Tauhid Corner
562 subscribers
90 photos
38 videos
6 files
770 links
Catatan Teologi Islam Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah

https://linktr.ee/tauhidcorner
Download Telegram
https://www.facebook.com/marketplace/shops/item/2494053453997252/?referral_story_type=shop_pdp_share_deep_link&referral_code=shops_pdp_share

Ada sekelompok orang membuat pertanyaan aneh, berkata: “Apakah kaum Asy’ariyyah (para pengikut al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari) termasuk golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah?”. Tepatnya pertanyaan ini dilontarkan oleh orang-orang Wahabi. Ini betul-betul pertanyaan aneh dan sangat tidak ilmiah. Secara ringkas, pertanyaan tendesius ini tersirat mengandung banyak kemungkinan pemahaman atau tuduhan.

*(Satu):* Bisa jadi orang yang membuat pertanyaan tersebut adalah orang yang sangat bodoh, tidak pernah belajar ilmu agama dengan benar, khususnya sejarah. Karena orang yang pernah belajar dengan baik dan benar, kepada para ulama yang terpercaya (tsiqah) dan memiliki mata rantai keilmuan (sanad) yang bersambung ke atas maka ia akan mendapati bahwa para ulama pengemban (pewaris) ajaran syari’at ini adalah kaum Asy’ariyyah dalam setiap generasinya.

*(Dua):* Boleh jadi orang yang melontarkan pertanyaan itu adalah orang yang sangat lugu, picik, dan sempit dalam berfikirnya. Katak dalam tempurung. Ia hanya mengetahui beberapa nama saja yang --menurutnya-- sebagai ulama yang lurus di atas jalan kebenaran. Dan seperti demikian inilah doktrin faham Wahabi. Mereka memandang sesat kepada siapapun, kecuali yang sepaham dengan ajaran mereka. Hanya bila sudah dikatakan kepada mereka; “Ibnu Taimiyah berkata: ...”, atau “Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: ...”, atau “Utsaimin berkata: ...”, atau “Ibnu Baz berkata: ...”; maka mereka akan diam menerima; sami’na wa atha’na. Selain ulama mereka sendiri mereka menilainya bukan ulama, atau bukan Ahlussunnah.

*(Tiga):* Poin yang tersirat dari pertanyaan tendensius itu adalah bahwa kaum Asy’ariyyah adalah orang-orang sesat. Atau paling tidak, yang tersirat dari pertanyaan itu adalah bahwa dipenanya meragukan kebenaran aqidah Asy’ariyyah. Sebenarnya, redaksi pertanyaan di atas adalah “model halus” untuk menyesatkan, bahkan mengkafirkan kaum Asy’ariyyah. Karena demikian itulah keyakinan mereka; kaum Asy’ariyyah dan Matridiyyah adalah orang-orang kafir musyrik *(1)*. Karena itu besar kemungkinan pertanyaan di atas dilontarkan untuk tujuan cibiran, melecehkan dan hanya untuk olok-olok.

Seharusnya, jika hendak ditanyakan maka redaksi pertanyaan bagi seorang yang terpelajar adalah; “Siapakah bersama kaum Asy’ariyyah yang masuk dalam barisan Ahlussunnah Wal Jama’ah?”. Ini namanya pertanyaan seorang yang paham dan ilmiyah.

Anda jelaskan kepada orang yang melontarkan pertanyaan “bodoh / asal jadi” di atas, bahwa seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi mereka semua adalah para pengikut al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari, atau pengikut al-Imâm Abu Manshur al-Maturidi. Mereka semua adalah Asy’ariyyah Maturidiyyah.

Tanyakan kepada orang itu, apakah anda kenal dengan para ulama terkemuka ini; Abul Hasan al-Bahili, Abu Sahl ash-Shu’luki (w 369 H), Abu Ishaq al-Isfirayini (w 418 H), Abu Bakar al-Qaffal asy-Syasyi (w 365 H), Abu Zaid al-Marwazi (w 371 H), Abu Abdillah ibn Khafif asy-Syirazi; seorang sufi terkemuka (w 371 H), al-Qâdlî Abu Bakar Muhammad al-Baqillani (w 403 H), Abu Bakar Ibn Furak (w 406 H), Abu Ali ad-Daqqaq; seorang sufi terkemuka (w 405 H), Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi; penulis kitab al-Mustadrak ‘Alâ ash-Shahîhain, Abu Manshur Abd al-Qahir ibn Thahir al-Baghadadi (w 429 H) penulis kitab al-Farq Bayn al-Firaq, al-Hâfizh al-Khathib al-Baghdadi (w 463 H), Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazan al-Qusyairi penulis kitab ar-Risâlah al-Qusyairiyyah (w 465 H), Abu Ali ibn Abi Huraisah al-Hamadzani, Abu al-Muzhaffar al-Isfirayini penulis kitab at-Tabshîr Fî ad-Dîn Wa Tamyîz al-Firqah an-Nâjiyah Min al-Firaq al-Hâlikîn (w 471 H), Abu Ishaq asy-Syirazi; penulis kitab at-Tanbîh Fî al-Fiqh asy-Syâfi’i (w 476 H), Abu al-Ma’ali Abd al-Malik ibn Abdullah al-Juwaini yang lebih dikenal dengan Imam al-Haramain (w 478 H)??

