Tauhid Corner
553 subscribers
90 photos
38 videos
6 files
770 links
Catatan Teologi Islam Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah

https://linktr.ee/tauhidcorner
Download Telegram
Sangat penting; penjelasan Kaedah-kaedah dalam menetapkan kekufuran.

Kajian Tauhid bersama ust. Dr. H. Kholilurrohman, MA

Simak, like, subscribe, dan share. Semoga bermanfaat
https://youtu.be/oDpMYILi00E
🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶
*Penjelasan Kesesatan Aqidah Hulul Dan Wahdahtul Wujud | Oleh Dr. H. Kholilurrohman, MA*
🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶

Dalam tinjauan al-Hafiszh as-Suyuthi, keyakinan hulul, ittihad atau wahdatul wujud secara hitoris awal mulanya berasal dari kaum Nasrani. Mereka meyakini bahwa Tuhan menyatu dengan nabi Isa, dalam pendapat mereka yang lain menyatu dengan nabi Isa dan ibunya; Maryam sekaligus. Hulul dan wahdatul wujud ini sama sekali bukan berasal dari ajaran Islam. Bila kemudian ada beberapa orang yang mengaku sufi meyakini dua aqidah tersebut atau salah satunya, jelas ia seorang sufi gadungan. Para ulama, baik ulama Salaf maupun Khalaf dan kaum sufi sejati dan hingga sekarang telah sepakat dan terus memerangi dua aqidah tersebut. (Lihat as-Suyuthi, al-Hâwî Li al-Fatâwî, j. 2, hlm. 130, pembahasan lebih luas tentang keyakinan kaum Nasrani dalam teori hulul dan Ittihad lihat as-Syahrastani, al-Milal Wa al-Nihal, hlm. 178-183).
Imam al-Hâfizh Jalaluddin as-Suyuthi menilai bahwa seorang yang berkeyakinan hulul atau wahdatul wujud jauh lebih buruk dari pada keyakinan kaum Nasrani. Karena bila dalam keyakinan Nasrani Tuhan meyatu dengan nabi Isa atau dengan Maryam sekaligus (yang mereka sebut dengan doktrin trinitas), maka dalam keyakinan hulul dan wahdatul wujud Tuhan menyatu dengan manusia-manusia tertentu, atau menyatu dengan setiap komponen dari alam ini. Demikian pula dalam penilaian Imam al-Ghazali, jauh sebelum as-Suyuthi, beliau sudah membahas secara gamblang kesesasatan dua aqidah ini. Dalam pandangan beliau, teori yang diyakini kaum Nasrani bahwa al-lâhût (Tuhan) menyatu dengan al-nâsût (makhluk), yang kemudian diadopsi oleh faham hulul dan ittihad adalah kesesatan dan kekufuran. Di antara karya al-Ghazali yang cukup komprehensif dalam penjelasan kesesatan faham hulul dan ittihad adalah al-Munqidz Min adl-Dlalâl dan al-Maqshad al-Asnâ Fî Syarh Asmâ’ Allah al-Husnâ. Dalam dua buku ini beliau telah menyerang habis faham-faham kaum sufi gadungan yang berkeyakinan dua aqidah sesat di atas. Termasuk juga dalam karya fenomenalnya; Ihyâ ‘Ulumiddîn. Imam al-Haramain dalam kitab al-Irsyâd juga menjelaskan bahwa keyakinan ittihad berasal dari kaum Nasrani. Kaum Nasrani berpendapat bahwa ittihad hanya terjadi hanya pada nabi Isa, tidak pada nabi-nabi yang lain. Kemudian tentang teori hulul dan ittihad ini kaum Nasrani sendiri berbeda pendapat, sebagain dari mereka menyatakan bahwa yang menyatu dengan tubuh nabi Isa adalah sifat-sifat ketuhanan. Pendapat lainnya mengatakan bahwa dzat tuhan menyatu yaitu dengan melebur pada tubuh nabi Isa laksana air yang bercampur dengan susu. Selain ini ada pendapat-pendapat mereka lainnya. Semua pendapat mereka tersebut secara garis besar memiliki pemahaman yang sama, yaitu pengertian kesatuan (hulul dan ittihad). Dan semua faham-faham tersebut diyakini secara pasti oleh para ulama Islam sebagai kesesatan. (Lihat as-Suyuthi, al-Hâwî, j. 2, hlm. 130, mengutip dari Imam al-Haramain dalam al-Irsyâd).
Imam al-Fakh ar-Razi dalam kitab al-Mahshal Fî Ushûliddîn, menuliskan sebagai berikut: “Sang Pencipta (Allah) tidak menyatu dengan lain-Nya. Karena bila ada sesuatu bersatu dengan sesuatu yang lain maka berarti sesuatu tersebut menjadi dua, bukan lagi satu. Lalu jika keduanya tidak ada atau menjadi hilang (ma’dûm) maka keduanya berarti tidak bersatu. Demikian pula bila salah satunya tidak ada (ma’dûm) dan satu lainnya ada (maujûd) maka berarti keduanya tidak bersatu, karena yang ma’dûm tidak mungkin bersatu dengan yang maujûd” (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, hlm. 130, mengutip dari al-Fakh ar-Razi dalam al-Mahshal Fi Ushûl al-Dîn). Al-Qâdlî Iyadl dalam kitab asy-Syifâ Bi Ta’rif Huqûq al-Musthafâ, j. 2,hlm. 236, menyatakan bahwa seluruh orang Islam telah sepakat dalam meyakini kesesatan aqidah hulul dan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah menyatu dengan tubuh manusia.
Keyakinan-keyakinan semacam ini, dalam tinjauan al-Qâdlî Iyadl tidak lain hanya datang dari orang-orang sufi gadungan, kaum Bathiniyyah, Qaramithah, dan kaum Nasrani. D
alam kitab tersebut al-Qâdlî Iyadl menuliskan: “Seorang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, atau berkeyakinan bahwa Allah adalah benda, maka dia tidak mengenal Allah (kafir) seperti orang-orang Yahudi. Demikian pula telah menjadi kafir orang yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya (hulul), atau bahwa Allah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain seperti keyakinan kaum Nasrani” (asy-Syifâ, j. 2, hlm. 236). Imam Taqiyyuddin Abu Bakr al-Hishni dalam Kifâyah al-Akhyâr, j. 1, hlm. 198, mengatakan bahwa kekufuran seorang yang berkeyakinan hulul dan wahdatul wujud lebih buruk dari pada kekufuran orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Kaum Yahudi menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa ‘Uzair sebagai anak-Nya. Kaum Nasrani menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Isa dan Maryam sebagai tuhan anak dan tuhan Ibu; yang oleh mereka disebut dengan doktrin trinitas. Sementara pengikut aqidah hulul dan wahdatul wujud meyakini bahwa Allah menyatu dengan dzat-dzat makhluk-Nya. Artinya dibanding Yahudi dan Nasrani, pemeluk aqidah hulul dan wahdatul wujud memiliki lebih banyak tuhan; tidak hanya satu atau dua saja, karena mereka menganggap bahwa setiap komponen dari alam ini merupakan bagian dari Dzat Allah, Na’udzu Billâh. Imam al-Hishni menyatakan bahwa siapapun yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memerangi aqidah hulul dan aqidah wahdatul wujud maka ia memiliki kewajiban untuk mengingkarinya dan menjauhkan orang-orang Islam dari kesesatan-kesesatan dua aqidah tersebut. Imam as-Sayyid Ahmad ar-Rifa’i al-Kabir, perintis tarekat ar-Rifa’iyyah, di antara wasiat yang disampaikan kepada para muridnya adalah sebagai berikut: “Majelis kita ini suatu saat akan berakhir, maka yang hadir di sini hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir bahwa barang siapa yang membuat bid’ah di jalan ini, merintis sesuatu yang baru yang menyalahi ajaran agama, berkata-kata dengan wahdatul wujud, berdusta dengan keangkuhannya kepada para makhluk Allah, sengaja berkata-kata syathahât, melucu dengan kalimat-kalimat