SunnahEduOfficial
665 subscribers
189 photos
54 files
211 links
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
Download Telegram
Syarah Bidayatul Abid (2): Jenis-Jenis Air

oleh Abu 'Aashim asy Syibindunji

Berkata Al-‘Allamah Abdurrahman al-Ba’li al-Hanbali rahimahullah,

كتاب الطهارة
وهي ارتفاع الحَدَث وزَوَالُ الخَبَثِ
والمياه ثَلاَثَة
طَهورٌ، وطَاهِرٌ، ونَجِسٌ

Kitab Thoharoh

Yakni mengangkat hadats dan menghilangkan khobats.

Air terbagi menjadi:
- Air thohur
- Air thohir
- Air najis

SYARAH
(كتاب)
Kitaab maknanya adalah kumpulan masalah yang ditulis, jika berkaitan dengan thoharoh maka masalah tersebut segala hal yang berkaitan dengan bersuci.

(الطهارة)
At-Thoharoh makna secara bahasa adalah membersihkan dan mensucikan dari kotoran.

(وهي)
Yakni definisi thoharoh secara istilah.

(ارتفاع الحَدَث)
Mengangkat hadats. Hadats yakni suatu sifat yang ada di badan, yang dapat menghalangi dari melakukan shalat dan sejenisnya.

(وزَوَالُ الخَبَثِ)
Membersihkan khobats, yakni najis.

(والمياه ثَلاَثَة)
Dan jenis air itu ada tiga.

(طَهورٌ، وطَاهِرٌ، ونَجِسٌ)
Yakni air thohur, air thohir, dan air najis. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ

‘’ … dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengannya …’’ (QS Al-Anfal: 11)

Read More https://sunnahedu.com/2020/10/21/syarah-bidayatul-abid-2-jenis-jenis-air/
Syarah Bidayatul Abid (3): Penjelasan Jenis-Jenis Air

oleh Abu 'Aashim asy Syibindunji

Berkata Al-‘Allamah Abdurrahman al-Ba’li al-Hanbali rahimahullah,

فالطهورُ: هو الباقي على خِلْقتِهِ طَهُورٌ في نفسِهِ مُطهِّر لغيره، يَجُوزُ استعمالُهُ مطلقًا

Air thohur, yakni air yang sifatnya tetap sesuai asal penciptaannya. Air ini suci zatnya dan dapat menyucikan untuk selainnya. Boleh digunakan secara mutlak.

SYARAH

Jenis air yang pertama ialah air thohur

(هو)
Yakni definisi air thohur.

(الباقي على خِلْقتِهِ)
Air yang sifatnya tetap atas penciptaannya, yakni sesuai asal penciptaannya, baik ditinjau secara hakikat ataupun hukumnya. Ditinjau secara hakekatnya ialah seperti air hujan, es yang mencair, air embun, air sungai, air danau, air telaga, air laut, dan lainnya. Adapun yang dimaksud secara hukumnya ialah seperti air yang tercampur dengan benda suci yang tidak mendominasi kesucian air.

(طَهُورٌ في نفسِهِ مُطهِّر لغيره)
Air yang suci secara zatnya dan dapat menyucikan untuk selainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ

“… dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu …” (QS Al-Anfal: 11)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, ‘Sesungguhnya kami telah berlayar di lautan, dan kami hanya membawa sedikit air. Jika kami gunakan air tersebut, maka kami akan kehausan. Apakah kami boleh berwudhu menggunakan air laut?’ lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Air laut itu, airnya suci menyucikan dan bangkai hewan laut, halal dimakan.’’’ (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`I, dan Ibnu Majah)

(يَجُوزُ استعمالُهُ مطلقًا)
Boleh digunakan secara mutlak, baik untuk mengangkat hadats ataupun untuk menghilangkan najis, dan selain keduanya.

Mu’allif berkata,

والطاهرُ: ما تَغَيَّرَ كثير من لَوْنِهِ أو طَعْمِهِ أَوْ ريحِهِ بِطَاهِرِ، وهو طَاهِر في نفسه غيرُ مطهِّرِ لِغَيْرِهِ، يَجوزُ استعمَالُهُ في غَيْرِ رَفْعِ حَدَثِ وزَوَالِ خَبَثِ

Air thohir ialah air yang sifatnya mengalami perubahan yang banyak dari warna, rasa, dan baunya. Air ini suci zatnya tetapi tidak dapat menyucikan untuk selainnya. Boleh digunakan untuk selain mengangkat hadats dan menghilangkan khabats.

