TUJUH KAIDAH DALAM BERAGAMA [1]: PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sesungguhnya saya bersaksi bahwa tidak sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Ta`ala semata. Saya pun bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga selawat dan salam tercurahkan juga kepada keluarga dan para sahabatnya. ‘Amma ba`du.
Risalah yang akan kita bahas ini merupakan risalah yang agung, memiliki manfaat yang besar, dan faedahnya menyentuh kebutuhan dasar kita yakni berkaitan dengan memahami agama yang mulia ini. Sebab, risalah ini mengandung peringatan terhadap tujuh perkara besar yang wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk merealisasikan setiap hal yang Allah perintahkan bagi mereka.
Telah dimaklumi bahwa Allah `Azza wa Jalla menciptakan semua makhluk-Nya dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya semata. Mereka ditekankan untuk mewujudkan ketaatan kepada-Nya dengan mengesakan-Nya dalam setiap ibadah, sebagaimana Allah Jalla wa `Alā berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS al-Żariyat: 56).
Dalam Tafsir al-Muyassar disebutkan maksud ayat ini ialah Aku tidak menciptakan jin dan manusia, dan mengutus para rasul, kecuali untuk tujuan luhur: beribadah hanya kepada-Ku semata bukan kepada selain-Ku.
Oleh sebab itu, apa saja yang diciptakan oleh makhluk lalu mereka menyembah yang mereka ciptakan tentu ini merupakan perbuatan yang batil dan zalim, sudah selayaknya ditinggalkan. Mengapa demikian? Sebab Allahlah yang menciptakan dan memelihara mereka, sudah selayaknya peribadahan itu hanya ditujukan kepada-Nya bukan kepada makhluk lemah yang diciptakan-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Jalla wa ‘Alā mengutus para nabi dan rasul untuk sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan serta mengajak untuk kembali menaati Rabb alam semesta dan mengesakan-Nya dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata.
Wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikan masalah ini dengan baik. Dan senantiasa melaksanakan setiap perintah Allah Ta’āla. Perintah Allah yang paling luhur ialah mengesakan-Nya dalam setiap ibadah. Kita pun harus menjauhi setiap yang Allah larang dan larangan-Nya yang terbesar ialah berbuat syirik kepada-Nya.
Read More https://sunnahedu.com/2021/01/14/tujuh-kaidah-dalam-beragama-1-pendahuluan/
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sesungguhnya saya bersaksi bahwa tidak sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Ta`ala semata. Saya pun bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallāhu `alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga selawat dan salam tercurahkan juga kepada keluarga dan para sahabatnya. ‘Amma ba`du.
Risalah yang akan kita bahas ini merupakan risalah yang agung, memiliki manfaat yang besar, dan faedahnya menyentuh kebutuhan dasar kita yakni berkaitan dengan memahami agama yang mulia ini. Sebab, risalah ini mengandung peringatan terhadap tujuh perkara besar yang wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk merealisasikan setiap hal yang Allah perintahkan bagi mereka.
Telah dimaklumi bahwa Allah `Azza wa Jalla menciptakan semua makhluk-Nya dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya semata. Mereka ditekankan untuk mewujudkan ketaatan kepada-Nya dengan mengesakan-Nya dalam setiap ibadah, sebagaimana Allah Jalla wa `Alā berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS al-Żariyat: 56).
Dalam Tafsir al-Muyassar disebutkan maksud ayat ini ialah Aku tidak menciptakan jin dan manusia, dan mengutus para rasul, kecuali untuk tujuan luhur: beribadah hanya kepada-Ku semata bukan kepada selain-Ku.
Oleh sebab itu, apa saja yang diciptakan oleh makhluk lalu mereka menyembah yang mereka ciptakan tentu ini merupakan perbuatan yang batil dan zalim, sudah selayaknya ditinggalkan. Mengapa demikian? Sebab Allahlah yang menciptakan dan memelihara mereka, sudah selayaknya peribadahan itu hanya ditujukan kepada-Nya bukan kepada makhluk lemah yang diciptakan-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Jalla wa ‘Alā mengutus para nabi dan rasul untuk sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan serta mengajak untuk kembali menaati Rabb alam semesta dan mengesakan-Nya dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata.
Wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikan masalah ini dengan baik. Dan senantiasa melaksanakan setiap perintah Allah Ta’āla. Perintah Allah yang paling luhur ialah mengesakan-Nya dalam setiap ibadah. Kita pun harus menjauhi setiap yang Allah larang dan larangan-Nya yang terbesar ialah berbuat syirik kepada-Nya.
Read More https://sunnahedu.com/2021/01/14/tujuh-kaidah-dalam-beragama-1-pendahuluan/
sunnahedu.com
Tujuh Kaidah dalam Beragama [1]: Pendahuluan - sunnahedu.com
Pada risalah yang akan kita kaji ini, al-Syekh mengumpulkan perkara yang bermanfaat dengan cara meringkasnya yang disertai penjelasan hal yang wajib bagi kita berkaitan dengan perintah dan larangan Allah Subḥānahu wa Ta`āla. Kemudian beliau rahimahullāh menyusunnya…
PERLUKAH MENTAKYIN NIAT SALAT?
Salah satu syarat sahnya salat ialah niat. Niat secara bahasa bermakna al-Qaṣdu, menyengaja, yakni meneguhkan hati untuk melakukan sesuatu [1]. Sedangkan secara istilah syar’i bermakna,
عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى فِعْلِ الْعِبَادَةِ تَقَرُّبًا إلَى اللَّهِ تَعَالَ
meneguhkan hati untuk melakukan ibadah dalam rangka pendekatan diri kepada Allah Ta’ala [2].
Al-Muwaffaq (w. 620H) rahimahullāh berkata, “Kami tidak menemukan pendapat di kalangan para ulama mengenai wajibnya niat dalam salat dan bahwa salat tidak sah tanpa niat.” [3]
Dalil yang menunjukkannya adalah firman Allah,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS al-Bayyinah: 5)
Ikhlas merupakan bagian dari amalan hati, yakni niat serta keinginan yang hanya ditujukan kepada Allah semata. Dalil yang kedua adalah sabda Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Makna niat adalah menyengaja, sedangkan tempatnya adalah di hati. Jika niat ini dilafalkan, maka ucapan tersebut berfungsi sebagai penguat [4].
Setelah kita mengetahui makna niat secara bahasa dan istilah serta tempatnya, maka perlukah seseorang mentakyin yakni menentukan niat secara jelas salatnya apakah itu salat zuhur atau asar; salat wajib atau sunah?
Atau justru tidak perlu?
Berikut saya nukilkan perkataan para ulama Hanabilah dalam masalah ini.
Read more:
https://sunnahedu.com/2021/01/15/perlukah-mentakyin-niat-salat/
Salah satu syarat sahnya salat ialah niat. Niat secara bahasa bermakna al-Qaṣdu, menyengaja, yakni meneguhkan hati untuk melakukan sesuatu [1]. Sedangkan secara istilah syar’i bermakna,
عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى فِعْلِ الْعِبَادَةِ تَقَرُّبًا إلَى اللَّهِ تَعَالَ
meneguhkan hati untuk melakukan ibadah dalam rangka pendekatan diri kepada Allah Ta’ala [2].
Al-Muwaffaq (w. 620H) rahimahullāh berkata, “Kami tidak menemukan pendapat di kalangan para ulama mengenai wajibnya niat dalam salat dan bahwa salat tidak sah tanpa niat.” [3]
Dalil yang menunjukkannya adalah firman Allah,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS al-Bayyinah: 5)
Ikhlas merupakan bagian dari amalan hati, yakni niat serta keinginan yang hanya ditujukan kepada Allah semata. Dalil yang kedua adalah sabda Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu dengan niat dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Makna niat adalah menyengaja, sedangkan tempatnya adalah di hati. Jika niat ini dilafalkan, maka ucapan tersebut berfungsi sebagai penguat [4].
Setelah kita mengetahui makna niat secara bahasa dan istilah serta tempatnya, maka perlukah seseorang mentakyin yakni menentukan niat secara jelas salatnya apakah itu salat zuhur atau asar; salat wajib atau sunah?
Atau justru tidak perlu?
Berikut saya nukilkan perkataan para ulama Hanabilah dalam masalah ini.