Kalau si-penanya itu berkata tidak kenal nama-nama ulama di atas, dan ia hanya mengenal nam
a Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab saja, maka anda katakan kepadanya; “Selamat tinggal”. Berarti, nyatalah orang tersebut telah berjalan di atas faham ekstrim. Ia tidak faham keyakinan dan ajaran mayoritas ulama. Wa man syadzdza syadzdza fin-nar.

*(1)* Golongan Wahabi mengkafirkan kaum Asy’ariyyah tertuang dalam banyak karya-karya ulama mereka. Bahkan doktrin ini menjadi kurikulum resmi sekolah mereka dalam berbagai tingkatan. Di antaranya, buku berjudul “at-Tauhid”, -al-Marhalah ats-Tsanawiyyah, ash-Shaff al-Awwal-, karya Saleh ibn Fawzan, yang secara resmi menjadi buku kurikulum mereka. Pada halaman 67, berkata: “Maka orang-orang musyrik adalah orang-orang terdahulu dari kaum Jahmiyyah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyyah”.


*Kholil Abu Fateh,*
_Al-Asy’ari as-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
📌
...
Di antara penyimpangan yang harus diluruskan yang tersebar di sebagian kalangan awam adalah apa yang sering dikumandangkan oleh sebagian orang dalam pembacaan riwayat maulid Nabi, dan oleh sebagian Mu’adzin, serta oleh beberapa orang lainnya, mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah awal seluruh makhluk. Penyebab utamanya adalah karena beredarnya hadits palsu yang disebutkan berasal dari riwayat Jabir, mengatakan:

(قيل) أوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوْرَ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ

“Awal apa yang diciptakan oleh Allah adalah nur Nabi-mu wahai Jabir”

Berikut ini kami datangkan bantahan yang cukup terhadap pendapat tersebut dengan dalil-dalil ‘aqliyyah dan naqliyyah.

Kita Katakan:
Hadits Jabir tersebut di atas adalah hadits palsu (mawdlu’), tidak memiliki dasar, dan jelas menyalahi al-Qur’an dan hadits sahih.
Adapun segi menyalahi al-Qur’an adalah firman Allah:

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَيٍّ (سورة الأنبياء: 30)

“Dan Kami telah menjadikan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS. al-Anbiya: 30)


Baca selengkapnya…!!

*“RISALAH MENJELASKAN KEBATILAN PENDAPAT NUR MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PERTAMA”*
( _*Buthlan Awwaliyyah an-Nur al-Muhammadiy*_ )
Karya Al-Imam Al-Hafizh Abdullah ibn Muhammad al-Harari al-Habasyi (L 1328 - W 1429 H)

Penerjemah & Pengantar
*Dr. H. Kholilurrohman, MA*
(Ustadz Kholil Abou Fateh)

Penerbit :
*Nurul Hikmah Press*

ISBN :
*9786239057459*

Halaman :
*124 hal.*

📥 Click Link untuk membaca di Google Play Books >>> https://play.google.com/store/books/details?id=uQegDwAAQBAJ



🕌
NURUL HIKMAH PRESS
*Penerbit Dan Penjual Buku - Buku Islami Madzhab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah al-Asy’ari Fiqh asy-Syafi’i Tasawuf ar-Rifa'i Wa al-Qadir Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA

Alamat :
PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH
Jln. Karyawan III Rt. 04 Rw. 09
Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15157 - Indonesia. Whatsapp : https://wa.me/6287878023938
*(Masalah):*

Akidah Ahlussunnah menetapkan bahwa Allah yang menciptakan kebaikan dan keburukan. Namun demikian ada beberapa faham yang berusaha mengaburkan kebenaran ini dengan mengutip beberapa ayat yang sering disalahpahami oleh mereka, di antaranya, mereka mengutip firman Allah:

بِيَدِكَ الْخَيْرُ (ءال عمران: 26)

_*“Dengan kekuasaan-Mu segala kebaikan”.*_ (QS. Ali ‘Imran: 26).

Mereka berkata: “Dalam ayat ini Allah hanya menyebutkan kata ”al-Khayr” (kebaikan) saja, tidak menyebutkan asy-Syarr (keburukan). Dengan demikian maka Allah hanya menciptakan kebaikan saja, adapun keburukan bukan ciptaan-Nya”.