Read More https://sunnahedu.com/2020/10/26/syarah-bidayatul-abid-3-penjelasan-jenis-jenis-air/
Hukuman Mati bagi Penghina Nabi

oleh Abu 'Aashim asy Syibindunji

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada umat Islam untuk menaati, mencintai, mengagungkan, menghormati, menolong, meneladani, dan menjaga kedudukan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan syariat-Nya yang mulia bagi orang-orang yang menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menjaga kedudukan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan menegakkan hukuman yang pantas bagi mereka. Menghina Rasul-Nya merupakan suatu kekufuran yang nyata.

Berikut pernyataan para ulama terkati hukum syari bagi orang yang menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Menghinanya Merupakan Kekafiran Zahir dan Batin

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

إن سب الله أو سب رسوله كفرٌ ظاهرًا و باطنًا، وسواءٌ كان السابُّ يعتقد أن ذلك محرم، أو كان مستحلاً له، أو كان ذاهلاً عن اعتقاده، هذا مذهب الفقهاء وسائر أهل السنة القائلين بأن الإيمان قول وعمل

“Sesungguhnya menghina Allah dan Rasul-Nya merupakan kekafiran zahir dan batin. Sama saja ketika menghinanya dia berkeyakinan hal itu haram atau menghalalkannya, atau dia lupa dari keyakinannya. Ini adalah madzhab fuqoha dan semua Ahlussunnah yang mengatakan bahwa iman itu perkataan (hati dan lisan, -pen) dan amalan (hati dan anggota tubuh, -pen).”

Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahullah berkata:

من سب الله أو سب رسوله فإنه يكفر، سواء استحل سبه أو لم يستحله

“Siapa saja yang menhina Allah dan Rasul-Nya maka dia telah kafir. Sama saja dia menghalalkan perbuatannya ataupun tidak.”

Read More https://sunnahedu.com/2020/10/27/hukuman-mati-bagi-penghina-nabi/
Pernyataan_dan_Himbauan_MUI_untuk_Memboikot_Semua_Produk_Perancis.pdf
593.5 KB
Pernyataan dan Himbauan MUI untuk Memboikot Semua Produk Perancis.pdf
Syarah Bidayatul Abid (4): Bejana

oleh Abu 'Aashim asy-Syibindunji

Berkata Al-‘Allamah Abdurrahman al-Ba’li al-Hanbali rahimahullah,

وكلُّ إِنَاءٍ طَاهِرٍ يُبَاحُ اتخاذُهُ واستعمَالُهُ غَيْرَ ذَهبٍ وفضةٍ

“Dan setiap bejana yang suci boleh dimanfaatkan dan digunakan selain emas dan perak.”

SYARAH

Hukum asal bejana itu suci, karena asal segala sesuatu itu semuanya suci. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu …” (QS Al-Baqarah: 29)

(وكلُّ إِنَاءٍ طَاهِرٍ)
Dan setiap bejana yang suci, seperti yang terbuat dari kayu, walaupun yang berharga seperti permata.

(يُبَاحُ اتخاذُهُ واستعمَالُهُ)
Boleh dimanfaatkan dan digunakan, tanpa makruh, karena hukum asal segala sesuatu itu halal, boleh dimanfaatkan dan digunakan.

(الاتخاذ  )
Maksudnya adalah mengambilnya semata-mata untuk sarana, meskipun tidak memanfaatkannya secara langsung.

(الاستعمال)
Maksudnya adalah menggunakannya dengan memanfaatkannya secara langsung.

(غَيْرَ) 
Selain, yakni adanya pengecualian.

(ذَهبٍ وفضةٍ)
Emas dan perak, maksudnya bejana yang terbuat dari emas dan perak, baik emas dan perak murni atau tidak. Haram menggunakannya. Ini yang pertama. Sebagaimana dalam hadits Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تشربوا في آنيةِ الذهبِ والفضةِ ولا تأكلوا في صحافِهما فإنها لهم في الدنيا ولكم في الآخرةِ

“Janganlah kalian minum menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kalian makan menggunakan piring yang terbuat dari keduanya, karena itu untuk mereka
(orang-orang kafir) di dunia dan untuk kalian kelak di akhirat.’” (HR Al-Bukhari dan Muslim)


Read More https://sunnahedu.com/2020/11/02/syarah-bidayatul-abid-4-bejana/
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:

"Jika Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- ditanya tentang jarh wa ta'dil, beliau menyebutkannya seperti membaca Al-Fatihah (hafal di luar kepala, -pen). Barangsiapa yang memperhatikan dalam kitab Al-'Ilal karya Abi Bakr al-Khalal -rahimahullah- maka dia akan mengetahuinya dan tidak ada seorang pun seperti ini dari para imam yang ada."