Read more:
https://sunnahedu.com/2021/01/15/perlukah-mentakyin-niat-salat/
sunnahedu.com
Perlukah Mentakyin Niat Salat? - sunnahedu.com
Apabila salat yang dilakukan adalah salat wajib, maka niat salat yang wajib itu harus jelas; zuhur, asar, atau lainnya. Dengan demikian seseorang dalam kaitannya dengan salat wajib membutuhkan niat untuk dua hal, yakni melakukan dan menentukan.
👍1
Imam Ahmad rahimahullah biasa melaksanakan salat sunah sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan setelah terjadi peristiwa paham sesat Al-Qur'an adalah makhluk, keadaan beliau menjadi lemah disebabkan banyak menerima cambukan.
Dalam keadaan seperti itu, beliau tetap melaksanakan salat sunah. Sehari semalam salat sunah yang beliau kerjakan sebanyak 150 rakaat.
Kebiasaan Imam Ahmad rahimahullah ini diikuti oleh Al-Hafiz Abdul Ghani Al-Maqdisi rahimahullah penulis kitab Umdah al-Ahkam, Al-Hafiz pun melakukan salat sunah sehari semalam sebanyak 300 rakaat.
Kisah di atas diadaptasi secara bebas dari kitab al-Salsabil fi Syarhi al-Dalil karya Dr. Sa'ad al-Khutslan, 2/298-299.
Qultu:
Membaca kisah di atas saya jadi sadar diri, betapa jauh ketaatan kita dengan mereka kepada Allah. Para pendahulu kita menyibukkan diri dengan ketaatan sebanyak-banyaknya meskipun dalam keadaan disiksa. Sedangkan kita? Menyibukkan diri dengan saling mencela. Aduhai betapa celakanya, betapa ruginya.
Dalam keadaan seperti itu, beliau tetap melaksanakan salat sunah. Sehari semalam salat sunah yang beliau kerjakan sebanyak 150 rakaat.
Kebiasaan Imam Ahmad rahimahullah ini diikuti oleh Al-Hafiz Abdul Ghani Al-Maqdisi rahimahullah penulis kitab Umdah al-Ahkam, Al-Hafiz pun melakukan salat sunah sehari semalam sebanyak 300 rakaat.
Kisah di atas diadaptasi secara bebas dari kitab al-Salsabil fi Syarhi al-Dalil karya Dr. Sa'ad al-Khutslan, 2/298-299.
Qultu:
Membaca kisah di atas saya jadi sadar diri, betapa jauh ketaatan kita dengan mereka kepada Allah. Para pendahulu kita menyibukkan diri dengan ketaatan sebanyak-banyaknya meskipun dalam keadaan disiksa. Sedangkan kita? Menyibukkan diri dengan saling mencela. Aduhai betapa celakanya, betapa ruginya.
SunnahEduOfficial
Photo
الأستاذ عبد الكريم بكّار من المفكرين المسلمين البارزين في عصرنا.
ذو فكر وذكاء، وسعة اطلاع، وإبداع في الطرح، وتنظير سليم.
"Prof. Abdul Karim Bakkar termasuk pemikir yang menonjol pada masa kini. Pemikir ulung yang cerdas, luas telaahnya, kreatif dalam penyajian, dan pengamat yang jeli."
ومن قرأ كتبه السابقة عرف حسن استنباطه، ووعيه، وفكره الحضاري والصحوي.
ومن قرأها حصَّل فكرًا إسلاميًّا سليمًا إن شاء الله.
"Pembaca buku-buku lama beliau tahu bagaimana kepiawaian beliau dalam menarik kesimpulan, kesadaran, dan ide beliau tentang peradaban dan kebangkitan. Dengan membaca karya-karya beliau tersebut, Anda akan menemukan ide-ide Islami yang bersih, insyaallah."
وحقَّ له - وهو على هذا المستوى من الوعي والثقافة - أن تكون له نظرة عميقة في التاريخ، لاستقاء العبر والدروس منه..
"Dengan level kesadaran dan wawasan yang dimiliki, sungguh layak jika beliau (juga) memiliki perspektif yang mendalam tentang sejarah sehingga mampu menjelaskan ibrah dan mengambil pelajaran darinya."
