bahwa Allah Maha Agung pada derajat-Nya lebih dari segala apapun, bukan besar dari segi bentuk dan ukuran. Allah adalah Dzat yang tidak bisa dibayangkan dalam hati, dan tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran manusia.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
IMAN DENGAN ALLAH
(Bagian 2)
******************
Sifat-Sifat Allah (Tafsir QS. al-Ikhlas)
Dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh al-Baihaqi dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Abbas bahwa segolongan kaum Yahudi datang kepada Rasulullah. Mereka berkata: “Wahai Muhammad, beritahukan kepada kami sifat Tuhanmu yang engkau sembah!”.
Mereka bertanya bukan karena ingin mengetahui hal sebenarnya atau ingin memperoleh petunjuk, tapi hanya sekedar ingin mengingkari lalu mengolok-oloknya. Kemudian turunlah QS. al-Ikhlas ayat 1 hingga ayat 4. Rasulullah bersabda: “Inilah sifat Tuhanku”.
Surat al-Ikhlas ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi tersebut. Meskipun hanya terdiri dari empat ayat pendek namun mengandung makna yang sangat luas dan mendalam dalam ketauhidan kepada Allah.
Ayat pertama merupakan ikrar dan penegasan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah. Artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya. Dia Maha Esa pada dzat-Nnya. Makna“Dzat Allah” artinya “hakikat Allah”. Makna “Dzat” di sini bukan dalam pengertian bentuk atau benda. Pengertian bahwa Dzat Allah Esa ialah bahwa Dzat Allah tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya. Karena Dzat Allah azali; (tanpa permulaan), sedangkan dzat-dzat selain-Nya baharu; memiliki permulaan, yaitu ada dari tidak ada. Oleh karena itu, Allah sendiri mensifati dzat-Nya dalam al-Qur’an dengan firman-Nya:
ﻫُﻮَ ﺍﻷﻭَّﻝُ ( ﺍﻟﺤﺪﻳﺪ 4: )
“Hanya Dia (Allah) al-Awwal (ada tanpa permulaan)”. (QS. al-Hadid:4)
Kemudian Allah maha Esa pada Sifat-Sifat-Nya. Artinya bahwa sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman:
ﻭَﻟﻠﻪِ ﺍﻟﻤَﺜَﻞُ ﺍﻷﻋْﻠَﻰ ( ﺍﻟﻨﺤﻞ 6: )
“Dan bagi Allah sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat selain-Nya”.(QS. an-Nahl: 6)
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(Bagian 2)
******************
Sifat-Sifat Allah (Tafsir QS. al-Ikhlas)
Dalam sebuah hadits riwayat al-Hafizh al-Baihaqi dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Abbas bahwa segolongan kaum Yahudi datang kepada Rasulullah. Mereka berkata: “Wahai Muhammad, beritahukan kepada kami sifat Tuhanmu yang engkau sembah!”.
Mereka bertanya bukan karena ingin mengetahui hal sebenarnya atau ingin memperoleh petunjuk, tapi hanya sekedar ingin mengingkari lalu mengolok-oloknya. Kemudian turunlah QS. al-Ikhlas ayat 1 hingga ayat 4. Rasulullah bersabda: “Inilah sifat Tuhanku”.
Surat al-Ikhlas ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi tersebut. Meskipun hanya terdiri dari empat ayat pendek namun mengandung makna yang sangat luas dan mendalam dalam ketauhidan kepada Allah.