tidak dipahaminya yang dikutip dari kaum sufi, merasa senang dengan kedustaannya, berkhalwat dengan perempuan asing tanpa hajat yang dibenarkan syari’at, tertuju pandangannya kepada kehormatan kaum muslimin dan harta-harta mereka, membuat permusuhan antara para wali Allah, membenci orang muslim tanpa alasan yang dibenarkan syari’at, menolong orang yang zhalim, menghinakan orang yang dizhalimi, mendustakan orang yang jujur, membenarkan orang yang dusta, berprilaku dan berkata-kata seperti orang-orang yang bodoh, maka saya terbebas dari orang semacam ini di dunia dan di akhirat”. (Lihat Sawâd al-‘Aynain Fî Manâqib Abî al-‘Alamayn karya Imam as-Suyuthi). Al-Qâdlî Abu al-Hasan al-Mawardi mengatakan bahwa seorang yang berpendapat hulul dan ittihad bukan seorang muslim yang beriman dengan syari’at Allah. Seorang yang berkeyakinan hulul ini tidak akan memberikan manfa’at pada dirinya sekalipun ia berkoar membicakaran aqidah tanzih. Karena seorang yang mengaku Ahl at-Tanzîh namun ia meyakini aqidah hulul atau ittihad adalah seorang mulhid (kafir). Dalam tinjauan al-Mawardi, bukan suatu yang logis bila seseorang mengaku ahli tauhid sementara itu ia berkeyakinan bahwa Allah menyatu pada raga manusia. Sama halnya pengertian bersatu di sini antara sifat-sifat tuhan dengan sifat-sifat manusia, atau dalam pengartian melebur antara dua dzat; Dzat Allah dengan dzat makhluk-Nya. Karena bila demikian maka berarti tuhan memiliki bagian - bagian, permulaan dan penghabisan, serta memiliki sifat-sifat makhluk lainnya (al-Hâwî, j. 2, hlm. 132). Al-Hâfizh as-Suyuthi dalam kutipannya dari kitab Mi’yâr al-Murîdîn, berkata: “Ketahuilah bahwa asal kemunculan kelompok sesat dari orang-orang yang berkeyakinan ittihad dan hulul adalah akibat dari kedangkalan pemahaman mereka terhadap pokok-pokok keyakinan (al-Ushûl) dan cabang-cabangnya (al-Furû’). Dalam pada ini telah banyak atsar yang membicarakan untuk menghindari seorang ahli ibadah (‘Âbid) yang bodoh. Seorang yang tidak berilmu tidak akan mendapatkan apapun dari apa ya
ng ia perbuatnya, dan orang semacam ini tidak akan berguna untuk melakukan sulûk” (al-Hâwî, j. ;2, hlm. 133). Seorang sufi kenamaan, Imam Sahl ibn Abdullah at-Tustari, berkata: “Dalil atas kesesatan faham kasatuan (ittihad) antara manusia dengan Tuhan adalah karena bersatunya dua dzat itu sesuatu yang mustahil. Dua dzat manusia saja, misalkan, tidak mungkin dapat disatukan karena adanya perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Terlebih lagi antara manusia dengan Tuhan, sangat mustahil. Karena itu keyakinan ittihad adalah sesuatu yang batil dan mustahil, ia tertolak secara syara’ juga secara logika. Oleh karenanya kesesatan aqidah ini telah disepakati oleh para nabi, para wali, kaum sufi, para ulama dan seluruh orang Islam. Keyakinan ittihad ini sama sekali bukan keyakinan kaum sufi. Keyakinan ia datang dari mereka yang tidak memahami urusan agama dengan benar, yaitu mereka yang menyerupakan dirinya dengan kaum Nasrani yang meyakini bahwa al-nasut (nabi Isa) menyatu dengan al-lahut (Tuhan)” (al-Hâwî, j. 2, h.134). Dalam tinjauan Imam al-Ghazali, dasar keyakinan hulul dan ittihad adalah sesuatu yang tidak logis. Kesatuan antara Tuhan dengan hamba-Nya, dengan cara apapun adalah sesuatu yang mustahil, baik kesatuan antara dzat dengan dzat, maupun kesatuan antara dzat dengan sifat. Dalam pembahasan tentang sifat-sifat Allah, al-Ghazali menyatakan memang ada beberapa nama pada hak Allah yang secara lafazh juga dipergunakan pada makhluk. Namun hal ini hanya keserupaan dalam lafazhnya saja, adapun secara makna jelas berbeda. Sifat Hayât (hidup), misalkan, walaupun dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia, namun makna masing-masing sifat tersebut berbeda. Sifat hayat pada hak Allah bukan dengan ruh, tubuh, darah, daging, makanan, minuman dan lainnya. Sifat hayat Allah tidak seperti sifat hayat pada manusia. Imam al-Ghazali menuliskan bahwa manusia diperintah untuk berusaha meningkatkan sifat-sifat yang ada pada dirinya supaya mencapai kesempurnaan. Namun demikian bukan berarti bila ia telah sempurna maka akan memiliki sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Hal ini sangat mustahil dengan melihat kepada beberapa alasan berikut; Pertama; Mustahil sifat-sifat Allah yang Qadîm (tidak bermula) berpindah kepada dzat manusia yang hâdits (Baru), sebagaimana halnya mustahil seorang hamba menjadi Tuhan karena perbedaan sifat-sifat dia dengan Tuhan-nya. Kedua; Sebagaimana halnya bahwa sifat-sifat Allah mustahil berpindah kepada hamba-Nya, demikian pula mustahil dzat Allah menyatu dengan dzat hamba-hamba-Nya. Dengan demikian maka pengertian bahwa seorang manusia telah sampai pada sifat-sifat sempurna adalah dalam pengertian kesempurnaan sifat-sifat manusia itu sendiri. Bukan dalam pengertian bahwa manusia tersebut memiliki sifat-sifat Allah atau bahwa dzat Allah menyatu dengan manusia tersebut (hulul dan ittihad). (Lihat al-Ghazali, al-Maqshad al-Asnâ, hlm. 134-139). Oleh karena itu ungkapan-ungkapan buruk semacam; “hendaklah engkau bersifat seperti sifat-sifat Allah”, atau “hendaklah engkau berakhlak separti akhlak Allah” adalah ungkapan yang wajib kita hindari. Karena sama sekali tidak ada keserupaan antara sifat yang ada pada makluk dengan sifat-sifat Allah. Al-’Ârif Billâh al-‘Allâmah Abu al-Huda ash-Shayyadi dalam kitab al-Kawkab al-Durry Fi Syarh Bait al-Quthb al-Kabir, hlm. 11-12, berkata: “Barang siapa berkata: “Saya adalah Allah”, atau berkata: “Tidak ada yang wujud di alam ini kecuali Allah”, atau berkata: “Tidak ada yang ada kecuali Allah”, atau berkata: “Segala sesuatu ini adalah Allah”, atau semacam ungkapan-ungkapan tersebut, jika orang ini berakal, dan dalam keadaan sadar (shâhî), serta dalam keadaan mukallaf maka ia telah menjadi kafir. Tentang kekufuran orang semacam ini tidak ada perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam. Keyakinan tersebut telah jelas-jelas menyalahi al-Qur’an. Karena dengan meyakini bahwa segala sesuatu adalah Allah berarti ia telah menafikan perbedaan antara Pencipta (Khâliq) dan makhluk, menafikan perbedaan antara rasul dan umatnya yang menjadi obyek dakwah, serta menafikan perbedaan surga da
n neraka. Keyakinan semacam ini jelas lebih buruk dari mereka yang berkeyakinan hulul dan ittihad. Dasar mereka yang beraqidah hulul atau ittihad meyakini bahwa Allah meyatu dengan nabi Isa. Sementara yang berkeyakinan segala sesuatu adalah Allah, berarti ia menuhankan segala sesuatu dari makhluk Allah ini, termasuk makhluk-makhluk yang najis dan yang menjijikan. Sebagian mereka yang berkeyakinan buruk ini bahkan berkata:
(قيل) وَمَا الكَلْبُ وَالخِنْزِيْرُ إلا إلَهُنَا # وَمَا الله إلا رَاهِبٌ فِي كَنِيْسَةٍ