الشيخ محمد خير رمضان يوسف
Dapatkan buku terjemahan
karya Prof. Dr. Abdul Karim Bakkar
Harga Spesial "Pre-Order"
Rp199.000
(belum ongkir)
berlaku s.d. 18 Februari 2021
Jadwal Pengiriman: mulai 22 Februari 2021
Silakan menghubungi via WA untuk pemesanan buku
082265011201
https://wa.me/6282265011201
ذو فكر وذكاء، وسعة اطلاع، وإبداع في الطرح، وتنظير سليم.
"Prof. Abdul Karim Bakkar termasuk pemikir yang menonjol pada masa kini. Pemikir ulung yang cerdas, luas telaahnya, kreatif dalam penyajian, dan pengamat yang jeli."
ومن قرأ كتبه السابقة عرف حسن استنباطه، ووعيه، وفكره الحضاري والصحوي.
ومن قرأها حصَّل فكرًا إسلاميًّا سليمًا إن شاء الله.
"Pembaca buku-buku lama beliau tahu bagaimana kepiawaian beliau dalam menarik kesimpulan, kesadaran, dan ide beliau tentang peradaban dan kebangkitan. Dengan membaca karya-karya beliau tersebut, Anda akan menemukan ide-ide Islami yang bersih, insyaallah."
وحقَّ له - وهو على هذا المستوى من الوعي والثقافة - أن تكون له نظرة عميقة في التاريخ، لاستقاء العبر والدروس منه..
"Dengan level kesadaran dan wawasan yang dimiliki, sungguh layak jika beliau (juga) memiliki perspektif yang mendalam tentang sejarah sehingga mampu menjelaskan ibrah dan mengambil pelajaran darinya."
الشيخ محمد خير رمضان يوسف
Dapatkan buku terjemahan
karya Prof. Dr. Abdul Karim Bakkar
Harga Spesial "Pre-Order"
Rp199.000
(belum ongkir)
berlaku s.d. 18 Februari 2021
Jadwal Pengiriman: mulai 22 Februari 2021
Silakan menghubungi via WA untuk pemesanan buku
082265011201
https://wa.me/6282265011201
Syekh Abdurrahman al-Sa'di rahimahullah berkata:
"Majelis ilmu yang engkau duduk di dalamnya itu lebih baik bagimu dari dunia dan isinya.
Faedah yang engkau dapatkan dan manfaat yang dapat engkau petik tidak ada sesuatupun yang dapat menyamainya."
📚 Al-Fawakih al-Syahiyyah, 179.
====
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Majelis ilmu yang engkau duduk di dalamnya itu lebih baik bagimu dari dunia dan isinya.
Faedah yang engkau dapatkan dan manfaat yang dapat engkau petik tidak ada sesuatupun yang dapat menyamainya."
📚 Al-Fawakih al-Syahiyyah, 179.
====
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Al-'Allamah 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah berkata:
"Duduk setelah salam dari salat fardu termasuk dari waktu-waktu yang paling agung, yang di dalamnya turun rahmat Allah 'Azza wa Jalla. Sehingga kita jangan terburu-buru untuk bangun. Akan tetapi kita memohon ampun kepada Allah, menyucikan dan memuji-Nya, mengucap lailaha illallah, dan bertakbir."
Imam Ibnu Bathal rahimahullah berkata:
"Barangsiapa yang memiliki banyak dosa dan ingin Allah Ta'ala menghapus kesalahan-kesalahan darinya tanpa perlu bersusah payah, maka hendaklah dia senantiasa berzikir setelah salat agar para malaikat mendoakannya dan memohonkan ampun untuknya. "
📚 Syarah Sahih al-Bukhari, 3/114.
====
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
"Duduk setelah salam dari salat fardu termasuk dari waktu-waktu yang paling agung, yang di dalamnya turun rahmat Allah 'Azza wa Jalla. Sehingga kita jangan terburu-buru untuk bangun. Akan tetapi kita memohon ampun kepada Allah, menyucikan dan memuji-Nya, mengucap lailaha illallah, dan bertakbir."
Imam Ibnu Bathal rahimahullah berkata:
"Barangsiapa yang memiliki banyak dosa dan ingin Allah Ta'ala menghapus kesalahan-kesalahan darinya tanpa perlu bersusah payah, maka hendaklah dia senantiasa berzikir setelah salat agar para malaikat mendoakannya dan memohonkan ampun untuknya. "
📚 Syarah Sahih al-Bukhari, 3/114.
====
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
JANGAN MENCELA ORANG YANG SUDAH MENINGGAL DUNIA
Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ، فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela mayat karena mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari no. 1393)
Syekh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata,
“Kalimat ini bersifat umum, karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan. Jika mereka adalah orang baik, celaan itu tidaklah mencelakakan mereka. Jika mereka adalah orang jelek, mereka telah mendapatkan balasannya, sehingga tidak butuh ini dan itu.”
📚 Syarh Mukhtashar ‘ala Bulughil Maram, 4: 11.
—-
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ، فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela mayat karena mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari no. 1393)
Syekh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata,
“Kalimat ini bersifat umum, karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan. Jika mereka adalah orang baik, celaan itu tidaklah mencelakakan mereka. Jika mereka adalah orang jelek, mereka telah mendapatkan balasannya, sehingga tidak butuh ini dan itu.”
📚 Syarh Mukhtashar ‘ala Bulughil Maram, 4: 11.
—-
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
🎙 Syekh Ibnul 'Utsaimin rahimahullah berkata,
"Talak adalah menceraikan isteri setelah terjadi akad nikah dengannya. Ini adalah perkara yang besar dan urusan yang serius.
Di hari ini orang-orang telah meremehkan urusan ini. Sampai-sampai masalah talak ini bagi mereka menjadi seperti semudah meneguk air. Ini salah."
📚 Syarh 'Umdah al-Ahkam, 2/650.
----
Media dakwah kami:
💻 Website: sunnahedu.com
📒 Facebook: sunnaheduofficial
📨 Telegram: sunnaheduofficial
📸 Instagram: sunnaheduofficial
"Talak adalah menceraikan isteri setelah terjadi akad nikah dengannya. Ini adalah perkara yang besar dan urusan yang serius.
Di hari ini orang-orang telah meremehkan urusan ini. Sampai-sampai masalah talak ini bagi mereka menjadi seperti semudah meneguk air. Ini salah."
📚 Syarh 'Umdah al-Ahkam, 2/650.
----
Media dakwah kami:
💻 Website: sunnahedu.com
📒 Facebook: sunnaheduofficial
📨 Telegram: sunnaheduofficial
📸 Instagram: sunnaheduofficial
🎙️ Syekh al-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
"Tidak setiap orang yang berilmu itu mampu menjelaskan dan memberikan keterangan akan ilmu tersebut.
▶️ Hal itu karena ilmu itu suatu hal tersendiri sedangkan menjelaskannya itu (bakat) tersendiri
▶️ Kemudian mendiskusikan dan menjelaskan dalilnya itu perkara lain yang ketiga
▶️ Terlebih menjawab hujjah orang yang menyelisihi itu perkara lain yang keempat.
📚 Jawabul 'Itiradhat al-Mishriyyah, 44.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
"Tidak setiap orang yang berilmu itu mampu menjelaskan dan memberikan keterangan akan ilmu tersebut.
▶️ Hal itu karena ilmu itu suatu hal tersendiri sedangkan menjelaskannya itu (bakat) tersendiri
▶️ Kemudian mendiskusikan dan menjelaskan dalilnya itu perkara lain yang ketiga
▶️ Terlebih menjawab hujjah orang yang menyelisihi itu perkara lain yang keempat.
📚 Jawabul 'Itiradhat al-Mishriyyah, 44.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
🎙 Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Tidak diragukan lagi bahwa terhadap keturunan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam terdapat hak atas umat Islam yang tidak diberikan kepada selain mereka.
Dan mereka berhak lebih dicintai dan diberi loyalitas yang tidak berhak diberikan kepada seluruh manusia lainnya."
📚 Minhajus Sunnah, 3/276.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Tidak diragukan lagi bahwa terhadap keturunan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam terdapat hak atas umat Islam yang tidak diberikan kepada selain mereka.