*Jawab: ...*

https://nurulhikmah.ponpes.id/allah-pencipta-segala-kebaikan-dan-keburukan/
*KEDUA ORANG TUA RASULULLAH PENDUDUK SURGA*

Metode Ketetapan Pertama: “Kedua Orang Tua Rasulullah Tidak Mendapati Dakwah Islam”


Kedua orang tua Rasulullah meninggal dalam keadaan tidak mendapati dakwah Islam, karena keduanya hidup di masa Jahiliyyah yang saat itu seakan telah menutupi setiap pelosok bumi. Dapat dikatakan bahwa pada masa Jahiliyyah itu tidak ada seorangpun yang mendapati seruan Islam. Selain itu, kedua orang tua Rasulullah, baik ayahandanya maupun ibundanya, wafat dalam umur yang sangat muda. al-Hafizh Shalahuddin al-‘Ala-i mengatakan dengan dasar riwayat sahih bahwa ayahanda Rasulullah wafat pada umur 18 tahum, sementara ibunda Rasulullah wafat pada sekitar umur 20 tahun. Tentunya umur yang sangat pendek ini, --di mana di antara tanda seseorang menjadi mukallaf [memiliki beban syari’at] adalah setelah ia baligh-- tidak sangat luas untuk dimintai pertanggungjawaban. Lalu orang yang tidak sampai kepadanya dakwah Islam maka dia bukan seorang mukallaf, dan jika ia meninggal dalam keadaan demikian maka dia digolongkan dari orang-orang yang selamat dari neraka, dan akan masuk surga di akhirat kelak.

Dalam ketetapan ini al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi dalam as-Subul al-Jaliyyah menuliskan: 

“Ini adalah pendapat madzhab kita [Ahlussunnah; Asy’ariyyah Syafi’iyyah]. Tidak ada perbedaan pendapat di antara para imam kita; ulama Syafi’iyyah dalam fiqh dan Asy’ariyyah dalam akidah. Bahkan Imam Syafi’i sendiri telah menetapkan demikian dalam kitab al-Umm dan kitab al-Mukhtashar. Pendapat beliau ini diikuti oleh Ash-hab asy-Syafi’i, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang menyalahi ketetapan ini. Mereka berdalil dalam pendapat ini dengan banyak ayat-ayat al-Qur’an, di antaranya firman Allah: 

وَمَاكُنَّا مُعَذَّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً (سورة الإسراء: 15)

*“Dan tidaklah Kami (Allah) memberikan siksa hingga Kami mengutus seorang Rasul”* (QS. Al-Isra: 15). 

Masalah ini [yaitu bahwa orang yang tidak mendapati dakwah Islam selamat di akhirat kelak] adalah masalah fiqh yang telah ditetapkan demikian dalam berbagai kitab fiqh. Dan dia adalah cabang dari beberapa cabang kaedah ushuliyyah yang telah disepakati atasnya oleh para imam kita dari kalangan Asy’ariyyah; yaitu kaedah “Syukr al-Mun’im”, [bahwa kewajiban bersyukur kepada Allah dasarnya karena ditetapkan oleh syara’, bukan oleh akal]. Dasar kaedah syukr al-Mun’im ini adalah ketetapan dalam teologi (kaedah kalamiyah) yang disebut dengan kaedah at-Tahsin wa at-Taqbih wa Inkaruhuma [yaitu bahwa penilaian baik atau buruk dasarnya adalah karena ditetapkan oleh syara’, bukan oleh akal]. Kaedah teologi ini telah disepakati demikian oleh semua imam kaum Ahlussunnah Asy’ariyyah yang dituangkan secara rinci dan komprehensif dalam banyak karya-karya mereka, khususnya oleh Imam al-Haramain dalam kitab al-Burhan, imam al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa dan kitab al-Manhul, Alkiya al-Harrasi dalam kitab Ta’liq-nya, imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab al-Mahshul, Ibnus-Sam’ani dalam kitab al-Qawathi’, al-Qadli Abu Bakr al-Baqillani dalam kitab at-Taqrib, dan selain mereka dari para imam yang tidak terhitung jumlahnya...

----------

*NURUL HIKMAH PRESS*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_

Penerbit Dan Distributor Utama Buku Karya Dr. H. Kholilurrahman, MA Bertema Aqidah Ahlussunnnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah

*Bukalapak* >>> https://www.bukalapak.com/u/adjee_fauzi

*WhatsApp* >>> https://wa.me/6287878023938 (lihat katalog buku di profil)
Saksikan dan Dukung Channel YouTube *Ustadz Kholil Abou Fateh* berisi konten-konten video terkait pelajaran Aqidah Ahlussunnnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah dan Fiqih Syafi'i, dengan cara subscribe, like video dan share jika bermanfaat.

Salaam, Aqidah Tanzih...