Sumber:
Al-Madkhal ila Madzhabi Al-Imam Ahmad bin Hanbal karya Ibnu Badran hal. 105.

===
Qultu:
Saya mah apa atuh dibandingkan beliau rahimahullah dan ulama lainnya, baik yang terdahulu, kemarin, kini, dan nanti.

Lihatlah kapasitas diri. Agar lebih banyak instrospeksi dan terus belajar. Jangan sibuk menilai si Fulan demikian, si Alan demikian. Padahal kapasitas kita gak pernah ada seujung kuku pun dari keilmuan yang mereka miliki.

Gambar cuma pemanis saja.
Terkadang Imam Ahmad bin Hanbal radhiyallahu 'anhu diam (tidak memberikan sikap, -pen) dalam fatwa ketika ada dalil-dalil yang menurut beliau bertentangan, ada perselisihan para sahabat di dalamnya, dan tidak mengetahui atsarnya atau tidak ada perkataan salah seorang dari sahabat dan tabi'in.

Beliau tidak menyukai dan melarang seseorang berfatwa dengan perkara yang di dalamnya tidak ada atsar dari salaf. Sebagaimana disebutkan oleh sebagian sahabatnya, "Hati-hatilah kamu dari berbicara tentang suatu masalah yang tidak ada imam di dalamnya."

Sumber:
Al-Madkhal ila Madzhabi Al-Imam Ahmad bin Hanbal karya Ibnu Badran hal. 119.

===
Qultu:
Adapun netizen? Ah sudahlah.
Jika ingin menjadi seorang abid
Mulailah dengan Bidayatul Abid
Jangan lupa barengi dengan Akhshor Al-Mukhtashorot
Agar mantap meniti shirot

Daripada membicarakan aib
Sibukkanlah membaca Umdatuth Tholib
Lalu naik menelaah Daliluth Tholib
Agar fikih tidak raib

Agar paham permasalahan dengan pasti
Bukalah Zadul Mustaqni
Kan kau dapati banyak masalah inti
Yang bisa dicari penjelasannya di Roudhul Murbi

Itulah tahap awal
Dalam fikih Imam Al-Mubajjal
Abu Abdillah Ahmad bin Hambal

===
Dikasih judul apa ya "nazhom"nya?
Sebenarnya lagi iseng saja menunggu hujan reda.
SunnahEduOfficial
Jika ingin menjadi seorang abid Mulailah dengan Bidayatul Abid Jangan lupa barengi dengan Akhshor Al-Mukhtashorot Agar mantap meniti shirot Daripada membicarakan aib Sibukkanlah membaca Umdatuth Tholib Lalu naik menelaah Daliluth Tholib Agar fikih tidak raib…
Dapat balasan dri Abu Najla Fariz Zainal 👇👇

Bagi mencapai maksud seorang Abid
Ditekuni helai demi helai Bulugh Al Qasid

Hidup memburu cahaya menjauhi zulumat
Tenang jiwa hamba berteman Kashf Al Mukhaddarat

Dahulu lembar kini layarlah kawan karib
Petunjuk dipohon saat membuka Hidayat Al Raghib

Ilmu sebelum amal sandaran penuntut berpandukan dalil,
Teguh di atas sabil dihiasi mutiara Al Salsabil fi Sharh Al Dalil

Di timur dan barat manusia diasak pemodenan,
Berbekal Al Sharh Al Mumti' fiqih tak luput dimakan zaman

Di Syam, Mesir dan Hijaz fuqaha' menjelaskan isu dengan rinci,
Keringat dicurahkan ulama' di balik syuruhat dan hawasyi,

Berbahagialah mereka yang iltizam dan mujahadah,
Insaf, adil dan tekun dengan khazanah Hanabilah

Kepada Allah dipohon ikhlas dan istiqamah menempuh mehnah,
Di atas jalannya Ahmad bin Hanbal Imam Ahli Sunnah wal Jama'ah
أوَّلُ ما يُحاسَبُ بِهِ العبدُ الصلاةُ ، وأوَّلُ ما يُقْضَى بينَ الناسِ في الدماءِ

"Yang pertama kali dihisab (di akhirat) bagi seorang hamba ialah shalat dan yang pertama kali diadili antara manusia (di akhirat) ialah urusan darah." (Silsilah ash-Shahihah, Syekh Al-Albani)

Mengapa shalat dan darah?

