Forwarded from FirandaAndirja
Sirath dan Neraka
Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja. Lc, MA.
Sirath adalah sebuah jembatan yang diletakkan di atas neraka jahannam. dan sebagaimana kita ketahui bahwa banyak dalil yang menunjukkan betapa luasnya neraka jahannam. Di antara yang menunjukkan bahwa neraka itu sangat luas adalah adanya matahari dan ada bulan di neraka, agar orang-orang yang menyembah matahari dan bulan sadar dan menyesal bahwa yang mereka sembah juga ada di dalam neraka. Kemudian di antara yang menunjukkan bahwa nereka jahannam itu sangat luas adalah sabda nabi yang menceritakan perjalanan batu di neraka selama tujuh puluh tahun. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَدْرُونَ مَا هَذَا؟ قَالَ: قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا، فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا.} صحيح مسلم (4/ 2184{(
“Kami bersama nabi ﷺ, tiba-tiba beliau mendengar suara sesuatu yang jatuh berdebuk, Nabi ﷺ bertanya: “Tahukah kalian apa itu?” kami menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu. Beliau bersabda: “Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak tujuhpuluh tahun, ia jatuh ke neraka sekarang hingga mencapai keraknya.” (HR. Muslim 4/2184 no. 2844)
Oleh karenanya jika neraka jahannam sangat panjang dan luas, maka kita menyimpulkan bahwa jembatan sirath juga sangat panjang. Sedangkan disebutkan bahwa di antara sifat-sifat sirath adalah,
دَحْضٌ مَزِلَّةٌ فِيهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكٌ تَكُونُ بِنَجْدٍ فِيهَا شُوَيْكَةٌ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ… أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنْ الشَّعْرَةِ وَأَحَدُّ مِنْ السَّيْفِ.} صحيح مسلم (1/167{(
“Licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan…Jembatannya lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim 1/167 no. 183)
Maka pada waktu itu seseorang akan sangat butuh cahaya untuk bisa melewati sirath. Jika seseorang tidak memiliki cahaya, maka dia pasti akan terjatuh dengan sifat sirath yang telah kita sebutkan di atas. Namun orang-orang kafir, musyrikin, atheis, penyembah berhala, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah pada waktu itu akan langsung masuk ke dalam neraka tanpa melalui sirath sebagaimana penjelasan para ulama. Sehingga yang akan melewati sirath adalah orang mukmin dan orang munafik.
Maka terpisahlah antara orang-orang munafik dan orang-orang beriman. Kemudian Allah memberikan kepada mereka masing-masing cahaya. Maka seketika senanglah orang-orang munafik dengan pemberian tersebut. Akan tetapi tiba-tiba Allah mencabut cahaya tersebut dari mereka. Allah ﷻ berfirman,
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 9)
Ketika orang-orang munafik menipu Allah dan orang-orang yang beriman di dunia dengan keimanan mereka, padahal sebenarnya mereka benci syariat islam, mereka tidak ridha Nabi Muhammad ﷺ sebagai nabi mereka, maka Allah pun menipu mereka di akhirat. Allah memberikan kepada mereka cahaya, namun Allah ambil kembali cahaya tersebut sebelum mereka melewati sirath.
Baca lebih banyak di: https://firanda.com/4379-sirath-dan-neraka-serial-menuju-akhirat-9.html
Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja. Lc, MA.