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

https://youtu.be/jw2EMx9FipM

-----

Tersedia buku-buku karya beliau terkait Aqidah Ahlussunnnah Wal Jama'ah, chat WhatsApp Admin Nurul Hikmah Press >>> https://wa.me/6287878023938 (lihat katalog buku di profil)
https://www.facebook.com/marketplace/shops/item/2494053453997252/?referral_story_type=shop_pdp_share_deep_link&referral_code=shops_pdp_share

Ada sekelompok orang membuat pertanyaan aneh, berkata: “Apakah kaum Asy’ariyyah (para pengikut al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari) termasuk golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah?”. Tepatnya pertanyaan ini dilontarkan oleh orang-orang Wahabi. Ini betul-betul pertanyaan aneh dan sangat tidak ilmiah. Secara ringkas, pertanyaan tendesius ini tersirat mengandung banyak kemungkinan pemahaman atau tuduhan.

*(Satu):* Bisa jadi orang yang membuat pertanyaan tersebut adalah orang yang sangat bodoh, tidak pernah belajar ilmu agama dengan benar, khususnya sejarah. Karena orang yang pernah belajar dengan baik dan benar, kepada para ulama yang terpercaya (tsiqah) dan memiliki mata rantai keilmuan (sanad) yang bersambung ke atas maka ia akan mendapati bahwa para ulama pengemban (pewaris) ajaran syari’at ini adalah kaum Asy’ariyyah dalam setiap generasinya.

*(Dua):* Boleh jadi orang yang melontarkan pertanyaan itu adalah orang yang sangat lugu, picik, dan sempit dalam berfikirnya. Katak dalam tempurung. Ia hanya mengetahui beberapa nama saja yang --menurutnya-- sebagai ulama yang lurus di atas jalan kebenaran. Dan seperti demikian inilah doktrin faham Wahabi. Mereka memandang sesat kepada siapapun, kecuali yang sepaham dengan ajaran mereka. Hanya bila sudah dikatakan kepada mereka; “Ibnu Taimiyah berkata: ...”, atau “Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: ...”, atau “Utsaimin berkata: ...”, atau “Ibnu Baz berkata: ...”; maka mereka akan diam menerima; sami’na wa atha’na. Selain ulama mereka sendiri mereka menilainya bukan ulama, atau bukan Ahlussunnah.

*(Tiga):* Poin yang tersirat dari pertanyaan tendensius itu adalah bahwa kaum Asy’ariyyah adalah orang-orang sesat. Atau paling tidak, yang tersirat dari pertanyaan itu adalah bahwa dipenanya meragukan kebenaran aqidah Asy’ariyyah. Sebenarnya, redaksi pertanyaan di atas adalah “model halus” untuk menyesatkan, bahkan mengkafirkan kaum Asy’ariyyah. Karena demikian itulah keyakinan mereka; kaum Asy’ariyyah dan Matridiyyah adalah orang-orang kafir musyrik *(1)*. Karena itu besar kemungkinan pertanyaan di atas dilontarkan untuk tujuan cibiran, melecehkan dan hanya untuk olok-olok.

Seharusnya, jika hendak ditanyakan maka redaksi pertanyaan bagi seorang yang terpelajar adalah; “Siapakah bersama kaum Asy’ariyyah yang masuk dalam barisan Ahlussunnah Wal Jama’ah?”. Ini namanya pertanyaan seorang yang paham dan ilmiyah.

Anda jelaskan kepada orang yang melontarkan pertanyaan “bodoh / asal jadi” di atas, bahwa seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi mereka semua adalah para pengikut al-Imâm Abul Hasan al-Asy’ari, atau pengikut al-Imâm Abu Manshur al-Maturidi. Mereka semua adalah Asy’ariyyah Maturidiyyah.

Tanyakan kepada orang itu, apakah anda kenal dengan para ulama terkemuka ini; Abul Hasan al-Bahili, Abu Sahl ash-Shu’luki (w 369 H), Abu Ishaq al-Isfirayini (w 418 H), Abu Bakar al-Qaffal asy-Syasyi (w 365 H), Abu Zaid al-Marwazi (w 371 H), Abu Abdillah ibn Khafif asy-Syirazi; seorang sufi terkemuka (w 371 H), al-Qâdlî Abu Bakar Muhammad al-Baqillani (w 403 H), Abu Bakar Ibn Furak (w 406 H), Abu Ali ad-Daqqaq; seorang sufi terkemuka (w 405 H), Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi; penulis kitab al-Mustadrak ‘Alâ ash-Shahîhain, Abu Manshur Abd al-Qahir ibn Thahir al-Baghadadi (w 429 H) penulis kitab al-Farq Bayn al-Firaq, al-Hâfizh al-Khathib al-Baghdadi (w 463 H), Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazan al-Qusyairi penulis kitab ar-Risâlah al-Qusyairiyyah (w 465 H), Abu Ali ibn Abi Huraisah al-Hamadzani, Abu al-Muzhaffar al-Isfirayini penulis kitab at-Tabshîr Fî ad-Dîn Wa Tamyîz al-Firqah an-Nâjiyah Min al-Firaq al-Hâlikîn (w 471 H), Abu Ishaq asy-Syirazi; penulis kitab at-Tanbîh Fî al-Fiqh asy-Syâfi’i (w 476 H), Abu al-Ma’ali Abd al-Malik ibn Abdullah al-Juwaini yang lebih dikenal dengan Imam al-Haramain (w 478 H)??

Kalau si-penanya itu berkata tidak kenal nama-nama ulama di atas, dan ia hanya mengenal nam
a Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab saja, maka anda katakan kepadanya; “Selamat tinggal”. Berarti, nyatalah orang tersebut telah berjalan di atas faham ekstrim. Ia tidak faham keyakinan dan ajaran mayoritas ulama. Wa man syadzdza syadzdza fin-nar.

*(1)* Golongan Wahabi mengkafirkan kaum Asy’ariyyah tertuang dalam banyak karya-karya ulama mereka. Bahkan doktrin ini menjadi kurikulum resmi sekolah mereka dalam berbagai tingkatan. Di antaranya, buku berjudul “at-Tauhid”, -al-Marhalah ats-Tsanawiyyah, ash-Shaff al-Awwal-, karya Saleh ibn Fawzan, yang secara resmi menjadi buku kurikulum mereka. Pada halaman 67, berkata: “Maka orang-orang musyrik adalah orang-orang terdahulu dari kaum Jahmiyyah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyyah”.




*Kholil Abu Fateh,*
_Al-Asy’ari as-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_
...

Sebagian ahli bid’ah mengatakan tidak akan sampai pahala sesuatu apapun kepada si mayit dari orang lain yang masih hidup, baik doa ataupun yang lainnya. -Perkataan mereka ini bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’-. Seringkali mereka berdalil dengan firman Allah:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (النجم: 39)

_*Dan bahwasanya seorang manusia tiada memiliki selain apa yang telah diusahakannya*_ (QS. an-Najm: 39)

Penafsiran mereka terhadap ayat ini adalah penafsiran yang tidak tepat. Karena maksud ayat ini bukan untuk menjelaskan bahwa seseorang tidak mendapatkan manfaat dari apa yang dikerjakan oleh orang lain, seperti sedekah dan haji yang diperuntukan bagi orang yang telah meninggal. Tapi yang dimaksud ayat ini ialah menafikan kepemilikan terhadap amal orang lain. Artinya, amal seseorang adalah milik dia yang mengerjakankannya, bukan milik orang lain yang tidak mengerjakannya.

Adapun bila seseorang berkehendak memberikan pahala amalnya kepada orang lain, maka itu bukan suatu masalah. Demikian pula jika ia berkehendak memilikinya hanya untuk dirinya sendiri saja, juga terserah. Karena itu dalam ayat QS. an-Najm: 39 di atas Allah tidak mengatakan: “Tidak bermanfaat bagi seseorang kecuali amalnya sendiri”. Tetapi yang dimaksud adalah “Tidak ada kepemilikan bagi seseorang kecuali dari amalnya sendiri”. Lihat penjelasan semacam ini dalam kitab Syarah ash-Shudur, karya al-Imam al-Hafizh as-Suyuthi.
Dalam al-Qur’an secara tegas Allah menyatakan bahwa doa seseorang jika diperuntukan bagi orang lain maka doa tersebut bermanfaat baginya. Baik diperuntukan terhadap yang masih hidup atau bagi yang sudah meninggal. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ (الحشر: 10)

_*“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah bagi kami dan bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami”*_ (QS. al-Hasyr: 10)

Juga dalam banyak hadits yang sangat masyhur disebutkan bahwa Rasulullah sering mendoakan ahli kubur. Seperti doa beliau ketika beliau berziarah ke pemakaman al-Baqi’ di Madinah:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَهْلِ بَقِيْعِ الغَرْقَدِ (رواه مسلم)

_*“Ya Allah, ampunilah ahli kubur Baqi’ al-Gharqad”*_ (HR. Muslim)

Dalam riwayat hadits lain, Rasulullah berdoa:

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا (رواه الترمذيّ والنسائيّ وأبو داود)

_*“Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan orang yang telah meninggal di antara kami”*_ (HR. at-Turmudzi, an-Nasa-i dan Abu Dawud)

Mereka yang menafikan secara mutlak tentang permasalahan ini adalah golongan Mu’tazilah. Pendapat kaum Mu’tazilah ini telah menyalahi Ijma’ ulama Salaf, karena para ulama salaf telah sepakat dalam membolehkan masalah ini. Salah seorang ulama Salaf terkemuka, al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi (W 321 H) dalam risalah akidah Ahlussunnah yang juga dikenal dengan nama Risalah al-‘Akidah ath-Thahawiyyah, menyebutkan secara tegas:

وَفِيْ دُعَاءِ الأَحْيَاءِ وَصَدَقَاتِهِمْ مَنْفَعَةٌ لِلأَمْوَاتِ

_*“Dalam doa dan sedekah orang yang masih hidup terdapat manfaat bagi orang-orang yang sudah meninggal”*_

_(di kutip dari buku berjudul Ayo, kita tahlil!!)_


*Kholil Abou Fateh*
_Al-Asy’ari Asy-Syafi’i Ar-Rifa’i Al-Qadiri_

🎉🎉

*Ayo, kita tahlil!!*
*Dalil Sampainya Pahala Amal Shaleh Bagi Mayyit*

-----

*NURUL HIKMAH PRESS*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_

https://www.facebook.com/nurulhikmahpress/

Penerbit dan Distributor Utama Buku-Buku Terkait Ilmu Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Karya Ustadz Dr. H. Kholilurrahman, MA.

Info lebih lanjut chat Whatsapp admin https://wa.me/6287878023938 *(Lihat Katalog Buku di Profil Kontak WhatsApp ini)*
Pembagian tauhid kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma’ wa ash-Shifat sebenarnya dibuat pertama kali oleh Ibnu Taimiyah. Tidak ada siapapun dari para ulama sebelumnya yang telah membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut.

Lebih luas akan kita bahas dalam buku ini sesungguhnya apa yang menjadi latar belakang Ibnu Taimiyah membuat pembagian tauhid kepada tiga bagian ini. Sesungguhnya tumpuan dan pondasi pokok dari ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah adalah berangkat dari pemahaman tiga tauhid ini. Faham ekstrim apapun dari Ibnu Taimiyah, seperti pernyataannya bahwa Allah punya bentuk dan ukuran, Allah bersifat dengan sifat-sifat benda; seperti gerak, turun, naik, datang, bertempat, duduk, dan lainnya, lalu pernyataannya bahwa Allah memiliki anggota-anggota badan, kemudian pernyataan ektrim lainnya; seperti bahwa perjalanan (safar) untuk tujuan ziarah ke makam Rasulullah adalah perjalanan maksiat sehingga tidak boleh melakukan qashar shalat karenanya, juga pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa tawassul dan tabarruk dengan para Nabi atau para Wali adalah perbuatan syirik, dan berbagai faham ekstrim lainnya; semua itu sesungguhnya kembali kepada pemahaman pembagian tauhid kepada Uluhiyyah, Rububiyyah dan al-Asma’ wa ash-Shifat ini.

*Kholil Abu Fateh*
_al-Asy’ari asy-Syafi’i ar-Rifa’i al-Qadiri_

*Klik link di bawah untu membaca buku keseluruhan melalui Google Play Books, Gratis!!!*

https://play.google.com/store/books/details?id=QSKbDwAAQBAJ

*Download Dan Sebarluaskan!!*



*Nurul Hikmah Press*
Di Bawah Naungan Pondok Pesantren Nurul Hikmah Asuhan Dr. H. Khollilurrohman, MA

Pemesanan buku klik link berikut : https://wa.me/6287878023938

LIHAT KATALOG BUKU PADA PROFIL NOMOR WHATSAPP INI
Dalam al-Qur’an Allah berfirman:


فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ (محمد: 19)


_*“Maka ketahuilah (wahai Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mintalah ampun bagi dosamu juga bagi seluruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”*_. (QS. Muhammad: 19).

Dalam ayat ini Allah mendahulukan perintah mengenal tauhid di atas perintah istighfâr. Hal ini dikarenakan bahwa mengenal Ilmu Tauhid terkait dengan Ilmu Ushul yang merupakan dasar atau pokok-pokok agama, yang karenanya harus didahulukan, sementara mengucapkan istighfâr terkait dengan Ilmu Furu’ atau cabang-cabang agama. Tentunya tidak dibenarkan bagi siapapun untuk melakukan istighfâr atau melakukan kesalehan lainnya dari amalan-amalan furû’ jika ia tidak mengetahui Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushul, karena bila demikian maka berarti ia melakukan kesalehan dan beribadah kepada Tuhan-nya yang ia sendiri tidak mengenal siapa Tuhan-nya tersebut. Oleh karena itu dalam banyak ayat al-Qur’an Allah telah memerintahkan manusia untuk mempergunakan akalnya dalam melihat keagungan penciptaan-Nya hingga dapat mengenal tanda-tanda kekuasaan dan sifat-sifat-Nya. Seperti dalam firman-Nya:


أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (الأعراف: 185)


_*“Tidakkah mereka melihat pada kerajaan langit-langit dan bumi?!”*_ (QS. al-A’raf: 185).


Dalam ayat lain Allah berfirman:

سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ (فصلت: 53)

_*“Akan Kami perlihatkan kepada mereka akan tanda-tanda kekuasaan Kami di segala upuk juga tanda-tanda kekuasaan Kami pada diri mereka hingga menjadi jelas bahwa Dia Allah adalah al-Haq”*_. (QS. Fushilat: 53).

-------------

*Nurul Hikmah Press*
_al-Asy'ari asy-Syafi'i ar-Rifa'i al-Qadiri_

Pemesanan Buku Chat WhatsApp Admin >>> +6287878023938

https://www.facebook.com/marketplace/shops/item/2461301437293600/?referral_story_type=shop_pdp_share_deep_link&referral_code=shops_pdp_share
📢📢📢 *MENGUNGKAP KERANCUAN PEMBAGIAN TAUHID KEPADA ULUHIYYAH RUBUBIYYAH DAN AL-ASMA WA ASH-SHIFAT*

Download dan sebarluaskan file pdf buku karya Dr. H. Kholilurrohman, MA tersebut! Jangan lupa sebarluaskan, semoga bermanfaat 👇🏻

...


Bagi yang berminat untuk memiliki buku tersebut dalam bentuk cetak, silahkan chat WhatsApp kami.

*Nurul Hikmah Press*
Click link >>> https://wa.me/6287878023938
...
Kedua orang tua Rasulullah meninggal dalam keadaan tidak mendapati dakwah Islam, karena keduanya hidup di masa Jahiliyyah yang saat itu seakan telah menutupi setiap pelosok bumi. Dapat dikatakan bahwa pada masa Jahiliyyah itu tidak ada seorangpun yang mendapati seruan Islam. Selain itu, kedua orang tua Rasulullah, baik ayahandanya maupun ibundanya, wafat dalam umur yang sangat muda. al-Hafizh Shalahuddin al-‘Ala-i mengatakan dengan dasar riwayat sahih bahwa ayahanda Rasulullah wafat pada umur 18 tahum, sementara ibunda Rasulullah wafat pada sekitar umur 20 tahun. Tentunya umur yang sangat pendek ini, --di mana di antara tanda seseorang menjadi mukallaf [memiliki beban syari’at] adalah setelah ia baligh-- tidak sangat luas untuk dimintai pertanggungjawaban. Lalu orang yang tidak sampai kepadanya dakwah Islam maka dia bukan seorang mukallaf, dan jika ia meninggal dalam keadaan demikian maka dia digolongkan dari orang-orang yang selamat dari neraka, dan akan masuk surga di akhirat kelak.

Dalam ketetapan ini al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi dalam as-Subul al-Jaliyyah menuliskan: 

“Ini adalah pendapat madzhab kita [Ahlussunnah; Asy’ariyyah Syafi’iyyah]. Tidak ada perbedaan pendapat di antara para imam kita; ulama Syafi’iyyah dalam fiqh dan Asy’ariyyah dalam akidah. Bahkan Imam Syafi’i sendiri telah menetapkan demikian dalam kitab al-Umm dan kitab al-Mukhtashar. Pendapat beliau ini diikuti oleh Ash-hab asy-Syafi’i, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang menyalahi ketetapan ini. Mereka berdalil dalam pendapat ini dengan banyak ayat-ayat al-Qur’an, di antaranya firman Allah: 

وَمَاكُنَّا مُعَذَّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً (سورة الإسراء: 15)

*“Dan tidaklah Kami (Allah) memberikan siksa hingga Kami mengutus seorang Rasul”* (QS. Al-Isra: 15). 

------------

*Download dan sebarluaskan file pdf buku karya Dr. H. Kholilurrohman, MA. Bagi yang berminat untuk memiliki buku tersebut dalam bentuk cetak, silahkan chat WhatsApp kami untuk informasi lebih lanjut*

*Nurul Hikmah Press*
Click link >>> https://wa.me/6287878023938

👇👇
...bahwa riwayat Hadits al-Jariyah yang mempergunakan redaksi *“Aina Allah?”*, adalah riwayat yang menyalahi dasar-dasar akidah, karena di antara dasar akidah untuk menghukumi seseorang dengan keislamannya bukan dengan mengatakan *“Allah Fi as-Sama’”*. Tidak pernah dan tidak dibenarkan jika ada seorang kafir yang hendak masuk Islam diambil ikrar darinya bahwa Allah berada di langit. Karena perkataan semacam ini jelas bukan merupakan kalimat tauhid. Sebaliknya kata “Allah Fi as-sama’” adalah kalimat yang biasa dipakai oleh orang-orang kafir dalam menetapkan keyakinan mereka. Akan tetapi *tolak dasar yang dibenarkan dalam syari’at Allah untuk menghukumi keimanan seseorang adalah apa bila ia bersaksi dengan dua kalimat syahadat.*

Rasulullah bersabda:

أُمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النّاسَ حَتّى يَشْهَدُوا أنْ لاَ إلهَ إلاّ اللهُ وَأنّي رَسُوْلُ الله (رواه البخاري وغيره)

_*“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah”*_

https://play.google.com/store/books/details?id=lZeiDwAAQBAJ

-----------

Baca selengkapnya di ebook berjudul *"Penjelasan Hadits Budak Perempuan Hitam"* di bawah ini. Download dan share sebanyaknya!!