“Tidaklah anjing dan babi kecuali sebagai tuhan kita, sementara Allah tidak lain adalah rahib yang ada di gereja”.

Ini jelas merupakan kekufuran yang sangat mengerikan dan membuat merinding tubuh mereka yang takut kepada Allah. Adapun jika seorang yang berkata-kata semacam demikian itu dalam keadaan hilang akal dan hilang perasaannya (jadzab) sehingga ia berada di luar kesadarannya maka ia tidak menjadi kafir. Karena bila demikian maka berarti ia telah keluar dari ikatan taklif, dan dengan begitu ia tidak dikenakan hukuman. Namun demikian orang semacam itu mutlak tidak boleh diikuti. Tidak diragukan bahwa kata-kata semacam di atas menyebabkan murka Allah dan rasul-Nya. Ketahuilah bahwa kaum Yang Haq adalah mereka yang tidak melenceng sedikitpun, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, dari ketentuan syari’at. Cukuplah bagi seseorang untuk memegang teguh syari’at, dan cukuplah Rasulullah sebagai pembawa syari’at adalah sebaik-baiknya Imam dan teladan yang harus diikuti”. Dalam al-Luma’, hlm. 541-542, Imam as-Sarraj membuat satu sub judul dengan nama “Bâb Fî Dzikr Ghalath al-Hulûliyyah” (Bab dalam menjelaskan kesesatan kaum Hululiyyah). Beliau menjelaskan bahwa orang-orang yang beraqidah hulul adalah orang yang tidak memahami bahwa sebenarnya sesuatu dapat dikatakan bersatu dengan sesuatu yang lain maka mestilah keduanya sama-sama satu jenis. Padahal Allah tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada suatu apapun yang menyerupai-Nya. Kesesatan kaum hulul ini sangat jelas, mereka tidak membedakan antara sifat-sifat al-Haq (Allah) dengan sifat al-Khalq (makhluk). Bagaimana mungkin Dzat Allah menyatu dengan hati atau raga manusia?! Yang menyatu dengan hati dan menetap di dalamnya adalah keimanan kepada-Nya, menyakini kebenaran-Nya, mentauhidkan-Nya dan ma’rifah kepada-Nya. Sesungguhnya hati itu adalah makhluk, maka bagaimana mungkin Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya akan bersatu dengan hati manusia yang notabene makhluk-Nya sendiri?! Allah maha Suci dari pada itu semua. Dari pernyataan para ulama sufi di atas tentang aqidah hulul dan wahdatul wujud dapat kita tarik kesimpulan bahwa kedua aqidah ini sama sekali bukan merupakan dasar aqidah kaum sufi dan bukan merupakan bagian dari aqidah Islam.

_Wa Allâh A’lam Bi ash-Shawâb. Wa al-Hamdu Lillâh Rabb al-‘Âlamîn_

⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️

Download dan share! Ebook gratis berjudul "Untaian Mutiara Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah | Dr. H. Kholilurrohman, MA" Klik link di bawah >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=F5JUDwAAQBAJ



🎦 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH*
*Kisah Nyata Cerita Penting [Ahli Ma’rifat Adalah Ahli Tauhid] | Oleh : Dr. H. Kholilurrohman, MA*

Cerita ini dikutip oleh para ulama kita, di antaranya oleh Syaikh Abd al-Wahhab asy-Sya’rani dalam ath-Thabaqat al-Kubra, Syaikh Yusuf Isma’il an-Nabhani dalam Jami’ Karamat al-Awliya’, Ibn al-Imad al-Hanbali dalam Syadzrat adz-Dzahab Fi Akhbari Man Dzahab, dan lainnya. Bahwa suatu ketika Wali Allah yang sangat saleh; Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani dalam khalwat-nya didatangi Iblis yang menyerupai sinar sangat indah, Iblis berkata:

_“Wahai Abd al-Qadir, Aku adalah Allah, seluruh kewajiban telah aku gugurkan darimu, dan segala yang haram telah aku halalkan bagimu. Maka berbuatlah sesukamu, karena seluruh dosa-dosamu telah aku ampuni….”._

Saat itu pula Syaikh Abd al-Qadir manjawab:

_“Khasi’ta ya Iblis… Khasi’ta ya la’in… (Kurang ajar engkau wajai Iblis.. Kurang ajar engkau wahai makhluk terkutuk..)”._

Iblis kemudian mengaku bahwa dirinya adalah Iblis, ia berkata:

_“Wahai Abd al-Qadir, engkau telah mengalahkanku dengan ilmumu, padahal dengan cara ini aku telah menyesatkan 70 orang lebih ahli ibadah (yang tidak berilmu)…”._

Dari kisah nyata ini para ulama kita menuliskan catatan penting, sebagai berikut:

*Syaikh Abd al-Qadir tahu bahwa yang datang tersebut adalah Iblis, karena Iblis menyerupai sinar*. Padahal Allah bukan sinar. Allah yang menciptakan segala sinar, maka Allah tidak sama dengan ciptaan-Nya tersebut. Adapun nama Allah (dalam al-Asma’ al-Husna) “an-Nur”, bukan artinya bahwa Allah sebagai cahaya, tetapi artinya “Yang Maha memberi petunjuk”, sebagaimana telah dijelaskan oleh sahabat Abdullah ibn Abbas dalam penafsiran beliau terhadap firman Allah: “Allahu Nur as-Samawati…”.