Sirath adalah sebuah jembatan yang diletakkan di atas neraka jahannam. dan sebagaimana kita ketahui bahwa banyak dalil yang menunjukkan betapa luasnya neraka jahannam. Di antara yang menunjukkan bahwa neraka itu sangat luas adalah adanya matahari dan ada bulan di neraka, agar orang-orang yang menyembah matahari dan bulan sadar dan menyesal bahwa yang mereka sembah juga ada di dalam neraka. Kemudian di antara yang menunjukkan bahwa nereka jahannam itu sangat luas adalah sabda nabi yang menceritakan perjalanan batu di neraka selama tujuh puluh tahun. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَدْرُونَ مَا هَذَا؟ قَالَ: قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا، فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا.} صحيح مسلم (4/ 2184{(
“Kami bersama nabi ﷺ, tiba-tiba beliau mendengar suara sesuatu yang jatuh berdebuk, Nabi ﷺ bertanya: “Tahukah kalian apa itu?” kami menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu. Beliau bersabda: “Itu adalah batu yang dilemparkan ke neraka sejak tujuhpuluh tahun, ia jatuh ke neraka sekarang hingga mencapai keraknya.” (HR. Muslim 4/2184 no. 2844)
Oleh karenanya jika neraka jahannam sangat panjang dan luas, maka kita menyimpulkan bahwa jembatan sirath juga sangat panjang. Sedangkan disebutkan bahwa di antara sifat-sifat sirath adalah,
دَحْضٌ مَزِلَّةٌ فِيهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكٌ تَكُونُ بِنَجْدٍ فِيهَا شُوَيْكَةٌ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ… أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنْ الشَّعْرَةِ وَأَحَدُّ مِنْ السَّيْفِ.} صحيح مسلم (1/167{(
“Licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan…Jembatannya lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim 1/167 no. 183)
Maka pada waktu itu seseorang akan sangat butuh cahaya untuk bisa melewati sirath. Jika seseorang tidak memiliki cahaya, maka dia pasti akan terjatuh dengan sifat sirath yang telah kita sebutkan di atas. Namun orang-orang kafir, musyrikin, atheis, penyembah berhala, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah pada waktu itu akan langsung masuk ke dalam neraka tanpa melalui sirath sebagaimana penjelasan para ulama. Sehingga yang akan melewati sirath adalah orang mukmin dan orang munafik.
Maka terpisahlah antara orang-orang munafik dan orang-orang beriman. Kemudian Allah memberikan kepada mereka masing-masing cahaya. Maka seketika senanglah orang-orang munafik dengan pemberian tersebut. Akan tetapi tiba-tiba Allah mencabut cahaya tersebut dari mereka. Allah ﷻ berfirman,
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah : 9)
Ketika orang-orang munafik menipu Allah dan orang-orang yang beriman di dunia dengan keimanan mereka, padahal sebenarnya mereka benci syariat islam, mereka tidak ridha Nabi Muhammad ﷺ sebagai nabi mereka, maka Allah pun menipu mereka di akhirat. Allah memberikan kepada mereka cahaya, namun Allah ambil kembali cahaya tersebut sebelum mereka melewati sirath.
Baca lebih banyak di: https://firanda.com/4379-sirath-dan-neraka-serial-menuju-akhirat-9.html
Firanda.com - Tebarkan ilmu, Tumbuhkan amal, Petik ridho ilahi
Sirath dan Neraka – Serial Menuju Akhirat #9 | Firanda.com
Sirath dan Neraka Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja. Lc, MA. Sirath adalah sebuah jembatan yang diletakkan di atas neraka jahannam. dan sebagaimana kita ketahui bahwa banyak dalil yang menunjukkan betapa luasnya neraka jahannam. Di antara yang menunjukkan…
Forwarded from Muslimah.or.id
Nafkah untuk Istri dan Anak-Anak
Seorang ayah atau suami memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya. Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Ada seorang lelaki dari Bani ‘Udzrah yang memerdekakan budaknya. Lalu berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Apakah kamu masih punya harta selain ini?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak ada.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Siapakah yang mau membeli budak ini?” Lalu Nu’aim bin ‘Abdullah Al-‘Adawi membelinya dengan harga 800 dirham. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa uang itu dan memberikannya kepada lelaki tersebut sembari bersabda,
ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا
“(Gunakanlah ini) untuk memenuhi kebutuhanmu dahulu, maka bersedekahlah dengannya untuk (mencukupi kebutuhan) dirimu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada keluargamu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada kerabatmu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada ini dan itu.” (HR. Muslim no. 997)
Memenuhi nafkah keluarga merupakan kewajiban dan juga benilai sedekah di sisi Allah Ta’ala. Salah satu dalilnya adalah hadits tersebut di atas. Dalil lainnya yang lebih gamblang adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Sesuatu apa pun yang Engkau berikan sebagai makanan kepada dirimu, maka itu merupakan sedekah. Demikian pula yang Engkau berikan sebagai makanan kepada anakmu, istrimu, bahkan kepada budakmu, itu semua merupakan sedekah.” (HR. Ahmad no. 17179 dengan sanad yang shahih)
Bahkan, hal itu merupakan sebaik-baik harta yang diinfaqkan seorang suami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Dinar yang Engkau infaqkan di jalan Allah (perang -pen), dinar yang Engkau infaqkan untuk membebaskan seorang budak, dinar yang Engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang Engkau infaqkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah infaq yang Engkau berikan kepada keluargamu.” (HR. Muslim no. 995)
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html
Silakan di-share...
Seorang ayah atau suami memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya. Jabir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Ada seorang lelaki dari Bani ‘Udzrah yang memerdekakan budaknya. Lalu berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Apakah kamu masih punya harta selain ini?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak ada.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Siapakah yang mau membeli budak ini?” Lalu Nu’aim bin ‘Abdullah Al-‘Adawi membelinya dengan harga 800 dirham. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa uang itu dan memberikannya kepada lelaki tersebut sembari bersabda,
ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا
“(Gunakanlah ini) untuk memenuhi kebutuhanmu dahulu, maka bersedekahlah dengannya untuk (mencukupi kebutuhan) dirimu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada keluargamu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada kerabatmu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada ini dan itu.” (HR. Muslim no. 997)
Memenuhi nafkah keluarga merupakan kewajiban dan juga benilai sedekah di sisi Allah Ta’ala. Salah satu dalilnya adalah hadits tersebut di atas. Dalil lainnya yang lebih gamblang adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ، فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Sesuatu apa pun yang Engkau berikan sebagai makanan kepada dirimu, maka itu merupakan sedekah. Demikian pula yang Engkau berikan sebagai makanan kepada anakmu, istrimu, bahkan kepada budakmu, itu semua merupakan sedekah.” (HR. Ahmad no. 17179 dengan sanad yang shahih)
Bahkan, hal itu merupakan sebaik-baik harta yang diinfaqkan seorang suami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Dinar yang Engkau infaqkan di jalan Allah (perang -pen), dinar yang Engkau infaqkan untuk membebaskan seorang budak, dinar yang Engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang Engkau infaqkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah infaq yang Engkau berikan kepada keluargamu.” (HR. Muslim no. 995)
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html
Silakan di-share...
Forwarded from UiTO Channel: Ustaz Emran Ahmad
Cara fikir
Ramai orang syadid dalam agama apabila melibatkan perkara aurat sampai berbalah soal menutup lengan dan kaki tetapi longgar soal rasuah, muamalat riba dan syubhah.
Kita cukup risau dan bimbang kalau-kalau termakan babi tetapi tidak hirau kalau memakan riba, judi dan hasil curi.
Demi duit ramai yang sanggup masuk MLM dan forex trading sekalipun syubhat dan haram kerana ada ustaz kata boleh. Tetapi sanggup pula meninggalkan makan kek Secret Recipe kerana ada ura-ura yang kata haram walaupun ada logo halal Jakim konon atas dasar menjaga diri.
Pening fikir.
Ada yang sanggup menutup dagu atau muka dengan memakai purdah untuk menjaga diri dari fitnah tetapi boleh pula menjual produk 'over claim' atau menipu serta membuat review dan menjual produk-produk mengarut di instagram dan media sosial.
Kerana duit, habis pening dan putar semua benda.
Ustaz-ustaz (baca: asatizah) cukup bimbang dan tegas soal halal haram makanan dan kesucian sesuatu benda tetapi pejam mata dan lupa soal mencela, memfitnah dan mengumpat orang (ibarat memakan daging saudara sendiri).
Itu belum lagi dikira yang berani menipu di atas nama Nabi tetapi cukup syadid bab fiqh najis dan bersuci.
Perempuan mengaji agama (adik-adik usrah) bukan main sibuk menyuruh menundukkan pandangan dan menjaga hati tetapi dia sendiri peminat artis Korea dan penyanyi nasyid.
Begitu risau soal memakai stoking lengan dan kaki tetapi tidak kisah keluar malam dan bermusafir tanpa mahram atau berdua-duaan dengan lelaki.
Apa yang tidak kena dengan agamawan kita? Kalau dia mahu memperjuangkan hudud yang difikirkannya mahu membina banyak pusat potong tangan dan pusat sebatan.
Bukannya mahu membantu umat supaya kaya dan mudah bernikah agar tidak perlu berzina dan tidak perlu lagi mencuri.
Antara petanda kebodohan umat ialah apabila mereka sanggup membina masjid, mahkamah syariah dan kompleks agama bernilai puluhan juta ringgit sedangkan di sekitarnya masih terdapat ramai orang yang susah dan fakir miskin.
Sedangkan Islam tidak memerlukan masjid dan mahkamah yang gah, cukup adanya keadilan dan kejujuran walaupun masjid dan mahkamahnya hanya di dalam kandang kambing.
Anas bin Malik RA (wafat 93 H) pernah menyebut bahawa;
كَانَ يُصَلِّي فِي مَرَابِضِ الْغَنَمِ قَبْلَ أَنْ يُبْنَى الْمَسْجِدُ
“Baginda selalu bersembahyang di kandang kambing sebelum dibina masjid (masjid Nabawi).” [HR. Al-Bukhari]
Islam tanpa kefahaman yang betul hanya membawa fitnah dan kerosakan yang bertimpa-timpa tanpa penghujung!
Ramai orang syadid dalam agama apabila melibatkan perkara aurat sampai berbalah soal menutup lengan dan kaki tetapi longgar soal rasuah, muamalat riba dan syubhah.
Kita cukup risau dan bimbang kalau-kalau termakan babi tetapi tidak hirau kalau memakan riba, judi dan hasil curi.
Demi duit ramai yang sanggup masuk MLM dan forex trading sekalipun syubhat dan haram kerana ada ustaz kata boleh. Tetapi sanggup pula meninggalkan makan kek Secret Recipe kerana ada ura-ura yang kata haram walaupun ada logo halal Jakim konon atas dasar menjaga diri.
Pening fikir.
Ada yang sanggup menutup dagu atau muka dengan memakai purdah untuk menjaga diri dari fitnah tetapi boleh pula menjual produk 'over claim' atau menipu serta membuat review dan menjual produk-produk mengarut di instagram dan media sosial.
Kerana duit, habis pening dan putar semua benda.
Ustaz-ustaz (baca: asatizah) cukup bimbang dan tegas soal halal haram makanan dan kesucian sesuatu benda tetapi pejam mata dan lupa soal mencela, memfitnah dan mengumpat orang (ibarat memakan daging saudara sendiri).
Itu belum lagi dikira yang berani menipu di atas nama Nabi tetapi cukup syadid bab fiqh najis dan bersuci.
Perempuan mengaji agama (adik-adik usrah) bukan main sibuk menyuruh menundukkan pandangan dan menjaga hati tetapi dia sendiri peminat artis Korea dan penyanyi nasyid.
Begitu risau soal memakai stoking lengan dan kaki tetapi tidak kisah keluar malam dan bermusafir tanpa mahram atau berdua-duaan dengan lelaki.
Apa yang tidak kena dengan agamawan kita? Kalau dia mahu memperjuangkan hudud yang difikirkannya mahu membina banyak pusat potong tangan dan pusat sebatan.
Bukannya mahu membantu umat supaya kaya dan mudah bernikah agar tidak perlu berzina dan tidak perlu lagi mencuri.
Antara petanda kebodohan umat ialah apabila mereka sanggup membina masjid, mahkamah syariah dan kompleks agama bernilai puluhan juta ringgit sedangkan di sekitarnya masih terdapat ramai orang yang susah dan fakir miskin.
Sedangkan Islam tidak memerlukan masjid dan mahkamah yang gah, cukup adanya keadilan dan kejujuran walaupun masjid dan mahkamahnya hanya di dalam kandang kambing.