Ayat pertama merupakan ikrar dan penegasan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah. Artinya tidak ada keserupaan bagi-Nya. Dia Maha Esa pada dzat-Nnya. Makna“Dzat Allah” artinya “hakikat Allah”. Makna “Dzat” di sini bukan dalam pengertian bentuk atau benda. Pengertian bahwa Dzat Allah Esa ialah bahwa Dzat Allah tidak menyerupai dzat-dzat makhluk-Nya. Karena Dzat Allah azali; (tanpa permulaan), sedangkan dzat-dzat selain-Nya baharu; memiliki permulaan, yaitu ada dari tidak ada. Oleh karena itu, Allah sendiri mensifati dzat-Nya dalam al-Qur’an dengan firman-Nya:
ﻫُﻮَ ﺍﻷﻭَّﻝُ ( ﺍﻟﺤﺪﻳﺪ 4: )
“Hanya Dia (Allah) al-Awwal (ada tanpa permulaan)”. (QS. al-Hadid:4)
Kemudian Allah maha Esa pada Sifat-Sifat-Nya. Artinya bahwa sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman:
ﻭَﻟﻠﻪِ ﺍﻟﻤَﺜَﻞُ ﺍﻷﻋْﻠَﻰ ( ﺍﻟﻨﺤﻞ 6: )
“Dan bagi Allah sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat selain-Nya”.(QS. an-Nahl: 6)
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
IMAN DENGAN ALLAH
(Bagian 3)
******************
Sifat-sifat Allah (tafsir QS. Al-Ikhlash)
Sebagaimana kita wajib meyakini bahwa Dzat Allah Azali;
(Tidak bermula), maka demikian pula dengan semua Sifat-Sifat-Nya, kita wajib meyakini itu semua Azali. Karena mustahil bila dzat yang qadim dan azali, sementara sifat-sifat-nya baharu. Karena adanya sifat yang baharu pada suatu dzat menunjukkan bahwa dzat tersebut juga baharu.
Dengan demikian mustahil bagi Allah bersifat dengan sifat-sifat yang baharu.
Bila sifat-sifat manusia setiap saat dapat mengalami perubahan, maka tidak demikian halnya dengan sifat-sifat Allah. Dia tidak mengalami perubahan atau perkembangan, tidak bertambah atau berkurang.
Kemudian; Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya. Artinya, tidak ada dzat yang dapat menciptakan sesuatu dari “tidak ada” menjadi “ada” kecuali Allah saja. Hanya Allah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta kebaikan dan kejahatan, keimanan dan kekufuran, keta’atan dan kemaksiatan. Dia pencipta semua benda, mulai dari benda terkecil, yaitu dzarrah ; (Ialah benda sampai puncak terkecil hingga tidak dapat lagi terbagi-bagi), hingga benda yang paling besar, yaitu ‘arsy.
Allah pencipta segala perbuatan manusia, baik perbuatan yang mengandung unsur ikhtiar (al-Af’al al-Ikhtiyariyyah), seperti makan, minum, dan lainnya, ataupun perbuatan yang tidak mengandung unsur ikhtiar (al-Af’al al-Idlthirariyyah), seperti detak jantung, rasa takut, dan lainnya.
Inilah makna yang terkandung dalam firman Allah:
ﻗُﻞْ ﺇﻥَّ ﺻَﻼَﺗِﻲ ﻭَنسكي ﻮَﻣَﺤْﻴَﺎﻱَ ﻭَﻣَﻤَﺎﺗِﻲ ﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ( ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ 152: )
“Katakanlah (Wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alam”.(QS. al-An’am:162).
Shalat dan ibadah adalah dua diantara perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur usaha, ikhtiar dan kehendak dari manusia. Sedangkan hidup dan mati adalah sesuatu yang terjadi di luar kehendak manusia, keduanya hanya menjadi ketetapan, ciptaan dan kehendak Allah.
Dalam bacaan tersebut ditegaskan bahwa shalat dan ibadah, serta hidup dan mati, pada hakikatnya adalah milik Allah dan hanya diciptakan hanya oleh Allah saja.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(Bagian 3)
******************
Sifat-sifat Allah (tafsir QS. Al-Ikhlash)
Sebagaimana kita wajib meyakini bahwa Dzat Allah Azali;
(Tidak bermula), maka demikian pula dengan semua Sifat-Sifat-Nya, kita wajib meyakini itu semua Azali. Karena mustahil bila dzat yang qadim dan azali, sementara sifat-sifat-nya baharu. Karena adanya sifat yang baharu pada suatu dzat menunjukkan bahwa dzat tersebut juga baharu.
Dengan demikian mustahil bagi Allah bersifat dengan sifat-sifat yang baharu.
Bila sifat-sifat manusia setiap saat dapat mengalami perubahan, maka tidak demikian halnya dengan sifat-sifat Allah. Dia tidak mengalami perubahan atau perkembangan, tidak bertambah atau berkurang.
Kemudian; Allah Maha Esa pada perbuatan-Nya. Artinya, tidak ada dzat yang dapat menciptakan sesuatu dari “tidak ada” menjadi “ada” kecuali Allah saja. Hanya Allah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta kebaikan dan kejahatan, keimanan dan kekufuran, keta’atan dan kemaksiatan. Dia pencipta semua benda, mulai dari benda terkecil, yaitu dzarrah ; (Ialah benda sampai puncak terkecil hingga tidak dapat lagi terbagi-bagi), hingga benda yang paling besar, yaitu ‘arsy.