👇👇

*Tersedia dalam bentuk buku cetak* ‼️

Bagi yang berminat untuk memiliki silahkan WahatsApp admin, click link >>> https://wa.me/6287878023938
Dasar-dasar iman yang enam ini wajib di ketahui oleh setiap mukallaf. Seorang mukallaf ialah yang baligh, berakal dan telah mendengar bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dasar-dasar iman yang enam ini adalah bagian dari ‘Ilmuddin al-Dharury; artinya termasuk pokok-pokok agama yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf. Pondasi akidah Islam yang paling mendasar adalah Ma’rifatullah (mengenal Allah) dan Ma’rifatu Rasulih (mengenal rasul-Nya). Ma’rifatullah adalah mengetahui bahwa Allah Maujud (Maha Ada) dan tidak ada permulaan bagi-Nya. Allah berfirman:

أفِي الله شكٌّ (ابراهيم : ١١)

*“Adakah keraguan tentang (adanya) Allah?!”*. (QS. Ibrahim: 11)

Ayat di atas berupa pertanyaan yang mengandung arti bahwa tidak ada keraguan tentang adanya Allah. Dalam ayat lain Allah berfirman:

هُوَ الأوَّلُ (الحديد : ٤)

*“(Hanyalah) Dia (Allah) al-Awwal (yang tidak ada permulaan bagi-Nya)”*. (QS. Al-Hadid: 4)

----------

Download dan sebarluaskan ebook berjudul

*PENJELASAN HADITS JIBRIL MEMAHAMI PONDASI IMAN YANG ENAM*

Penyusun: Dr. H. Kholilurrohman, MA

👇👇

Tersedia dalam bentuk buku cetak, bagi yang berminat silahkan chat WhatsApp admin, click link >>> https://wa.me/6287878023938
💯% *Halal*‼️

Untuk didownload dan disebarluaskan. Ebook:

*SIAPAKAH AHLUSSUNNNAH WAL JAMA'AH SEBENARNYA?*

KLIK link untuk download >>> https://nurulhikmah.ponpes.id/ebooksawjs/

Ajak teman-teman atau saudara-saudara untuk bergabung di WhatsApp Grup *Tawhid Corner* Asuhan Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA. Semoga memperoleh manfaat dari WhatsApp Grup tersebut, aamiin.

Salaam,
*Tim Admin*

Info Buku Cetak: https://wa.me/6287878023938 *(Nurul Hikmah Press - Fauzi)*
💯% *Halal*

Untuk didownload dan disebarluaskan. Ebook:

*MEMAHAMI MAKNA BID'AH SECARA KOMPREHENSIF*

KLIK link untuk download >>> https://nurulhikmah.ponpes.id/ebookmmbsk/

Ajak teman-teman atau saudara-saudara untuk bergabung di WhatsApp Grup *Tawhid Corner* Asuhan Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA. Semoga memperoleh manfaat dari WhatsApp Grup ini, aamiin.

Salaam,
*Tim Admin*

Info Buku Cetak: https://wa.me/6287878023938 *(Nurul Hikmah Press - Fauzi)*
💯% *Halal*

Untuk didownload dan disebarluaskan. Ebook:

*AQIDAH IMAM EMPAT MADZHAB; MENJELASKAN TAFSIR ISTAWA DAN KESUCIAN ALLAH DARI TEMPAT DAN ARAH*

KLIK link untuk download >>> https://nurulhikmah.ponpes.id/ebookaiem/

Ajak teman-teman atau saudara-saudara untuk bergabung di WhatsApp Grup *Tawhid Corner* Asuhan Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA. Semoga memperoleh manfaat dari WhatsApp Grup tersebut, aamiin.

Salaam,
*Tim Admin*

Info Buku Cetak: https://wa.me/6287878023938 *(Nurul Hikmah Press - Fauzi)*

----------

*Video Ta'lim Bersama Ustadz Kholil Abou Fateh:*
https://www.youtube.com/c/ustadzkholilaboufateh

*Catatan Theology Aqidah Ahlussunnnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah:*
https://www.facebook.com/allahadatanpatempatdantanpaarah
💯% *Halal*

Untuk didownload dan disebarluaskan. Ebook:

*MENGENAL TASAWUF RASULULLAH*

KLIK link untuk download >>> https://nurulhikmah.ponpes.id/ebookmtr/

Ajak teman-teman atau saudara-saudara untuk bergabung di WhatsApp Grup *Tawhid Corner* Asuhan Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA. Semoga memperoleh manfaat dari WhatsApp Grup tersebut, aamiin.

Salaam,
*Tim Admin*

Info Buku Cetak: https://wa.me/6287878023938 *(Nurul Hikmah Press - Fauzi)*