Dan mereka berhak lebih dicintai dan diberi loyalitas yang tidak berhak diberikan kepada seluruh manusia lainnya."
📚 Minhajus Sunnah, 3/276.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Pada bait ketiga puluh dua dalam kitab Al-'Aqidah As-Safariniyyah, Al-Imam Muhammad bin Ahmad as-Safarini al-Hambali rahimahullah berkata,
"Perkara pertama yang wajib bagi seorang hamba
((Mengenal Allah)) sebagai sesembahannya dengan benar"
📝 Sesungguhnya perkara pertama yang wajib atas seorang mukallaf yakni mengenal Allah Ta'ala dengan pemahaman yang sahih.
Hal tersebut dapat dikupas dengan dua hal:
1. Bahwa penetapan mengenal Allah merupakan perintah yang mengikat berdasarkan fitrah.
2. Kewajiban hamba adalah hanya beribadah kepada Allah semata.
📌 Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Dar'u Ta'arudh al-Aql wa an-Naql (8/11),
"Para salaf dan imam sepakat bahwa perkara pertama yang diperintahkan bagi seorang hamba adalah dua kalimat syahadat (yakni mengenal Allah dan rasul-Nya, -pen)."
📚 Ad-Durratul Mudhiyyah fi 'Aqdi Ahlil Firqah al-Mardhiyyah biasa dikenal dengan judul Al-'Aqidah As-Safariniyyah, 51.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Perkara pertama yang wajib bagi seorang hamba
((Mengenal Allah)) sebagai sesembahannya dengan benar"
📝 Sesungguhnya perkara pertama yang wajib atas seorang mukallaf yakni mengenal Allah Ta'ala dengan pemahaman yang sahih.
Hal tersebut dapat dikupas dengan dua hal:
1. Bahwa penetapan mengenal Allah merupakan perintah yang mengikat berdasarkan fitrah.
2. Kewajiban hamba adalah hanya beribadah kepada Allah semata.
📌 Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Dar'u Ta'arudh al-Aql wa an-Naql (8/11),
"Para salaf dan imam sepakat bahwa perkara pertama yang diperintahkan bagi seorang hamba adalah dua kalimat syahadat (yakni mengenal Allah dan rasul-Nya, -pen)."
📚 Ad-Durratul Mudhiyyah fi 'Aqdi Ahlil Firqah al-Mardhiyyah biasa dikenal dengan judul Al-'Aqidah As-Safariniyyah, 51.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berpendapat bahwa iman itu perkataan dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan, dan diyakini dengan hati. Iman dapat bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan, kuat dengan ilmu, lemah dengan kebodohan, dan istikamah dengan taufik.
Jadi, iman merupakan suatu nama yang mencakup banyak nama baik itu dari perbuatan maupun perkataan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْإِيمَان بضع وَسَبْعُونَ شُعْبَة أفضلهَا قَول لَا إِلَه إِلَّا الله وَأَدْنَاهَا إمَاطَة الْأَذَى عَن الطَّرِيق
"Iman itu terdiri atas tujuh puluh cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan." (HR Muslim)
📚 Kitabul 'Aqidah Riwayah Abi Bakr Al-Khallal, 17.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Jadi, iman merupakan suatu nama yang mencakup banyak nama baik itu dari perbuatan maupun perkataan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْإِيمَان بضع وَسَبْعُونَ شُعْبَة أفضلهَا قَول لَا إِلَه إِلَّا الله وَأَدْنَاهَا إمَاطَة الْأَذَى عَن الطَّرِيق
"Iman itu terdiri atas tujuh puluh cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan." (HR Muslim)
📚 Kitabul 'Aqidah Riwayah Abi Bakr Al-Khallal, 17.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Najmuddin Ath-Thufi al-Hambali rahimahullah berkata,
"Terdapat kemashlahatan dengan menikah, diantaranya:
1. Jiwa menjadi bahagia dan semangat untuk ibadah. Tanpa menikah, jiwa akan hampa dan lemah semangatnya.
2. Terjaganya kemaluan dari zina, ini adalah ijma ahli agama dan orang yang berakal.
3. Imun tubuh menjadi baik dan menyehatkan, sehingga badan menjadi bugar. Itulah mengapa beberapa orang jatuh sakit dan memiliki penyakit bila meninggalkannya.
4. Membaguskan akhlak dan wajah menjadi berseri-seri."
📚 Al-Intisharat al-Islamiyyah fi Kasyfi Syubah an-Nashraniyyah, 1/271.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Terdapat kemashlahatan dengan menikah, diantaranya:
1. Jiwa menjadi bahagia dan semangat untuk ibadah. Tanpa menikah, jiwa akan hampa dan lemah semangatnya.
2. Terjaganya kemaluan dari zina, ini adalah ijma ahli agama dan orang yang berakal.
3. Imun tubuh menjadi baik dan menyehatkan, sehingga badan menjadi bugar. Itulah mengapa beberapa orang jatuh sakit dan memiliki penyakit bila meninggalkannya.
4. Membaguskan akhlak dan wajah menjadi berseri-seri."
📚 Al-Intisharat al-Islamiyyah fi Kasyfi Syubah an-Nashraniyyah, 1/271.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Thalhah al-Baghdadi rahimahullah berkata:
ركبتُ مع الإمام أحمد في سفينة، فكان يطيل السكوت فإذا تكلم قال: "اللهم أَمتنا على الإسلام والسنة"
"Aku pernah bersama Imam Ahmad -rahimahullah- safar naik perahu, dan beliau banyak diam. Kalaupun berbicara ucapannya hanya: 'Ya Allah wafatkan aku di atas Islam dan Sunnah.'"
📚 Thabaqat al-Hanabilah, 1/179
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
ركبتُ مع الإمام أحمد في سفينة، فكان يطيل السكوت فإذا تكلم قال: "اللهم أَمتنا على الإسلام والسنة"
"Aku pernah bersama Imam Ahmad -rahimahullah- safar naik perahu, dan beliau banyak diam. Kalaupun berbicara ucapannya hanya: 'Ya Allah wafatkan aku di atas Islam dan Sunnah.'"
📚 Thabaqat al-Hanabilah, 1/179
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
Syekh Ibnul 'Utsaimin rahimahullah berkata,
"Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk jujur dan seperti dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur." (QS At-Taubah: 119)
Jujur akhlak yang baik itu terdiri atas dua jenis: jujur kepada Allah dan jujur kepada para hamba-Nya. Keduanya ini merupakan budi pekerti yang luhur.
Lawan dari jujur adalah dusta. Yakni mengabarkan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataannya. Dan ini di antara akhlaknya orang munafik."
📚 Syarh Riyadhus Shalihin, 1/142
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk jujur dan seperti dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur." (QS At-Taubah: 119)
Jujur akhlak yang baik itu terdiri atas dua jenis: jujur kepada Allah dan jujur kepada para hamba-Nya. Keduanya ini merupakan budi pekerti yang luhur.
Lawan dari jujur adalah dusta. Yakni mengabarkan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataannya. Dan ini di antara akhlaknya orang munafik."
📚 Syarh Riyadhus Shalihin, 1/142
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat
🎙 Al-'Allamah 'Abdullah Aba Buthain rahimahullah berkata,
"Batasan ibadah dan hakikatnya: menaati Allah. Setiap perkataan dan perbuatan yang lahir dan batin yang dicintai Allah itulah ibadah. Setiap perintah syariat, baik itu yang sifatnya wajib atau sunah, itulah ibadah. Inilah hakikat ibadah menurut kebanyakan ulama."
📚 Ad-Durar As-Suniyyah, 10/391.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
"Batasan ibadah dan hakikatnya: menaati Allah. Setiap perkataan dan perbuatan yang lahir dan batin yang dicintai Allah itulah ibadah. Setiap perintah syariat, baik itu yang sifatnya wajib atau sunah, itulah ibadah. Inilah hakikat ibadah menurut kebanyakan ulama."
📚 Ad-Durar As-Suniyyah, 10/391.
----
Website: sunnahedu.com
Join on Telegram:
t.me/sunnaheduofficial
Telegram
SunnahEduOfficial
Web: sunnahedu(dot)com
| Jalan Para Perindu Akhirat
| Jalan Para Perindu Akhirat