Allah pencipta segala perbuatan manusia, baik perbuatan yang mengandung unsur ikhtiar (al-Af’al al-Ikhtiyariyyah), seperti makan, minum, dan lainnya, ataupun perbuatan yang tidak mengandung unsur ikhtiar (al-Af’al al-Idlthirariyyah), seperti detak jantung, rasa takut, dan lainnya.
Inilah makna yang terkandung dalam firman Allah:
ﻗُﻞْ ﺇﻥَّ ﺻَﻼَﺗِﻲ ﻭَنسكي ﻮَﻣَﺤْﻴَﺎﻱَ ﻭَﻣَﻤَﺎﺗِﻲ ﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ( ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ 152: )
“Katakanlah (Wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alam”.(QS. al-An’am:162).
Shalat dan ibadah adalah dua diantara perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur usaha, ikhtiar dan kehendak dari manusia. Sedangkan hidup dan mati adalah sesuatu yang terjadi di luar kehendak manusia, keduanya hanya menjadi ketetapan, ciptaan dan kehendak Allah.
Dalam bacaan tersebut ditegaskan bahwa shalat dan ibadah, serta hidup dan mati, pada hakikatnya adalah milik Allah dan hanya diciptakan hanya oleh Allah saja.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
IMAN DENGAN ALLAH
(Bagian 4)
******************
Sifat-sifat Allah (Tafsir QS. Al- Ikhlash)
******************
Ayat kedua dari surat QS. al-Ikhas di atas mengandung makna bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh alam ini. Dia tidak membutuhkan kepada sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya senantiasa membutuhkan kepada-Nya. Allah tidak mengambil manfaat sedikitpun dari perbuatan-perbuatan makhluk-Nya, dan mereka sedikitpun tidak dapat mencelakakan-Nya atau membuat madlarat (bahaya) apapun terhadap-Nya. Seandainya seluruh makhluk ini ta’at kepada Allah, maka hal itu tidak akan menambah kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Demikian pula bila seluruh makhluk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah sedikitpun.
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan dari mereka. Demikian pula Ia menciptakan ‘arsy bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya, tetapi untuk menampakkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, sebagaimana dikatakan oleh al-Imam ‘Ali ibn Abi Thalib berkata:
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻌَﺮش إﻇْﻬَﺎﺭًﺍ ﻟِﻘُﺪْﺭَﺗِﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَّﺨِﺬْﻩُ ﻣَﻜَﺎﻧًﺎ ﻟِﺬَﺍﺗِﻪِ ( ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺃﺑُﻮ ﻣَﻨﺼُﻮﺭ ﺍﻟﺒَﻐﺪَﺍﺩﻱّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻔَﺮْﻕِ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻔِﺮَﻕ )
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy untuk menunjukkan bukti kekuasaan-Nya dan bukan untuk menjadikannya tempat bagiDzat-Nya”. (Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bainal-Firq, h. 333)
******************
Silahkan bergabung di Channel telegram sy. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(Bagian 4)
******************
Sifat-sifat Allah (Tafsir QS. Al- Ikhlash)
******************
Ayat kedua dari surat QS. al-Ikhas di atas mengandung makna bahwa Allah Maha Kuasa atas seluruh alam ini. Dia tidak membutuhkan kepada sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya senantiasa membutuhkan kepada-Nya. Allah tidak mengambil manfaat sedikitpun dari perbuatan-perbuatan makhluk-Nya, dan mereka sedikitpun tidak dapat mencelakakan-Nya atau membuat madlarat (bahaya) apapun terhadap-Nya. Seandainya seluruh makhluk ini ta’at kepada Allah, maka hal itu tidak akan menambah kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Demikian pula bila seluruh makhluk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan Allah sedikitpun.
