Akhmad Bassah, paling dikenal dengan nama pena Joehana, adalah sastrawan Hindia Belanda (sekarang Indonesia) berdarah Sunda yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Sunda. Ia juga merupakan seorang penerjemah, pembuat drama, dan wartawan yang produktif, dan mengoperasikan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk pelayanan penulisan.
Joehana diklasifikasikan sebagai seorang realis yang menggunakan nama-nama tempat dan produk yang sebenarnya dalam karyanya. Secara umum karya-karyanya berorientasi pada kritisisme sosial dan mempromosikan modernisasi. Joehana menerbitkan 14 buku, serta berbagai editorial dan artikel di koran Soerapati. Karya-karyanya menggunakan bentuk sastra tradisional seperti wawacan, dan sering menggunakan bahasa Sunda sehari-hari. Namun, tata bahasa dan strukturnya menunjukkan bukti pengaruh dari bahasa lain, dan kosa katanya tidak murni dari bahasa Sunda; ada pula campuran kosakata Belanda.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Joehana
#karyasastra #sastrawan #sunda
Joehana diklasifikasikan sebagai seorang realis yang menggunakan nama-nama tempat dan produk yang sebenarnya dalam karyanya. Secara umum karya-karyanya berorientasi pada kritisisme sosial dan mempromosikan modernisasi. Joehana menerbitkan 14 buku, serta berbagai editorial dan artikel di koran Soerapati. Karya-karyanya menggunakan bentuk sastra tradisional seperti wawacan, dan sering menggunakan bahasa Sunda sehari-hari. Namun, tata bahasa dan strukturnya menunjukkan bukti pengaruh dari bahasa lain, dan kosa katanya tidak murni dari bahasa Sunda; ada pula campuran kosakata Belanda.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Joehana
#karyasastra #sastrawan #sunda
Prof. Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. adalah seorang pakar Sastra Jawa dan budayawan Indonesia. Ia terkenal dengan disertasinya mengenai penelitian tentang sebuah aspek agama Kejawen yang dalam edisi Indonesianya berjudul Manunggaling Kawula Gusti. Selain itu, nama Zoetmulder tidak dapat dilepaskan dari telaah sastra Jawa Kuno Kalangwan dan kamus Jawa Kuna.
Zoetmulder mengajar di Universitas Gadjah Mada. Pertama memberi kuliah, ia memakai bahasa Jawa, tetapi kemudian menyadari mahasiswanya banyak yang berasal dari luar Jawa. Ia pun kemudian menulis buku panduan berjudul Sekar Sumawur: Bunga rampai bahasa Djawa Kuno. "Yang terpenting kemauan dan niat. Apa pun bisa dipelajari, tak ada yang sulit."
"Tuhan yang menaruh saya di Indonesia. Papanku (tempat tinggalku) sudah ditentukan di sini," ujarnya. Pada 13 Maret 1951, Romo Zoet sah menjadi warga negara Indonesia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Petrus_Josephus_Zoetmulder
#sastrawan #jawa #budayawan #kamus
Zoetmulder mengajar di Universitas Gadjah Mada. Pertama memberi kuliah, ia memakai bahasa Jawa, tetapi kemudian menyadari mahasiswanya banyak yang berasal dari luar Jawa. Ia pun kemudian menulis buku panduan berjudul Sekar Sumawur: Bunga rampai bahasa Djawa Kuno. "Yang terpenting kemauan dan niat. Apa pun bisa dipelajari, tak ada yang sulit."
"Tuhan yang menaruh saya di Indonesia. Papanku (tempat tinggalku) sudah ditentukan di sini," ujarnya. Pada 13 Maret 1951, Romo Zoet sah menjadi warga negara Indonesia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Petrus_Josephus_Zoetmulder
#sastrawan #jawa #budayawan #kamus