*Bahwa yang datang tersebut Iblis, adalah karena ia berkata bahwa segala kewajiban telah digugurkan, dan segala yang diharamkan telah ia halalkan*. Jalas, klaim semacam ini bukan dari syari’at Allah dan rasul-Nya, karena seseorang, setinggi apapun derajatnya, tidak akan pernah gugur darinya kewajiban shalat 5 waktu, puasa ramadan, juga tidak akan pernah menjadi halal baginya untuk berzina, mencuri, membunuh, dan perkara haram lainnya. Dengan demikian bila ada yang mengaku dirinya “wali”, sementara ia meninggalkan kewajiban2, atau mengerjakan perkara2 haram, maka ia bukan wali Allah , tapi wali Iblis.

*Bahwa yang datang tersebut Iblis, karena ia berkata-kata dengan huruf, suara, dan bahasa*. Padahal sifat Kalam Allah bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa, karena bila demikian maka Allah sama dengan makhluk-Nya. Adapun kitab al-Qur’an; dalam bentuk tulisan-tulisan Arab, huruf-huruf, dibaca dengan lidah dan suara, ditulis di atas lembaran-lembaran, maka itu adalah UNGKAPAN (‘Ibarah) dari Kalam Dzat Allah. (lebih jelas baca tentang “al-Qur’an Kalam Allah”).

*Bahwa yang datang tersebut Iblis, karena Iblis berada di tempat syaikh Abd al-Qadir*. Padahal Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, karena Allah bukan benda yang memiliki bentuk dan ukuran. Allah bukan benda yang dapat disentuh tangan (bukan Hajm Katsif; seperti manusia, tanah, tumbuhan, dll), dan Allah bukan benda yang tidak dapat disentuh dengan tangan (bukan Hajm Lathif; seperti cahaya, udara, ruh, dll). Allah yang menciptakan Hajm Katsif dan Hajm lathif, maka Allah bukan sebagai hajm (benda). Dan oleh karena Allah bukan benda maka Dia tidak boleh disifati dengan sifat-sifat benda, seperti bergerak, turun, naik, memiliki tempat, memiliki arah, dan lainnya. Karena setiap benda dan sifat-sifatnya adalah makhluk Allah, dan Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Oleh karenanya, ulama kita sepakat bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah.

Amir al-Mu’minin Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya- berkata:

*كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَان*

*“Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat”*

_(Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333)._

🔹🔶🔶🔹🔶🔶🔹🔶🔶🔹🔶🔶🔹

Download dan s
hare! Buku ebook “Mengenal Tasawuf Rasulullah” >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=jsJhDwAAQBAJ



🎦 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur’an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH*
*A’ZHAM HUQUQILLAH ‘ALA ‘IBAADIHI (Hak Allah yang paling Agung atas para hamba-Nya) | Oleh : Dr. H. Kholilurrohman, MA*

🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶🔶🔹🔹🔶🔹🔹🔶

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:

حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا / رواه الشيخان

Maknanya:

_“Hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”_ (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa hak Allah yang paling agung atas para hamba-Nya adalah agar mereka men-tauhid-kan-Nya; menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya (Syirik) dengan sesuatu-pun.

*Tauhidالتوحيد adalah mashdar dari وحد يوحد : mengesakan. Jika dikatakan وحدت الله maksudnya adalah اعتقدته منفردا بذاته وصفاته لا نظيـر له ولا شبيه ; engkau meyakini bahwa Allah esa pada Dzat dan sifat-sifat-Nya, tidak ada bandingan dan serupa bagi-Nya atau علمتـه واحدا ; engkau mengetahui-Nya esa. Tauhid juga diartikan sebagai الإيمـان بالله وحـده لا شريك له ; beriman kepada Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya dalam ketuhanan*.

Jadi beriman kepada Allah dengan cara yang benar itulah yang dinamakan tauhid. Karenanya pengajaran tentang beriman kepada Allah dengan cara yang benar menjadi prioritas Ta’lim Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, sebagaimana dikatakan sahabat Ibn ‘Umar dan sahabat Jundub:

كُنَّا وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ تَعَلّمْنَا الإيْمَانَ وَلَمْ نَتَعَلّمِ القرْءَانَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا القُرْءَانَ فَازْدَدْنَا بِهِ إيْمَانًا / رَوَاهُ ابن ماجه وصححه الحافظ البُوْصِيْرِيّ

Maknanya:

_“Kami –selagi remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka bertambahlah keimanan kami”._
(H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafizh al-Bushiri).

*Abu Hanifah* menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Ini artinya mempelajari ilmu ini harus lebih didahulukan dari mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu ini baru disusul dengan ilmu-ilmu yang lain.

Definisi Tauhid Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan:

وأما أهل السنة ففسروا التوحيد بنفي التشبيه والتعطيل

_“Sedangkan Ahlussunnah menafsirkan bahwa tauhid adalah menafikan tasybih (keyakinan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dan ta’thil (keyakinan yang menafikan adanya Allah atau salah satu sifat-Nya)”._

*Jadi, tauhid dalam penafsiran Ahlussunnah adalah meyakini bahwa Allah ada dan memiliki sifat-sifat yang tidak menyerupai sifat-sifat makhluk-Nya, Allah esa pada Dzat, sifat dan perbuatan-Nya.* Imam al Junaid al Baghdadi berkata:

التوحيد إفراد القديم من المحدث / رواه الخطيب البغدادي وغيـره

_"Tauhid adalah mensucikan (Allah) yang tidak mempunyai permulaan dari menyerupai makhluk-Nya”_
(diriwayatkan oleh al Hafizh al Khathib al Baghdadi)

Dan inilah makna nama Allah al Ahad dan al Wahid. Al Imam al Halimi mengatakan:

الأحد هو الذي لا شبيه له ولا نظيـر ، كما أن الواحد هو الذي لا شريك له ولا عديد

_"Al Ahad ialah yang tiada serupa dan bandingan bagi-Nya, sebagaimana al Wahid maknanya adalah yang tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang menduai –Nya (dalam ketuhanan)"._

Imam Abu Hanifah berkata:

والله واحد لا من طريق العدد ولكن من طريق أنه لاشريك له

_“Allah satu bukan dari segi bilangan tetapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya”._

*Al Ahad juga ditafsirkan yaitu yang tidak menerima pembagian, yakni bukan jisim karena secara akal jisim (benda) bisa dibagi-bagi, sedangkan Allah bukanlah jisim.* Allah berfirman ketika mencela orang-orang kafir:

وجعلوا له من عباده جزءا / سورة الزخرف : 15

Maknanya:
_“Dan mereka (orang-orang kafir) menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian dari pada-Nya”_
(Q.S. az-Zukhruf : 15)

Al Imam Abu Hasan al Asy’ari berkata dalam kitab an-Nawadir :

من اعتقد أن الله جسم فهو غير عارف بربه وإنه كافر به

_“Barang siapa yang meyakini bahwa Allah adalah jisim maka dia tidak tahu tentang tuhannya dan sesungguhnya dia kafir terhadap-nya”._

Ini semua adalah bantahan terhadap orang-orang yang membagi tauhid menjadi tiga macam
; Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid al Asma’ wa ash-Shifat. Pembagian tauhid yang digagas oleh Ibnu Taimiyah dan diikuti oleh para pengikutnya ini menyalahi Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Maksud dan tujuan dari pembagian ini adalah untuk mengkafirkan orang-orang mukmin yang bertawassul dengan para nabi dan orang-orang shalih, mengkafirkan orang-orang mukmin yang mentakwil ayat-ayat yang mengandung sifat-sifat Allah dan mengembalikan penafsirannya kepada ayat-ayat muhkamat. Ini berarti pengkafiran terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah yang merupakan kelompok mayoritas di kalangan umat Muhammad.

Kita katakan kepada mereka:

*Siapakah di antara ulama’ salaf yang membagi tauhid menjadi tiga ini ?*

Jawabannya:

*Tidak ada. Apakah ummat Islam seluruhnya tidak memahami لا إله إلا الله sebelum munculnya Ibnu Taimiyah !!! lalu apa komentar Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya terhadap para sahabat, tabi’in dan para ulama salaf yang melakukan takwil terhadap ayat-ayat sifat !!!*

Terakhir, sebagian ulama Ahlussunnah mengatakan:

من أعطي الايمان ولم يعط الدّنيا فكأنّما ما منع شيئا ، ومن أعطي الدّنيا ولم يعط الايمان فكأنّما لم يعط شيئا

_“Barang siapa diberi (oleh Allah) keimanan, dan ia tidak diberi dunia (harta benda) maka seolah-olah ia tidak tercegah untuk mendapatkan apapun (karena ia akan masuk surga dengan keimanannya tersebut). Dan barang siapa diberi dunia dan tidak diberi keimanan maka seolah-olah ia tidak diberi apapun (karena bila mati nanti ia akan meninggalkan harta bendanya tersebut dan akan masuk neraka serta kekal di dalamnya selamanya)”._



Download dan share! Ebook gratis!!! "AQIDAH IMAM EMPAT MADZHAB : Menjelaskan Tafsir Istawa Dan Kesucian Allah Dari Tempat Dan Arah" >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=9vdcDwAAQBAJ



🎦 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH*
*Bait-bait Syair Sahabat HASSAN IBN TSABIT Berisi pujian dan sanjungan kepada Rasulullah :*

قَرَأْنَا فِي الضُّحَى وَلَسَوْفَ يُعْطِيْك # فَسَــــرَّ قُـــلُوْبـَـنَا ذَاكَ العـَـطَاءُ

وَأحْــسَنُ مِنْكَ لـَمْ تـَرَ قـطُّ عَـيْنِي # وَأجْـمَلُ مِـنْكَ لَـمْ تَلِدِ النِّسَـــاءُ

حَاشَـــاكَ يَا رَسُــــوْلَ اللهِ تـَــرْضَى # وَفِـــــيْنَا مَـنْ يُعَــذَّبُ أوْ يُسَــاءُ

خُــــــلِقْتَ مُـــبَرَّءًا مِــنْ كُلِّ عَيْبٍ # كَأنَّــكَ قَدْ خُلِـقْتَ كَــمَا تَشَـــاءُ

نـَـــــِبيٌّ هـَـــاشِــمِيٌّ أبـْـطَاحِيٌّ # شَـــمَائِلُهُ السَّـــمَاحَةُ وَالـْـوَفَاءُ

1. Kami telah membaca dalam QS. ad-Dluha firman Allah "Walasawfa Yu'thika...."; maka karunia besar itu membuat hati kami menjadi sangat senang. _*[QS. ad-Dluha: "Walasawfa Yu'thika Rabbuka fatardla" ditafsirkan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa Allah akan memberikan syafa'at bagi Rasulullah sebagai pertolongan untuk umatnya].*_

2. Mataku benar-benar tidak pernah melihat orang sebaik dirimu, dan tidak pernah ada seorang perempuan-pun yang melahirkan orang seperti dirimu. _*[Dalam satu riwayat beliau dilahirkan bukan dari "jalan" umunya manusia, tapi dari di bawah pusar bundanya].*_

3. Wahai Rasulullah... engkau pastilah tidak akan rela jika di antara kami ini ada yang disiksa atau dihinakan....!!!

4. Engkau (wahai Rasulullah) diciptakan dalam keadaan suci dari segala aib, seakan engkau diciptakan sesuai keinginan dirimu sendiri.

5. Engkau adalah seorang nabi, dari Bani Hasyim, berasal dari Abtah, yang sifat-sifatnya sangat pemurah dan pema'af serta menepati janji.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2199808023364672&id=100000064866550



Download dan share! Ebook gratis!!! *"KEDUA ORANG TUA RASULULLAH PENDUDUK SURGA : "Membela Kedua Orang Tua Rasulullah Dari Tuduhan Keji Kaum Wahabi Yang Mengkafirkan Keduanya"* >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=g4hZDwAAQBAJ



🎦 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH*
Terbaru!!! ☝🏻

*"Boleh Tawassul Dengan Orang Hidup Yang Tidak Hadir Di Hadapan Atau Dengan Yang Sudah Meninggal"*

Materi Akidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah bersama Ust. Dr. H. Kholilurrohman, MA.

Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat!

https://youtu.be/_n1Kv7gsFTk



Download dan share! Ebook gratis!!!

*"KEDUA ORANG TUA RASULULLAH PENDUDUK SURGA : "Membela Kedua Orang Tua Rasulullah Dari Tuduhan Keji Kaum Wahabi Yang Mengkafirkan Keduanya"* >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=g4hZDwAAQBAJ



🎦 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*
📎

*Menghidangkan Makanan Untuk Orang Yang Datang Ta'ziyah Atau Menghadiri Undangan Membaca al-Qur’an*

---===🌼===---🌼---===🌼===---🌼---===🌼===---

Menghidangkan makanan yang dilakukan oleh keluarga mayit untuk orang yang datang ta’ziyah atau menghadiri undangan membaca al-Qur’an adalah boleh karena itu termasuk Ikram adl-Dlayf (menghormat tamu). Dan dalam Islam, menghormati tamu adalah sesuatu yang dianjurkan. Sedangkan Hadits Jarir ibn 'Abdillah al-Bajali bahwa ia berkata:

كُنَّا نَعُدُّ الاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ المَيِّتِ وَصَنِيْعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّحَايَةِ (رواه أحمد بسند صحيح)

_“Kami di masa Rasulullah menganggap berkumpul di tempat mayit dan membuat makanan setelah dikuburkannya mayit sebagai Niyahah (meratapi mayit yang dilarang oleh Islam)”_ (HR. Ahmad dengan sanad Shahih)

Yang dimaksudnya adalah jika keluarga mayit membuat makanan untuk dihidangkan kepada orang-orang yang hadir dengan tujuan al-Fakhr; *yaitu untuk tujuan berbangga diri supaya orang-orang tersebut mengatakan bahwa keluarga mayit adalah keluarga pemurah dan dermawan. Atau makanan tersebut disajikan kepada perempuan-perempuan agar menjerit-jerit, meratap sambil menyebutkan kebaikan- kebaikan mayit, dan inilah tradisi yang biasa dilakukan oleh orang-orang di masa jahiliyah, mereka yang tidak beriman kepada akhirat itu*. Inilah yang dimaksud dengan an-Niyahah; perbuatan orang-orang di masa jahiliyyah dan dilarang oleh Rasulullah. Jika menyediakan makanan bukan untuk tujuannya itu, melainkan untuk menghormat tamu atau bersedekah bagi mayit dan meminta tolong agar dibacakan al- Qur’an untuk mayit maka hal itu boleh dan tidak terlarang.