Allah menciptakan para Malaikat bukan untuk mendapatkan bantuan dari mereka. Demikian pula Ia menciptakan ‘arsy bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya, tetapi untuk menampakkan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, sebagaimana dikatakan oleh al-Imam ‘Ali ibn Abi Thalib berkata:
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻌَﺮش إﻇْﻬَﺎﺭًﺍ ﻟِﻘُﺪْﺭَﺗِﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَّﺨِﺬْﻩُ ﻣَﻜَﺎﻧًﺎ ﻟِﺬَﺍﺗِﻪِ ( ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺃﺑُﻮ ﻣَﻨﺼُﻮﺭ ﺍﻟﺒَﻐﺪَﺍﺩﻱّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻔَﺮْﻕِ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻔِﺮَﻕ )
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy untuk menunjukkan bukti kekuasaan-Nya dan bukan untuk menjadikannya tempat bagiDzat-Nya”. (Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bainal-Firq, h. 333)
******************
Silahkan bergabung di Channel telegram sy. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
IMAN DENGAN ALLAH
(Bagian 5)
******************
Sifat-sifat Allah (Tafsir QS. Al-Ikhlash)
******************
Ayat ketiga dari QS. al-Ikhlash memberikan penjelasan dalam penafian, peniadaan dan pengingkaran terhadap keyakinan yang menyebutkan bahwa Allah sebagai benda (Jism). Juga bantahan terhadap keyakinan yg mengatakan Allah mempunyai bagian-bagian yang terpisah-pisahdari-Nya. Sekaligus, penjelasan dalam menafikan bahwa Allah sebagai bagian dari sesuatu yang lain.
Dalam ayat ke tiga ini secara jelas dinyatakan bahwa Allah bukan sebagai “asal” atau “bahan” (Walid) bagi sesuatu, dan juga bukan “cabang” (Walad) dari sesuatu yang lain. Ayat ini berisi bantahan terhadap doktrin trinitas yang diyakini orang-orang Nasrani, yang menyatakan ada tiga unsur ketuhanan yang kesemuanya kembali pada unsur yang tunggal.
Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap keyakinan atau doktrin orang-orang Majusi yang menyatakan bahwa tuhan ada dua, yaitu tuhan kebaikan dan tuhan keburukan.
Faham serupa yang sama sesatnya adalah faham yang dianut oleh segolongan orang yang terlena dalam kesesatannya (al-maghrurun). Mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum Sufi yang telah mencapai derajat “tinggi”. Padahal keyakinan mereka bertentangan dengan ajaran kaum Sufi sejati sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa keseluruhan alam ini adalah sebagai Dzat Allah. Dan setiap komponen-komponen yang ada pada alam ini adalah bagian-bagian dari Dzat Allah. Keyakinan mereka ini dikenal dengan nama akidah Wahdah al-Wujud. Mereka menganggap bahwa manusia, hewan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan lain sebagainya adalah bagian dari Dzat Allah.
Faham semacam ini telah berkembang di sebagaian kalangan yang mengaku sebagai pengikut tarekat dan pengamal “shalawat” yang menyimpang.
Keyakinan
Wahdah al-Wujud ini lebih sesat dari pada kekufuran orang-orang Nasrani dan Majusi. Kaum Nasrani berkeyakinan ada tiga tuhan, kaum Majusi berkeyakinan ada dua tuhan, sementara mereka yang meyakini Wahdah al-Wujud meyakini bahwa segala sesuatu di alam ini adalah bagian-bagian dari dzat Tuhan. Kekufuran semacam ini jelas lebih buruk dari pada kekufuran kaum Nasrani dan kaum Majusi.
Ada pula faham sesat lainnya, yang juga merupakan kekufuran. Ialah keyakinan yang menyatakan bahwa Allah menyatu dengan sebagian mahluk-Nya. Kaum yang berkeyakinan ini mengatakan: “Apabila seorang hamba telah mencapai derajat ibadah tertentu, maka Allah akan menempati dan menyatu dengan tubuh orang tersebut”. Karenanya, di antara mereka ada yang menyembah sebagian lainnya yang mereka anggap telah sampai pada derajat tersebut dalam ibadahnya. Keyakinan sesat ini dikenal dengan nama akidah Hulul.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(Bagian 5)
******************
Sifat-sifat Allah (Tafsir QS. Al-Ikhlash)
******************
Ayat ketiga dari QS. al-Ikhlash memberikan penjelasan dalam penafian, peniadaan dan pengingkaran terhadap keyakinan yang menyebutkan bahwa Allah sebagai benda (Jism). Juga bantahan terhadap keyakinan yg mengatakan Allah mempunyai bagian-bagian yang terpisah-pisahdari-Nya. Sekaligus, penjelasan dalam menafikan bahwa Allah sebagai bagian dari sesuatu yang lain.