Sebab shalat berkaitan dengan ibadah dan haknya Allah Ta'ala. Adapun darah (seperti pembunuhan dan melukai) berkaitan dengan haknya seseorang terhadap orang lain. Jadi, jangan bermain-main dengan urusan shalat dan jiwa orang.

Abahnya 'Aashim
👍1
Channel name was changed to «sunnahedu.com»
Channel photo updated
TUJUH KAIDAH DALAM BERAGAMA [1]: PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sesungguhnya saya bersaksi bahwa tidak sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Ta`ala semata. Saya pun bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga selawat dan salam tercurahkan juga kepada keluarga dan para sahabatnya. ‘Amma ba`du.

Risalah yang akan kita bahas ini merupakan risalah yang agung, memiliki manfaat yang besar, dan faedahnya menyentuh kebutuhan dasar kita yakni berkaitan dengan memahami agama yang mulia ini. Sebab, risalah ini mengandung peringatan terhadap tujuh perkara besar yang wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk merealisasikan setiap hal yang Allah perintahkan bagi mereka.

Telah dimaklumi bahwa Allah `Azza wa Jalla menciptakan semua makhluk-Nya dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya semata. Mereka ditekankan untuk mewujudkan ketaatan kepada-Nya dengan mengesakan-Nya dalam setiap ibadah, sebagaimana Allah Jalla wa `Alā berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS al-Żariyat: 56).

Dalam Tafsir al-Muyassar disebutkan maksud ayat ini ialah Aku tidak menciptakan jin dan manusia, dan mengutus para rasul, kecuali untuk tujuan luhur: beribadah hanya kepada-Ku semata bukan kepada selain-Ku.

Oleh sebab itu, apa saja yang diciptakan oleh makhluk lalu mereka menyembah yang mereka ciptakan tentu ini merupakan perbuatan yang batil dan zalim, sudah selayaknya ditinggalkan. Mengapa demikian? Sebab Allahlah yang menciptakan dan memelihara mereka, sudah selayaknya peribadahan itu hanya ditujukan kepada-Nya bukan kepada makhluk lemah yang diciptakan-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Jalla wa ‘Alā mengutus para nabi dan rasul untuk sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan serta mengajak untuk kembali menaati Rabb alam semesta dan mengesakan-Nya dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata.

Wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikan masalah ini dengan baik. Dan senantiasa melaksanakan setiap perintah Allah Ta’āla. Perintah Allah yang paling luhur ialah mengesakan-Nya dalam setiap ibadah. Kita pun harus menjauhi setiap yang Allah larang dan larangan-Nya yang terbesar ialah berbuat syirik kepada-Nya.

Read More https://sunnahedu.com/2021/01/14/tujuh-kaidah-dalam-beragama-1-pendahuluan/
PERLUKAH MENTAKYIN NIAT SALAT?

Salah satu syarat sahnya salat ialah niat. Niat secara bahasa bermakna al-Qaṣdu, menyengaja, yakni meneguhkan hati untuk melakukan sesuatu [1]. Sedangkan secara istilah syar’i bermakna,

عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى فِعْلِ الْعِبَادَةِ تَقَرُّبًا إلَى اللَّهِ تَعَالَ

meneguhkan hati untuk melakukan ibadah dalam rangka pendekatan diri kepada Allah Ta’ala [2].

Al-Muwaffaq (w. 620H) rahimahullāh berkata, “Kami tidak menemukan pendapat di kalangan para ulama mengenai wajibnya niat dalam salat dan bahwa salat tidak sah tanpa niat.” [3]

Dalil yang menunjukkannya adalah firman Allah,

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS al-Bayyinah: 5)

Ikhlas merupakan bagian dari amalan hati, yakni niat serta keinginan yang hanya ditujukan kepada Allah semata. Dalil yang kedua adalah sabda Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam,

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Makna niat adalah menyengaja, sedangkan tempatnya adalah di hati. Jika niat ini dilafalkan, maka ucapan tersebut berfungsi sebagai penguat [4].

Setelah kita mengetahui makna niat secara bahasa dan istilah serta tempatnya, maka perlukah seseorang mentakyin yakni menentukan niat secara jelas salatnya apakah itu salat zuhur atau asar; salat wajib atau sunah?

Atau justru tidak perlu?

Berikut saya nukilkan perkataan para ulama Hanabilah dalam masalah ini.