_*Penjelasan lebih lengkap silahkan download ebook melaui link di bawah…*_



📚 Download dan share! Ebook gratis!!!

*"Ayo, kita Tahlil !: Mengungkap Dalil-dalil Sampainya Hadiah Pahala Amal Saleh Bagi Mayit"* >>>

📥 https://play.google.com/store/books/details?id=hXN-DwAAQBAJ



🎦📡 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

------------------------------------------------------------------

📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*

📌📌
*ABSTRAK*

“…Syekh Nawawi al-Bantani seorang ulama multi disiplin. Ratusan judul karya yang telah beliau tulis dalam berbagai disiplin ilmu lebih dari cukup membuktikan itu. Bukti tidak terbantahkan lainnya, dan ini lebih dari cukup, bahwa beliau digelari oleh para ulama kota Mekah dan Madinah saat itu sebagai Sayyid ‘Ulamâ’ al-Hijâz. Tidak terkecuali dengan tasawuf, Syekh Nawawi al-Bantani disamping telah menulis beberapa karya dalam bidang ilmu ini, beliau juga adalah seorang praktisi di dalamnya, maka itu beliau adalah sosok yang komprehensif dalam menerjemahkan ilmu-ilmu dalam ajaran Islam sekaigus nilai-nilainya, atau dengan istilah lain al-Jâmi’ Bayn al-‘Ilm Wa al-‘Amal.

Salah satu karya fenomenal Syekh Nawawi dalam ilmu tasawuf adalah Salâlim al-Fudlalâ’ Syarh Manzhûmah Hidâyah al-Adzkiyâ’. Hampir keseluruhan apa yang telah dituliskan oleh al-Sarraj dalam al-Luma’ terkait berbagai definisi ajaran-ajaran tasawuf telah terangkum dalam kitab Salâlim al-Fudlalâ’ ini. Karya beliau lainnya yang juga populer, bahkan dipelajari oleh hampir seluruh pondok pesantren di Indonesia, adalah Nashâ-ih al-‘Ibâd Syarh al-Munabbihât ‘Alâ al-Isti’dâd li Yawm al-Ma’âd. Sebuah karya yang benar-benar birisi tasawuf murni yang bertujuan memperbaiki akhlak (Ishlah Ahwal al-Qulub), baik akhlak kepada Allah, rasul-Nya, maupun kepada sesama.

Salah satu karya agung Syekh Nawawi lainnya adalah dalam bidang tafsir, yaitu Marâh Labîd yang juga dikenal dengan Tafsir al-Nawawi atau al-Tafsir al-Munir Li Ma’alim al-Tanzil. Melihat kepada tema besar ditulisnya kitab ini, juga melihat kepada referensi beliau dalam menyusun kitab ini; yang terutamanya yaitu hâsyiyah Tafsîr al-Jalâlayn atau Tafsîr al-Jamal, Mafãtih Al-Ghaib, Tafsîr Abî al-Su’ûd, dan Tafsîr al-Sirâj al-Munîr karya Syams al-Din ibn Muhammad ibn Muhammad al-Syarbini, jelas tafsir Marâh Labîd adalah kitab tafsir yang bertujuan untuk mengungkap kandungan-kandungan al-Qur’an, bukan sebagai kitab murni tasawuf. Namun demikian dalam makalah ini akan kita kaji adakah kemungkinan ajaran-ajaran tasawuf dituangkan di dalam kitab tafsir Marâh Labîd? Adakah korelasi catatan Syekh Nawawi dalam Salâlim al-Fudlalâ’ dengan tafsir Marâh Labîd? Hasil analisa ini diharapkan dapat menyimpulkan adakah tafsir Marâh Labîd sebagai kitab tafsir bercorak sufisme atau tidak…”



*In Syaa Allah, segera terbit di Google Play Book! buku terbaru yang di susun oleh Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA yang berjudul :*

--=🌼 *SUFISME DALAM TAFSIR NAWAWI* 🌼=--

_Tebal Halaman : 106 Page_



🎦📡 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*
Terbaru!!! ☝🏻

Materi Akidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah bersama Ust. Dr. H. Kholilurrohman, MA.

*Dari Abu Bakar Siddiq: Hakekat Allah Tidak Dapat Di Raih Akal*

لو وزن إيمان أبي بكر بإيمان أهل الأرض لرجحت كفة أبي بكر

_“Seandainya keimanan Abu Bakar radliallahu ‘anhu ditimbang dengan keimanan penduduk bumi (selain para Nabi dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka sungguh keimanan beliau radliallahu ‘anhu lebih berat dibandingkan keimanan penduduk bumi”_

Simak, like, subscribe dan share. Semoga bermanfaat!

https://youtu.be/X9AvaXKzVI0



Download dan share! Ebook gratis!!!

*"MEMAHAMI MAKNA IMAN DENGAN QADLA DAN QADAR: Penjelasan Bahwa Manusia Dengan Segala Perbuatannya Adalah Ciptaan Allah"* >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=pJBaDwAAQBAJ



🎦📡 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*
📌
💦 *KAJIAN TASAWUF RASULULLAH*
...
🌼 Syaikh Zainuddin Ibn ‘Ali al-Malibari dalam Nadzam Hidâyah al-Adzkiyâ’ membuat gambaran sebagai berikut:

فَشَـرِيْعَةٌ كَسَـفِيْنَةٍ وَطَرِيْـقَةٌ # كَالْبَـحْرِثُمَّ حَقِيْـقَةٌ دُرٌّ غَـلاَ

مَـنْ رَامَ دُرًّا لِلسَّفِيْنَةِ يَرْكَـبُ # وَيَغُـوْصُبَحْـرًا ثُمّ دُرٌّ حَصَلاَ

وَكَذَا الطّرِيْقَةُ وَالْحَقِيْقَةُ يَا أخِيْ # مِنْغَيْرِ فِعْلِ شَرِيْعَةٍ لَنْ تُحْصَلاَ

_“Syari’at ibarat perahu, tarekat ibarat lautan, dan hakekat ibarat mutiara yang berharga. Siapa yang menginginkan mutiara, maka ia harus menaiki parahu, kemudian menyelam dilautan, maka dia akan meraih mutiara tersebut. Demikian pula tarekat dan hakekat, wahai saudaraku, dengan tanpa pengamalan terhadap syari’at maka hakekat tersebut tidak akan pernah didapatkan”_