Dalam ayat ke tiga ini secara jelas dinyatakan bahwa Allah bukan sebagai “asal” atau “bahan” (Walid) bagi sesuatu, dan juga bukan “cabang” (Walad) dari sesuatu yang lain. Ayat ini berisi bantahan terhadap doktrin trinitas yang diyakini orang-orang Nasrani, yang menyatakan ada tiga unsur ketuhanan yang kesemuanya kembali pada unsur yang tunggal.
Ayat ini juga merupakan bantahan terhadap keyakinan atau doktrin orang-orang Majusi yang menyatakan bahwa tuhan ada dua, yaitu tuhan kebaikan dan tuhan keburukan.
Faham serupa yang sama sesatnya adalah faham yang dianut oleh segolongan orang yang terlena dalam kesesatannya (al-maghrurun). Mereka menganggap bahwa diri mereka adalah kaum Sufi yang telah mencapai derajat “tinggi”. Padahal keyakinan mereka bertentangan dengan ajaran kaum Sufi sejati sendiri. Mereka berkeyakinan bahwa keseluruhan alam ini adalah sebagai Dzat Allah. Dan setiap komponen-komponen yang ada pada alam ini adalah bagian-bagian dari Dzat Allah. Keyakinan mereka ini dikenal dengan nama akidah Wahdah al-Wujud. Mereka menganggap bahwa manusia, hewan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan, benda mati dan lain sebagainya adalah bagian dari Dzat Allah.
Faham semacam ini telah berkembang di sebagaian kalangan yang mengaku sebagai pengikut tarekat dan pengamal “shalawat” yang menyimpang.
Keyakinan
Wahdah al-Wujud ini lebih sesat dari pada kekufuran orang-orang Nasrani dan Majusi. Kaum Nasrani berkeyakinan ada tiga tuhan, kaum Majusi berkeyakinan ada dua tuhan, sementara mereka yang meyakini Wahdah al-Wujud meyakini bahwa segala sesuatu di alam ini adalah bagian-bagian dari dzat Tuhan. Kekufuran semacam ini jelas lebih buruk dari pada kekufuran kaum Nasrani dan kaum Majusi.
Ada pula faham sesat lainnya, yang juga merupakan kekufuran. Ialah keyakinan yang menyatakan bahwa Allah menyatu dengan sebagian mahluk-Nya. Kaum yang berkeyakinan ini mengatakan: “Apabila seorang hamba telah mencapai derajat ibadah tertentu, maka Allah akan menempati dan menyatu dengan tubuh orang tersebut”. Karenanya, di antara mereka ada yang menyembah sebagian lainnya yang mereka anggap telah sampai pada derajat tersebut dalam ibadahnya. Keyakinan sesat ini dikenal dengan nama akidah Hulul.
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
IMAN DENGAN ALLAH
(Bagian 6)
******************
Dua keyakinan di atas, yaitu akidah Wahdah al-Wujud dan Hulul telah meracuni sebagian orang awam yang hanya mengutamakan dzikir tanpa mempelajari akidah yang benar dan cara beragama mereka. Dari sini mereka menganggap bahwa perbuatan mereka adalah jaminan keselamatan di akhirat kelak. Mereka juga menganggap bahwa mereka telah berbuat kebaikan “banyak” dan “besar” tiada tara. Padahal pada hakikatnya mereka tenggelam dalam kekufuran karena keyakinan sesat tersebut.
Asy-Syekh ‘Abd al-Ghani an-Nabulsi berkata:
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻻَ يحل في ﺷَﻲﺀٍ ﻭَﻻَ ﻳَﻨْﺤَﻞُّ ﻣِﻨْﻪُ ﺷَﻲﺀٌ ﻭَﻻَ ﻳَﺤُﻞُّ ﻓِﻴْﻪِ ﺷَﻲﺀٌ ﻟَﻴْﺲَ كمثله شيء
“Sesungguhnya Allah tidak bertempat atau menyatu pada sesuatu apapun, dan tidak berpisah dari-Nya sesuatu apapun, serta tidak menyatu dengan-Nya sesuatu apapun. Dia tidak menyerupai segala sesuatu apapun dari makhluk-Nya” [al-Fath ar-Rabbani, h. 128]
Al-Imam Muhyiddin Ibn al-‘Arabi berkata:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺑِﺎﻟﺤُﻠُﻮل فدينه ﻣَﻌْﻠُﻮﻝٌ ﻭَﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺑﺎﻻﺗّﺤَﺎﺩِ ﺇﻻَّ ﺃﻫْﻞُ ﺍﻻﻟْﺤَﺎﺩ ( ﺫﻛَﺮﻩُ ﺃﺑُﻮ ﺍﻟﻬُﺪَﻯ ﺍﻟﺼَّﻴَّﺎﺩﻱ ﻓِﻲ ﺭﺳَﺎﻟﺘِﻪِ
“Barangsiapa berkata (berkeyakinan) Hulul maka agamanya cacat. Dan tidak menyatakan Ittihad (Wahdah al-Wujud) kecuali golongan yang menyimpang (dari Islam)”. (Dituturkan oleh Abu al-Huda al-Shayyadi dalam
Risalah-nya)
Ayat keempat dari QS. al-Ikhlash merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meyerupai segala makhluk-Nya. Ayat tersebut merupakan ayat Muhkamat;
artinya merupakan ayat yang jelas maknanya dan tidak mengandung faham takwil. Pemaknaan ayat ini sama dengan pemaknaan ayat Muhkamat lainnya, yaitu dalam firman Allah:
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜﻠِﻪِ ﺷَﻲﺀٌ ( ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ 11: )
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhlukNya, baik dari satu segi maupun semua segi dan, tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11).
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3
(Bagian 6)
******************
Dua keyakinan di atas, yaitu akidah Wahdah al-Wujud dan Hulul telah meracuni sebagian orang awam yang hanya mengutamakan dzikir tanpa mempelajari akidah yang benar dan cara beragama mereka. Dari sini mereka menganggap bahwa perbuatan mereka adalah jaminan keselamatan di akhirat kelak. Mereka juga menganggap bahwa mereka telah berbuat kebaikan “banyak” dan “besar” tiada tara. Padahal pada hakikatnya mereka tenggelam dalam kekufuran karena keyakinan sesat tersebut.
Asy-Syekh ‘Abd al-Ghani an-Nabulsi berkata:
ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻻَ يحل في ﺷَﻲﺀٍ ﻭَﻻَ ﻳَﻨْﺤَﻞُّ ﻣِﻨْﻪُ ﺷَﻲﺀٌ ﻭَﻻَ ﻳَﺤُﻞُّ ﻓِﻴْﻪِ ﺷَﻲﺀٌ ﻟَﻴْﺲَ كمثله شيء
“Sesungguhnya Allah tidak bertempat atau menyatu pada sesuatu apapun, dan tidak berpisah dari-Nya sesuatu apapun, serta tidak menyatu dengan-Nya sesuatu apapun. Dia tidak menyerupai segala sesuatu apapun dari makhluk-Nya” [al-Fath ar-Rabbani, h. 128]
Al-Imam Muhyiddin Ibn al-‘Arabi berkata:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺑِﺎﻟﺤُﻠُﻮل فدينه ﻣَﻌْﻠُﻮﻝٌ ﻭَﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺑﺎﻻﺗّﺤَﺎﺩِ ﺇﻻَّ ﺃﻫْﻞُ ﺍﻻﻟْﺤَﺎﺩ ( ﺫﻛَﺮﻩُ ﺃﺑُﻮ ﺍﻟﻬُﺪَﻯ ﺍﻟﺼَّﻴَّﺎﺩﻱ ﻓِﻲ ﺭﺳَﺎﻟﺘِﻪِ
“Barangsiapa berkata (berkeyakinan) Hulul maka agamanya cacat. Dan tidak menyatakan Ittihad (Wahdah al-Wujud) kecuali golongan yang menyimpang (dari Islam)”. (Dituturkan oleh Abu al-Huda al-Shayyadi dalam
Risalah-nya)
Ayat keempat dari QS. al-Ikhlash merupakan penjelasan bahwa Allah tidak meyerupai segala makhluk-Nya. Ayat tersebut merupakan ayat Muhkamat;
artinya merupakan ayat yang jelas maknanya dan tidak mengandung faham takwil. Pemaknaan ayat ini sama dengan pemaknaan ayat Muhkamat lainnya, yaitu dalam firman Allah:
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜﻠِﻪِ ﺷَﻲﺀٌ ( ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ 11: )
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhlukNya, baik dari satu segi maupun semua segi dan, tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11).
******************
Channel telegram sy. Silahkan bergabung. Semoga bermanfaat.
Dr. H. Kholil Abou Fateh, MA
https://t.me/Kholilaboufateh/3