Read more:
https://sunnahedu.com/2021/01/15/perlukah-mentakyin-niat-salat/
👍1
Pendaftaran santriwati rumah tahfizh Dar Aisyah Tengaran Kab. Semarang.
Imam Ahmad rahimahullah biasa melaksanakan salat sunah sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan setelah terjadi peristiwa paham sesat Al-Qur'an adalah makhluk, keadaan beliau menjadi lemah disebabkan banyak menerima cambukan.

Dalam keadaan seperti itu, beliau tetap melaksanakan salat sunah. Sehari semalam salat sunah yang beliau kerjakan sebanyak 150 rakaat.

Kebiasaan Imam Ahmad rahimahullah ini diikuti oleh Al-Hafiz Abdul Ghani Al-Maqdisi rahimahullah penulis kitab Umdah al-Ahkam, Al-Hafiz pun melakukan salat sunah sehari semalam sebanyak 300 rakaat.

Kisah di atas diadaptasi secara bebas dari kitab al-Salsabil fi Syarhi al-Dalil karya Dr. Sa'ad al-Khutslan, 2/298-299.

Qultu:
Membaca kisah di atas saya jadi sadar diri, betapa jauh ketaatan kita dengan mereka kepada Allah. Para pendahulu kita menyibukkan diri dengan ketaatan sebanyak-banyaknya meskipun dalam keadaan disiksa. Sedangkan kita? Menyibukkan diri dengan saling mencela. Aduhai betapa celakanya, betapa ruginya.
SunnahEduOfficial
Photo
الأستاذ عبد الكريم بكّار من المفكرين المسلمين البارزين في عصرنا.
ذو فكر وذكاء، وسعة اطلاع، وإبداع في الطرح، وتنظير سليم.

"Prof. Abdul Karim Bakkar termasuk pemikir yang menonjol pada masa kini. Pemikir ulung yang cerdas, luas telaahnya, kreatif dalam penyajian, dan pengamat yang jeli."

ومن قرأ كتبه السابقة عرف حسن استنباطه، ووعيه، وفكره الحضاري والصحوي.
ومن قرأها حصَّل فكرًا إسلاميًّا سليمًا إن شاء الله.

"Pembaca buku-buku lama beliau tahu bagaimana kepiawaian beliau dalam menarik kesimpulan, kesadaran, dan ide beliau tentang peradaban dan kebangkitan. Dengan membaca karya-karya beliau tersebut, Anda akan menemukan ide-ide Islami yang bersih, insyaallah."

وحقَّ له - وهو على هذا المستوى من الوعي والثقافة - أن تكون له نظرة عميقة في التاريخ، لاستقاء العبر والدروس منه..

"Dengan level kesadaran dan wawasan yang dimiliki, sungguh layak jika beliau (juga) memiliki perspektif yang mendalam tentang sejarah sehingga mampu menjelaskan ibrah dan mengambil pelajaran darinya."

الشيخ محمد خير رمضان يوسف

Dapatkan buku terjemahan
karya Prof. Dr. Abdul Karim Bakkar

Harga Spesial "Pre-Order"
Rp199.000
(belum ongkir)

berlaku s.d. 18 Februari 2021
Jadwal Pengiriman: mulai 22 Februari 2021

Silakan menghubungi via WA untuk pemesanan buku

082265011201
https://wa.me/6282265011201
Syekh Abdurrahman al-Sa'di rahimahullah berkata:

"Majelis ilmu yang engkau duduk di dalamnya itu lebih baik bagimu dari dunia dan isinya.

Faedah yang engkau dapatkan dan manfaat yang dapat engkau petik tidak ada sesuatupun yang dapat menyamainya."

📚 Al-Fawakih al-Syahiyyah, 179.

====
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Al-'Allamah 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah berkata:

"Duduk setelah salam dari salat fardu termasuk dari waktu-waktu yang paling agung, yang di dalamnya turun rahmat Allah 'Azza wa Jalla. Sehingga kita jangan terburu-buru untuk bangun. Akan tetapi kita memohon ampun kepada Allah, menyucikan dan memuji-Nya, mengucap lailaha illallah, dan bertakbir."

Imam Ibnu Bathal rahimahullah berkata:

"Barangsiapa yang memiliki banyak dosa dan ingin Allah Ta'ala menghapus kesalahan-kesalahan darinya tanpa perlu bersusah payah, maka hendaklah dia senantiasa berzikir setelah salat agar para malaikat mendoakannya dan memohonkan ampun untuknya. "

📚 Syarah Sahih al-Bukhari, 3/114.

====
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial