Masjid Raya Sumatra Barat adalah masjid raya di provinsi Sumatra Barat yang terletak di Jalan Chatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Masjid Raya ini menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Menurut sejarawan UIN Imam Bonjol Padang Sudarman, masjid ini sangat mengakomodasi arsitektur lokal, terutama gonjong dan ragam hias rumah gadang.

Konstruksi masjid ini ditopang oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat terletak di lantai atas berupa ruang lepas. Lantai atas dengan elevasi tujuh meter terhubung ke permukaan jalan melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai atas diperkirakan dapat menampung 5.000–6.000 jemaah. Adapun lantai dua berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Sumatra_Barat
#bangunan #tempatibadah #masjid #sumatrabarat #indonesia

Punden berundak (teras berundak) adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang mengarah pada satu titik. Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbakalaan di Nusantara. Namun, di beberapa tempat di Nusantara terlihat adanya adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan pada periode sejarah berikutnya, seperti terlihat pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri.

Kata "punden" (atau pundian) berasal dari bahasa Jawa. Kata pepundhèn yang berarti "objek-objek pemujaan" (kabuyutan untuk suku Sunda). Istilah punden berundak menegaskan fungsi pemujaan/penghormatan atas leluhur, tidak semata struktur dasar tata ruang.

Bangunan punden berundak biasanya berjumlah ganjil dengan filosofi yang melambangkan kehidupan janin saat di dalam kandungan, lahir di dunia, dan kehidupan setelah kematian.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Punden_berundak
#pundenberundak #bangunan #sejarah #situs #pemujaan