Anas bin Malik RA (wafat 93 H) pernah menyebut bahawa;
كَانَ يُصَلِّي فِي مَرَابِضِ الْغَنَمِ قَبْلَ أَنْ يُبْنَى الْمَسْجِدُ
“Baginda selalu bersembahyang di kandang kambing sebelum dibina masjid (masjid Nabawi).” [HR. Al-Bukhari]
Islam tanpa kefahaman yang betul hanya membawa fitnah dan kerosakan yang bertimpa-timpa tanpa penghujung!
Forwarded from Muslim.or.id
Ustadz, apa artinya ayat muhkam dan mutasyabih?
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. menjawab:
Muhkam artinya ayat ayat yang maknanya jelas tidak tersembunyi. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maknanya tidak jelas, hanya orang-orang yang kuat keilmuannya yang memahaminya dengan pemahaman yang benar.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
يخبر تعالى أن في القرآن آيات محكمات هن أم الكتاب، أي: بينات واضحات الدلالة، لا التباس فيها على أحد من الناس
“Allah Ta’ala mengabarkan bahwa di dalam Al Qur’an terdapat ayat ayat alquran yang merupakan induk Al Qur’an, yaitu ayat ayat yang jelas maknanya, tidak tersembunyi pada semua orang” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/6).
Syaikh Ibnu Al Utsaimin rahimhullah berkata:
“Allah Tabaroka wata’ala membagi Al Qur’an menjadi dua macam: muhkam dan mutasyabih. Yang dimaksud muhkam adalah yang jelas maknanya dan tidak tersembunyi. Contohnya kata: langit, bumi, bintang, gunung, pohon, dan sebagainya.
Adapun mutasyabih adalah ayat ayat yang samar maknanya dan tersembunyi dari kebanyakan manusia. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang kokoh keilmuannya. Contohnya adalah ayat ayat yang bersifat global dan tidak ada perinciannya di dalam alquran, seperti firman Allah:
وأقيموا الصلاة
“Dirikanlah sholat“.
Mendirikan sholat tidak dijelaskan tata caranya. Karena ayat ini hanya menyebutkan kewajiban mendirikan sholat saja, tapi bagaimana tatacaranya? Ini diketahui dari dalil lain.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28026-apa-yang-dimaksud-dengan-muhkam-dan-mutasyabih-dalam-al-quran.html
Ayo support dakwah muslim.or.id di sini: http://bit.ly/support-muslimorid
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. menjawab:
Muhkam artinya ayat ayat yang maknanya jelas tidak tersembunyi. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maknanya tidak jelas, hanya orang-orang yang kuat keilmuannya yang memahaminya dengan pemahaman yang benar.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
يخبر تعالى أن في القرآن آيات محكمات هن أم الكتاب، أي: بينات واضحات الدلالة، لا التباس فيها على أحد من الناس
“Allah Ta’ala mengabarkan bahwa di dalam Al Qur’an terdapat ayat ayat alquran yang merupakan induk Al Qur’an, yaitu ayat ayat yang jelas maknanya, tidak tersembunyi pada semua orang” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/6).
Syaikh Ibnu Al Utsaimin rahimhullah berkata:
“Allah Tabaroka wata’ala membagi Al Qur’an menjadi dua macam: muhkam dan mutasyabih. Yang dimaksud muhkam adalah yang jelas maknanya dan tidak tersembunyi. Contohnya kata: langit, bumi, bintang, gunung, pohon, dan sebagainya.
Adapun mutasyabih adalah ayat ayat yang samar maknanya dan tersembunyi dari kebanyakan manusia. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang kokoh keilmuannya. Contohnya adalah ayat ayat yang bersifat global dan tidak ada perinciannya di dalam alquran, seperti firman Allah:
وأقيموا الصلاة
“Dirikanlah sholat“.
Mendirikan sholat tidak dijelaskan tata caranya. Karena ayat ini hanya menyebutkan kewajiban mendirikan sholat saja, tapi bagaimana tatacaranya? Ini diketahui dari dalil lain.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28026-apa-yang-dimaksud-dengan-muhkam-dan-mutasyabih-dalam-al-quran.html
Ayo support dakwah muslim.or.id di sini: http://bit.ly/support-muslimorid
Forwarded from UiTO Channel: Ustaz Emran Ahmad
Fenomena perempuan berniaga
Di antara tanda-tanda kiamat ialah para wanita ramai yang berniaga.
Ini berdasarkan hadith Ibn Mas’ud RA (wafat 32 H) bahawa Rasulullah salallahualaihiwassalam bersabda;
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ : تَسْلِيمُ الْخَاصَّةِ ، وَفُشُوُّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ
“Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan ada ucapan salam khusus dan perniagaan tersebar luas sehingga orang perempuan pun ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.”
[HR. Ahmad dan Al-Hakim]
Walaupun di dalam sejarah, wanita pernah berniaga seperti isteri Nabi salallahualaihiwassalam sendiri namun ianya tidaklah sepesat dan sedahsyat hari ini apabila hampir semua wanita moden yang aktif di media sosial menjadi agen dropship, founder produk atau terlibat dengan sesuatu perniagaan tertentu.
Hari ini kita melihat berkembangnya bisnes perniagaan (فشو التجارة) dan bercambahnya kemunculan founder produk yang bermacam-macam yang disebutkan oleh Nabi salallahualaihiwassalam bahawa manusia sanggup menjual beli apa sahaja daripada atas kepala seperti produk untuk rambut, produk muka, produk ketiak, produk inai, produk seksual sehinggalah ke produk kaki.
Ramai orang menjadi kaya dengan sekejap sahaja baik melalui usaha produk, youtube, media sosial dan pelbagai lagi.
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَفْشُوَ الْمَالُ
'Di antara tanda-tanda kiamat ialah berkembangnya harta kekayaan..' [HR Al-Nasa'ie]
Ukuran manusia akhir zaman ini ialah kekayaan dan harta.
Sesiapa yang memilikinya dianggap berjaya dan mulia dan sesiapa yang tidak mendapatkan harta dan kekayaan dianggap gagal dan hina.
Itulah fitnah yang sedang menghinggapi ramai manusia di akhir zaman ini!
Di antara tanda-tanda kiamat ialah para wanita ramai yang berniaga.
Ini berdasarkan hadith Ibn Mas’ud RA (wafat 32 H) bahawa Rasulullah salallahualaihiwassalam bersabda;
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ : تَسْلِيمُ الْخَاصَّةِ ، وَفُشُوُّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ
“Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan ada ucapan salam khusus dan perniagaan tersebar luas sehingga orang perempuan pun ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.”
[HR. Ahmad dan Al-Hakim]
Walaupun di dalam sejarah, wanita pernah berniaga seperti isteri Nabi salallahualaihiwassalam sendiri namun ianya tidaklah sepesat dan sedahsyat hari ini apabila hampir semua wanita moden yang aktif di media sosial menjadi agen dropship, founder produk atau terlibat dengan sesuatu perniagaan tertentu.
Hari ini kita melihat berkembangnya bisnes perniagaan (فشو التجارة) dan bercambahnya kemunculan founder produk yang bermacam-macam yang disebutkan oleh Nabi salallahualaihiwassalam bahawa manusia sanggup menjual beli apa sahaja daripada atas kepala seperti produk untuk rambut, produk muka, produk ketiak, produk inai, produk seksual sehinggalah ke produk kaki.
Ramai orang menjadi kaya dengan sekejap sahaja baik melalui usaha produk, youtube, media sosial dan pelbagai lagi.
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَفْشُوَ الْمَالُ
'Di antara tanda-tanda kiamat ialah berkembangnya harta kekayaan..' [HR Al-Nasa'ie]
Ukuran manusia akhir zaman ini ialah kekayaan dan harta.
Sesiapa yang memilikinya dianggap berjaya dan mulia dan sesiapa yang tidak mendapatkan harta dan kekayaan dianggap gagal dan hina.
Itulah fitnah yang sedang menghinggapi ramai manusia di akhir zaman ini!
VID-20210117-WA0137.mp4
6.3 MB
Video from Imam MasjidArRahman
Forwarded from Al Quran 30 Juz
Mp3 Al-Quran Per Juz
Oleh Misyari Rasyid Al-Afasy
Oleh Misyari Rasyid Al-Afasy