🌼 Syaikh Nawawi al-Bantani dalam menjelaskan bait di atas mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah kecuali dengan melaksanakan tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan satu dari lainnya. *Pertama; Syari’at;* yaitu dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya. *Kedua;Tarekat;* ialah menteladani segala prilaku Rasulullah dalam berbagai keadaannya. *Ketiga; Hakekat,* yaitu buah yang akan dicapai dari perjalan syari’at dan tarekat. _(al-Bantani, Salâlim al-Fudlalâ’, h. 3.)_

🌼 Sebagian ulama lain mencontohkan kesatuan tiga unsur ini dengan sebuah kelapa. Syari’at diibarakan sebagai kulit kelapa, tarekat sebagai daging kelapa dan hakekat sebagai minyak dari inti kelapa. *Artinya bahwa perantara-perantara untuk dapat mendapatkan inti kelapa yang berupa minyak adalah keharusan yang tidak mungkin ditinggalkan.* _(al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ’…, h. 9. Perumpamaan-perumpamaan semacam ini banyak disebutkan oleh Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatâwâ al-Hadîtsiyyah, lihat kitab h. 221-222)_

🌼 Imam Ahmad ar-Rifa’i pada bagian lain dalam kitab al-Burhân al-Mu’ayyad menyatakan bahwa puncak tujuan dari perjalanan kaum sufi adalah sama dengan puncak tujuan dari perjalanan para ulama fiqih atau ulama syari’at. Demikian pula sebaliknya, tujuan utama ulama fiqih adalah juga merupakan tujuan utama para kaum sufi. Kemudian rintangan-rintangan jalan yang dilalui ulama fiqih dalam mencari ilmu adalah juga rintangan yang sama yang dihadapi kaum sufi dalam sulûk mereka. Maka syari’at adalah tarekat, dan tarekat adalah syari’at. Keduanya adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kandungan atau isi dan tujuannya adalah satu. Perbedaan hanya dari segi lafazh saja. Jika seorang sufi mengingkari seorang ahli fiqih (al-faqîh), maka tidak lain sufi tersebut pasti seorang yang tertipu. Demikian sebaliknya, jika seorang ahli fiqih mengingkari seorang sufi maka tidak lain ahli fiqih tersebut pasti seorang yang dijauhkan oleh Allah dari karunia-Nya. _(ar-Rifa’i, Maqâlât Min al-Burhân…, , h. 80-81)_
...
📌



Download dan share! Ebook gratis!!!

*"Membersihkan Nama IBNU 'ARABI: Kajian Komprehensif Tasawuf Rasulullah | Penyusun : Dr. H. Kholilurrohman, MA"* >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=iiZmDwAAQBAJ



🎦📡 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📱Fb Page : facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 Instagram : instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 Twitter : twitter.com/ppnurulhikmah

📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*
💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓

🌼 🌼 🌼

*Kabar gembira…*
*Kabar gembira…* *Kabar gembira…*
*Kabar gembira…* *Kabar gembira…*
*Kabar gembira dari Rasulullah!!!* 📢📢📡

*Sampaikan kepada seluruh umat muslim Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah*

🌼 Allah berfirman :


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ [ المائدة:54-54]


_*54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. [Al Ma"idah:54]*_

🌼 …Rasulullah telah bersabda; menjelaskan kriteria kaum seperti disebutkan pada ayat Al-Qur’an di atas :

_*"…Mereka itu ialah kaum orang ini…"* _sambil menunjuk kepada Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari_


🌼 Dan sangat penting untuk di ketahui bahwasannya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari; Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang telah merumuskan Ilmu-Ilmu Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah Asy’ariyyah yang merupakan Aqidah mayoritas umat Islam *merupakan keturunan dari Sahabat Nabi Abu Musa Al-Asy’ari tersebut*

🌼 Bergembiralah dengan kabar dari Rasulullah tersebut sebagai kaum yang telah di puji oleh Rasulullah Dan sebagai dalil bahwasannya kelompok aqidah yang benar, kelompok Ahlussunnah Wal Jama'ah ialah kelompok pengikut aqidah Imam Abul Hasan Al-Asy'ari

Simak kajian lengkapnya berikut :

Klik >>> https://youtu.be/FXr6riZxaPE


📌




Download dan share! Ebook gratis!!!

*"Membersihkan Nama IBNU 'ARABI: Kajian Komprehensif Tasawuf Rasulullah | Penyusun : Dr. H. Kholilurrohman, MA"* >>>

https://play.google.com/store/books/details?id=iiZmDwAAQBAJ



🎦📡 Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Bersama Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 Pondok Pesantren Nurul Hikmah Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Dibawah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📱Fb Page : facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 Instagram : instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 Twitter : twitter.com/ppnurulhikmah

📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*
📎
🌼🌼
🌼~🌼~🌼~🌼~🌼~🌼~🌼~🌼~🌼~🌼

Simak tulisan Syekh Nawawi al-Bantani dalam karyanya _Syarh Safînah al-Najâ:



من ترك أربع كلمات كمل إيمانه، أين وكيف ومتى وكم، فإن قال لك: أين الله؟ فجوابه: ليس في مكان ولا يمر عليه زمان، وإن قال لك: كيف الله؟ فقل ليس كمثله شيء، وإن قال لك: متى الله؟ فقل له أول بلا ابتداء وءاخر بلا انتهاء، وإن قال لك قائل: كم الله؟ فقل له: واحد لا من قلة (قل هو الله أحد)

*(Nawawi Muhammad al-Jawi, Syarh Kayifah al-Sajâ ‘Alâ Safînah al-Najâ, Indonesia: Dar Ihya al-kutub al-‘Arabiyyah, t. th. hal. 9)*

“Barangsiapa meninggalkan empat kalimat maka sempurnalah iman-nya; di mana, bagaimana, kapan, dan berapa.

Maka bila seseorang berkata bagimu: *Di mana Allah?* Maka jawabannya: *Ada tanpa tempat dan tidak dilalui oleh zaman*.

Jika ia berkata: *Bagaimana Allah?* Maka katakan olehmu: *Dia Allah tidak menyerupai suatu apapun.*

Jika ia berkata: *Kapan adanya Allah?* Maka katakan olehmu baginya: *Dia Allah maha Awal tanpa permulaan, dan Dia Allah maha Akhir tanpa penghabisan.*

Jika ia berkata bagimu: *Berapa Allah?* Maka katakan baginya: *Allah Esa bukan karena sedikit (Katakan olehmu Dia Allah yang maha Esa; tidak ada keserupaan bagi-Nya)”*._


Tulisan beliau ini sangat jelas dalam menyatakan bahwa Allah ada tanpa tempat. Ini menunjukkan sikap pundamental beliau dalam memegang ortodoksi, di samping beliau juga seorang sufi.


Dalam karya lainnya; _Mirqât Shu’ûd al-Tashdîq Syarh Sullam al-Tawfîq_, beliau menulis:


الأحد أى الذي لا يتجزأ ولا ينقسم فهو واحد في ذاته وصفاته ولا يحل في محل

*(Nawawi Muhammad al-Jawi, Mirqât Shu’ûd al-Tashdîq Fî Syarh Sullam al-Tawfîq, Semarang: Cet. Usaha Keluarga, t. th. hal. 4)*

“(Dia Allah) al-Ahad artinya Yang tidak terbagi-bagi dan tidak terpisah-pisah. Maka Dia Allah maha Esa; tidak ada keserupaan pada Dzat-Nya, pada Sifat-sifat-Nya, dan Dia tidak bertempat pada suatu ruang (ada tanpa tempat)”

🔸🔸💠🔸🔸💠🔸🔸💠🔸🔸💠🔸🔸

🌼 *SUFISME DALAM TAFSIR NAWAWI* 🌼

Segera download dan share, gratis!!!
Semoga bermanfaat...

📥 *Link :* https://play.google.com/store/books/details?id=PTSCDwAAQBAJ

*Cara download/baca judul buku lainnya :*
📝 Buka Google Play Store Buku/Book Klik kotak pencarian/search dan ketik "kholilurrohman" Scroll untuk melihat judul - judul ebook yang lainnya



🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah



📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*
🌼 *SHALAT DI KUBURAN DAN SHALAT DI MASJID YANG ADA KUBURANNYA | Oleh: Dr. H. Kholilurrohman, MA* 🌼


*SHALAT DI KUBURAN*

            Jika seseorang berada di areal pekuburan lalu melakukan sholat dan menghadap Ka'bah. Maka ketika menghadap kiblat, di depannya di arah kiblat akan ada kuburan. Hukum sholat semacam ini adalah makruh saja dan tidak haram. Suatu ketika sayyidina Umar melihat orang yang sholat dan di depannya ada kuburan lalu beliau mengatakan:

_"Awas kuburan, Awas kuburan"_

maksudnya jauhilah menyengaja menghadap kuburan. Beliau tidak mengatakan engkau telah melakukan hal yang haram. Kemudian kemakruhan ini akan hilang jika kuburannya tertutup. Al Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

" قاتل الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد يحذر ما صنعوا "

Maknanya : _"Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai tempat dan tujuan bersujud dan beribadah, hendaklah dijauhi apa yang mereka lakukan itu"_ (H.R. al Bukhari)

Kemudian 'Aisyah mengatakan :

" ولو لا ذلك لأبرز قبـره "

_"Seandainya bukan karena itu pasti akan dinampakkan kuburan Nabi"_

Jadi 'Aisyah –perawi hadits ini- memahami bahwa larangan sholat ke arah kuburan adalah ketika kuburan tersebut nampak jelas, dan bukan secara mutlak.

            Sholat di kuburan menjadi haram jika menyengaja menjadikan kuburan sebagai kiblatnya, dan bahkan menjadi kufur jika bertujuan beribadah kepada kuburan.


*SHALAT DI MASJID YANG ADA KUBURANNYA*

            Sedangkan sholat di masjid yang di dalamnya terdapat pekuburan hukumnya adalah boleh.

 Mengenai hadits al Bukhari :

" لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد "

Maknanya : _"Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai tempat dan tujuan bersujud dan beribadah, hendaklah dijauhi apa yang mereka lakukan itu"_

Dalam hadits itu juga ada perkataan 'Aisyah:

" ولو لا ذلك لأبرز قبـره "

_"Dan andaikata bukan karena itu pasti mereka menampakkan kuburanya(kuburan Rasulullah)"_

            Hadits tersebut dimaksudkan untuk orang yang sholat dan menghadap ke kuburan dengan tujuan mengagungkan kuburan tersebut. Ini mungkin terjadi jika memang kuburan tersebut nampak dan tidak tertutup. Jadi jika kondisinya tidak demikian maka tidaklah haram hukumnya sholat di sana. Tidak haram orang sholat ke kiblat dan di depannya ada kuburan jika ia tidak bertujuan menghadap ke kuburan untuk mengagungkannya. Tidak haram juga jika kuburan tersebut tertutup dan tidak nampak, karena jika tidak nampak tidak mungkin seseorang bertujuan menghadap ke kuburan tersebut.

            Jadi hanya karena adanya kuburan di sebuah masjid tanpa dimaksudkan oleh orang yang sholat untuk menghadap kepadanya itu tidak dilarang oleh hadits tersebut. Karenanya ulama madzhab Hanbali menegaskan bahwa sholat di pekuburan hukumnya adalah makruh dan tidak diharamkan.

            Di antara dalil yang menunjukkan tidak diharamkannya sholat di masjid yang ada kuburannya apabila tidak nampak adalah sebuah hadits yang sahih bahwa masjid _*al Khayf*_ di dalamnya terdapat kuburan 70 Nabi, bahkan menurut suatu pendapat kuburan Nabi Adam ada di sana, di dekat masjid. Masjid _*al Khayf*_  ini telah digunakan pada zaman Nabi hingga sekarang. Hadits ini disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya al Mathalib al 'Aliyah, dan al Hafizh al Bushiri mengatakan:

_"Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan al Bazzar dengan isnad yang sahih"_

            Sedangkan hadits لا تصلوا إلى القبور tidak menunjukkan atas haramnya sholat di masjid yang ada kuburannya. Akan tetapi maksudnya tergantung pada keadaan kuburan dan orang yang sholat di sana seperti perincian hukum di atas.

            Karenanya al Buhuti  al Hanbali telah menegaskan dalam kitab Syarh Muntaha al Iradat bahwasanya sholat seseorang yang menghadap ke kuburan tetapi disertai ada penghalang antara  orang yang sholat dan kuburan tersebut hukumnya  tidak lagi makruh.

            Adapun hadits ya
ng berbunyi:

          " لعن الله زوارات القبور والمتخذين عليها المساجد والسرج " 

Maksudnya adalah bahwa orang yang membangun masjid di atas kuburan untuk mengagungkan kuburan tersebut adalah mal'un (dilaknat), begitu juga orang yang meletakkan lampu atau lilin di atas kuburan untuk mengagungkan kuburan tersebut juga dilaknat.

والله أعلم...


🌼 *INFORMASI EBOOK TERBARU USTADZ DR. H. KHOLILURROHMAN, MA* 🌼

*Cara download/baca buku :*
📝 Buka Google Play Store Buku/Book Klik kotak pencarian/search dan ketik "kholilurrohman" Scroll untuk melihat judul - judul ebook yang lainnya



🎦📡 *Abou Fateh YouTube Channel* Kajian Tauhid Dan Fiqh Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah | Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.youtube.com/c/aboufateh

🌐🕌 *Pondok Pesantren Nurul Hikmah* Untuk Menghafal al-Qur'an Dan Kajian Ilmu Agama Madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah Asy'ariyyah Maturidiyyah Asuhan Dr. H. Kholilurrohman, MA | www.nurulhikmah.ponpes.id

📱 *Fb Page :* facebook.com/nurulhikmah.ponpes.id
📷 *Instagram :* instagram.com/nurulhikmah.ponpes.id
🖥 *Twitter :* twitter.com/ppnurulhikmah



📌📌

*ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH*

*APAPUN YANG TERLINTAS DALAM BENAKMU TENTANG ALLAH, MAKA ALLAH MAHA SUCI DARI DEMIKIAN ITU*