Jihad fi Sabilillah adalah Sebuah Keniscayaan
Jihad fi sabilillah adalah sebuah keniscayaan. Bahkan ini merupakan puncak dari Islam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رأسُ الأَمرِ الإِسلامُ، وعَمُودُهُ الصلاةُ، وذُرْوَةٌ سَنَامِهِ الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ
“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.” (Shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/86), Ahmad (5/231), At-Tirmidzi (5/11), dan Ibnu Majah (2/314))
Ingat! Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan jihad dalam rangka untuk menegakkan kalimat Allah agar tinggi lagi mulia dan melindungi agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya …” (QS Al-Hajj [22]: 78)
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan,
“(Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah) Yakni berperang melawan orang-orang kafir dan membela diri dari serangan mereka jika mereka menyerang negeri kaum muslimin. (Dengan jihad yang sebenar-benarnya) Yakni jihad yang ikhlas karena Allah tanpa takut cercaan orang lain.” (Lihat Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir pada tafsir ayat ini)
Pada tafsir ringkas Kemenag RI disebutkan, “Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan.”
Selengkapnya: https://sunnahedu.com/2019/09/15/jihad-fi-sabilillah-adalah-sebuah-keniscayaan/
Jihad fi sabilillah adalah sebuah keniscayaan. Bahkan ini merupakan puncak dari Islam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رأسُ الأَمرِ الإِسلامُ، وعَمُودُهُ الصلاةُ، وذُرْوَةٌ سَنَامِهِ الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ
“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.” (Shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/86), Ahmad (5/231), At-Tirmidzi (5/11), dan Ibnu Majah (2/314))
Ingat! Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan jihad dalam rangka untuk menegakkan kalimat Allah agar tinggi lagi mulia dan melindungi agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya …” (QS Al-Hajj [22]: 78)
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan,
“(Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah) Yakni berperang melawan orang-orang kafir dan membela diri dari serangan mereka jika mereka menyerang negeri kaum muslimin. (Dengan jihad yang sebenar-benarnya) Yakni jihad yang ikhlas karena Allah tanpa takut cercaan orang lain.” (Lihat Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir pada tafsir ayat ini)
Pada tafsir ringkas Kemenag RI disebutkan, “Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan.”
Selengkapnya: https://sunnahedu.com/2019/09/15/jihad-fi-sabilillah-adalah-sebuah-keniscayaan/
Ibnu Taimiyah dan Jin Perempuan yang Jatuh Cinta
Jin jatuh cinta? Mungkinkah? Kenapa tidak? Ini bisa saja terjadi. Sebagaimana manusia jatuh cinta kepada manusia lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
صرع الجن للإنس قد يكون عن شهوة وهوى وعشق ، كما يتفق للإنس مع الإنس
“Jin merasuk ke dalam tubuh manusia, terkadang karena syahwat, hawa nafsu, atau jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan sesama manusia.” (Majmu’ Al-Fatawa, 19/39).
Ada kisah yang menarik tentang jin perempuan yang jatuh cinta. Kisah ini saya nukil dengan alih bahasa secara bebas dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin karya Al-Allamah Al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah hal. 113 terbitan Ad-Dar Al-Alamiyyah, Kairo. Beliau rahimahullah berkata,
“Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah): Bahwasanya ada seorang lelaki yang kesurupan, lalu Syaikh membaca (ayat-ayat ruqyah) untuknya dan berbicara kepadanya (yakni kepada jin yang merasuki si lelaki tersebut. Dalam teks Arabnya menggunakan kata ganti “laHhaa” hal ini berarti yang diajak bicara ialah jin perempuan. –pen).
Syaikh : “Bertakwalah engkau kepada Allah. Keluar!”
Jin : “Aku menginginkan lelaki ini dan aku mencintainya.”
Syaikh: “Tapi dia tidak mencintaimu. Keluar!”
Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca di https://sunnahedu.com/2019/09/16/ibnu-taimiyah-dan-jin-perempuan-yang-jatuh-cinta/
Jin jatuh cinta? Mungkinkah? Kenapa tidak? Ini bisa saja terjadi. Sebagaimana manusia jatuh cinta kepada manusia lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
صرع الجن للإنس قد يكون عن شهوة وهوى وعشق ، كما يتفق للإنس مع الإنس
“Jin merasuk ke dalam tubuh manusia, terkadang karena syahwat, hawa nafsu, atau jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan sesama manusia.” (Majmu’ Al-Fatawa, 19/39).
Ada kisah yang menarik tentang jin perempuan yang jatuh cinta. Kisah ini saya nukil dengan alih bahasa secara bebas dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin karya Al-Allamah Al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah hal. 113 terbitan Ad-Dar Al-Alamiyyah, Kairo. Beliau rahimahullah berkata,
“Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah): Bahwasanya ada seorang lelaki yang kesurupan, lalu Syaikh membaca (ayat-ayat ruqyah) untuknya dan berbicara kepadanya (yakni kepada jin yang merasuki si lelaki tersebut. Dalam teks Arabnya menggunakan kata ganti “laHhaa” hal ini berarti yang diajak bicara ialah jin perempuan. –pen).
Syaikh : “Bertakwalah engkau kepada Allah. Keluar!”
Jin : “Aku menginginkan lelaki ini dan aku mencintainya.”
Syaikh: “Tapi dia tidak mencintaimu. Keluar!”
Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca di https://sunnahedu.com/2019/09/16/ibnu-taimiyah-dan-jin-perempuan-yang-jatuh-cinta/
.
📚 HAMBA YANG PALING ALLAH CINTAI
.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
.
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
.
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
.
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
.
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻️ Silakan Disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
📚 HAMBA YANG PALING ALLAH CINTAI
.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
.
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
.
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
.
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
.
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻️ Silakan Disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
id-tanya-jawab-akidah-syiah-isna-asyariyyah.pdf
5.2 MB
id-tanya-jawab-akidah-syiah-isna-asyariyyah.pdf
*Asal Besi dari Langit?*
Oleh Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“ _Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. *Dan Kami turunkan besi* yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa._ ” (QS Al-Hadiid [57] : 25)
Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, diriwayatkan dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ _Sesungguhnya Allah telah *menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi*, api, air, dan garam._” ( _Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur`aan_, 9/17: 215. Hadits ini asalnya dari _Kanzul ‘Umaal_, 15/418, 419, no. 41650 dari riwayat Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/02/16/__trashed/
Oleh Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“ _Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. *Dan Kami turunkan besi* yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa._ ” (QS Al-Hadiid [57] : 25)
Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, diriwayatkan dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ _Sesungguhnya Allah telah *menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi*, api, air, dan garam._” ( _Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur`aan_, 9/17: 215. Hadits ini asalnya dari _Kanzul ‘Umaal_, 15/418, 419, no. 41650 dari riwayat Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/02/16/__trashed/
sunnahedu.com
Asal Besi dari Langit? - sunnahedu.com
Sesungguhnya Allah telah menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi, api, air, dan garam
Doa Memohon Ditambahkan Ilmu yang Bermanfaat
Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunannya di Kitab Muqaddimah, Bab Mengambil Manfaat Ilmu dan Beramal dengannya, nomor hadits 247, membawakan riwayat:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Musa bin Ubaidah dari Muhammad bin Tsabit dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
"Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi." (HR Ibnu Majah no. 247. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat yang lain akhir haditsnya berlafaz,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
"... aku pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka." (HR Ibnu Majah no. 3832. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi rahimahullah redaksi akhir tersebut berbunyi,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
" .... aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka." (HR At-Tirmidzi no. 3532. At-Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Wallahu 'alam.
Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Sumber: https://sunnahedu.com/2020/02/16/doa-memohon-ditambahkan-ilmu-yang-bermanfaat/
Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunannya di Kitab Muqaddimah, Bab Mengambil Manfaat Ilmu dan Beramal dengannya, nomor hadits 247, membawakan riwayat:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Musa bin Ubaidah dari Muhammad bin Tsabit dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
"Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi." (HR Ibnu Majah no. 247. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat yang lain akhir haditsnya berlafaz,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
"... aku pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka." (HR Ibnu Majah no. 3832. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi rahimahullah redaksi akhir tersebut berbunyi,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
" .... aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka." (HR At-Tirmidzi no. 3532. At-Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Wallahu 'alam.
Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Sumber: https://sunnahedu.com/2020/02/16/doa-memohon-ditambahkan-ilmu-yang-bermanfaat/
sunnahedu.com
Doa Memohon Ditambahkan Ilmu yang Bermanfaat - sunnahedu.com
Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi
Bagaimana Keadaan Kedua Telapak Kaki ketika Sujud?
Tidak jarang sebagian penuntut ilmu yang sedang dalam masa pubertas beragama menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Ini artinya dia belum merasakan luas dan dalamnya ilmu fikih itu. Sepatutnya bagi penuntut ilmu pemula itu banyak diam dan mendengar, bukan berfatwa yang akhirnya membuat “gaduh” baik di masyarakatnya terlebih di dunia maya. Inilah yang dilupakan oleh banyak penuntut ilmu. Belum tuntas berguru sudah turun gunung.
Perkara yang sering dibuat “berisik” salah satunya adalah tentang keadaan kedua telapak kaki ketika sujud, direnggangkan ataukah dirapatkan. Untuk mengetahuinya marilah kita simak uraian dari Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid rahimahullah berikut ini.
Kata beliau; dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat menjadi dua pendapat:
Baca selengkapnya biar gak penasaran di https://sunnahedu.com/2020/02/17/bagaimana-keadaan-kedua-telapak-kaki-ketika-sujud/
Tidak jarang sebagian penuntut ilmu yang sedang dalam masa pubertas beragama menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Ini artinya dia belum merasakan luas dan dalamnya ilmu fikih itu. Sepatutnya bagi penuntut ilmu pemula itu banyak diam dan mendengar, bukan berfatwa yang akhirnya membuat “gaduh” baik di masyarakatnya terlebih di dunia maya. Inilah yang dilupakan oleh banyak penuntut ilmu. Belum tuntas berguru sudah turun gunung.
Perkara yang sering dibuat “berisik” salah satunya adalah tentang keadaan kedua telapak kaki ketika sujud, direnggangkan ataukah dirapatkan. Untuk mengetahuinya marilah kita simak uraian dari Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid rahimahullah berikut ini.
Kata beliau; dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat menjadi dua pendapat:
Baca selengkapnya biar gak penasaran di https://sunnahedu.com/2020/02/17/bagaimana-keadaan-kedua-telapak-kaki-ketika-sujud/
sunnahedu.com
Bagaimana Keadaan Kedua Telapak Kaki ketika Sujud? - sunnahedu.com
Disunahkan bagi orang yang sujud untuk merenggangkan antara kedua lututnya dan kedua telapak kakinya. Al-Qadhi Abu Thayib berkata dalam komentarnya, ‘Para ulama dalam mazhab kami berkata, ‘Hendaknya jarak antara kedua telapak kakinya seukuran sejengkal.
Bergembira Bisa Tunduk Pada Kebenaran
Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
متى رزق العبد انقيادا للحق وثباتا عليه فليبشر، فقد بشر بكل خير، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء.
“Kapan saja seorang hamba dikaruniai sikap tunduk kepada kebenaran dan kekokohan di atasnya, maka hendaklah dia bergembira, karena sesungguhnya dia telah diberi kabar gembira akan mendapatkan semua kebaikan, dan itu adalah keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
[Sumber: Thariqatul Hijratain, jilid 2, hlm. 347]
Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
متى رزق العبد انقيادا للحق وثباتا عليه فليبشر، فقد بشر بكل خير، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء.
“Kapan saja seorang hamba dikaruniai sikap tunduk kepada kebenaran dan kekokohan di atasnya, maka hendaklah dia bergembira, karena sesungguhnya dia telah diberi kabar gembira akan mendapatkan semua kebaikan, dan itu adalah keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
[Sumber: Thariqatul Hijratain, jilid 2, hlm. 347]
Doa Agar Terhindar dari Virus Corona
Wabah virus corona menjadi momok bagi umat manusia dewasa ini. Bermula wabah tersebut tersebar di negeri Tirai Bambu, lalu penyebarannya begitu cepat hingga kini di negeri tercinta. Bagi seorang mukmin, ketika terjadi suatu wabah maka ia kembalikan semuanya itu kepada Allah Jalla wa ‘Alla. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas semua itu, dan hanya Allah-lah tempat kembali kita yakni dengan berdoa kepada-Nya, agar Dia menjauhkan kita dari wabah yang buruk tersebut.
Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa pun merupakan jalan keselamatan yang seorang muslim tidak akan pernah bisa lepas dari kebutuhan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya, terlebih lagi ketika ada wabah yang dapat memudharatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (QS. Al-Baqarah: 186)
Dan firman-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu …” (QS. Ghafir: 60)
Dari Sahabat Ibnu ‘Umar radiyallahu ‘anhuma, dia berkata’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/03/02/doa-agar-terhindar-dari-virus-corona/
Wabah virus corona menjadi momok bagi umat manusia dewasa ini. Bermula wabah tersebut tersebar di negeri Tirai Bambu, lalu penyebarannya begitu cepat hingga kini di negeri tercinta. Bagi seorang mukmin, ketika terjadi suatu wabah maka ia kembalikan semuanya itu kepada Allah Jalla wa ‘Alla. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas semua itu, dan hanya Allah-lah tempat kembali kita yakni dengan berdoa kepada-Nya, agar Dia menjauhkan kita dari wabah yang buruk tersebut.
Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa pun merupakan jalan keselamatan yang seorang muslim tidak akan pernah bisa lepas dari kebutuhan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya, terlebih lagi ketika ada wabah yang dapat memudharatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (QS. Al-Baqarah: 186)
Dan firman-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu …” (QS. Ghafir: 60)
Dari Sahabat Ibnu ‘Umar radiyallahu ‘anhuma, dia berkata’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/03/02/doa-agar-terhindar-dari-virus-corona/
sunnahedu.com
Doa Agar Terhindar dari Virus Corona - sunnahedu.com
Pun demikian dengan kita, ketika wabah corona ini muncul, maka sebaik-baiknya senjata untuk menghindari wabah tersebut adalah dengan berdoa; memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Diantara doa yang dapat diamalkan adalah sebagai berikut, “Ya Allah, aku berlindung…
APA SIH YANG DIMAKSUD IBADAH ITU?
🎙️ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
الْعِبَادَةُ هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ .
"Ibadah itu adalah suatu nama yang mencakup semua hal yang Allah cintai dan ridai, baik berupa perkataan maupun amalan batin dan zahir.
فَالصَّلَاةُ, وَالزَّكَاةُ, وَالصِّيَامُ, وَالْحَجُّ، وَصِدْقُ الْحَدِيثِ, وَأَدَاءُ الْأَمَانَةِ, وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ, وَصِلَةُ الْأَرْحَامِ، والْوَفَاءُ بِالْعُهُودِ, وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ, وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ, وَالْجِهَادُ لِلْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ, وَالْإِحْسَانُ لِلْجَارِ, وَالْيَتِيمِ, وَالْمِسْكِينِ, وَابْنِ السَّبِيلِ, وَالْمَمْلُوكِ; مِنَ الْآدَمِيِّينَ, وَالْبَهَائِمِ, وَالدُّعَاءُ, وَالذِّكْرُ, وَالْقِرَاءَةُ, وَأَمْثَالُ ذَلِكَ مِنَ الْعِبَادَةِ .
Maka salat, zakat, puasa, haji, berkata yang jujur, melaksanakan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahim, menepati janji, memerintahkan melakukan kebaikan, melarang melakukan kemungkaran, jihad melawan orang-orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga pun kepada yatim, miskin, ibnu sabil, budak, dan hewan, doa, zikir, membaca Al-Qur`an, dan selainnya dari ibadah.
وَكَذَلِكَ حُبُّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ, وَخَشْيَةُ اللَّهِ وَالْإِنَابَةُ إِلَيْهِ, وَإِخْلَاصُ الدِّينِ لَهُ, وَالصَّبْرُ لِحُكْمِهِ, وَالشُّكْرُ لِنِعَمِهِ, وَالرِّضَا بِقَضَائِهِ, وَالتَّوَكُّلُ عَلَيْهِ, وَالرَّجَاءُ لِرَحْمَتِهِ, وَالْخَوْفُ مِنْ عَذَابِهِ, وَأَمْثَالُ ذَلِكَ هِيَ مِنَ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ .
Demikian juga mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, bertaubat kepada-Nya, mengikhlaskan ibadah, sabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat dari-Nya, rida terhadap takdir-Nya, bertawakal kepada-Nya, berharap akan rahmat-Nya, takut dari azab-Nya, dan selain itu, semuanya adalah ibadah hanya untuk Allah."
Source:
📕 Al-'Ubudiyah hal. 44, penerbit Maktabah Al-Islamiyah.
✍ Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Join on telegram @sunnaheduofficial
🎙️ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
الْعِبَادَةُ هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ .
"Ibadah itu adalah suatu nama yang mencakup semua hal yang Allah cintai dan ridai, baik berupa perkataan maupun amalan batin dan zahir.
فَالصَّلَاةُ, وَالزَّكَاةُ, وَالصِّيَامُ, وَالْحَجُّ، وَصِدْقُ الْحَدِيثِ, وَأَدَاءُ الْأَمَانَةِ, وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ, وَصِلَةُ الْأَرْحَامِ، والْوَفَاءُ بِالْعُهُودِ, وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ, وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ, وَالْجِهَادُ لِلْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ, وَالْإِحْسَانُ لِلْجَارِ, وَالْيَتِيمِ, وَالْمِسْكِينِ, وَابْنِ السَّبِيلِ, وَالْمَمْلُوكِ; مِنَ الْآدَمِيِّينَ, وَالْبَهَائِمِ, وَالدُّعَاءُ, وَالذِّكْرُ, وَالْقِرَاءَةُ, وَأَمْثَالُ ذَلِكَ مِنَ الْعِبَادَةِ .
Maka salat, zakat, puasa, haji, berkata yang jujur, melaksanakan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahim, menepati janji, memerintahkan melakukan kebaikan, melarang melakukan kemungkaran, jihad melawan orang-orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga pun kepada yatim, miskin, ibnu sabil, budak, dan hewan, doa, zikir, membaca Al-Qur`an, dan selainnya dari ibadah.
وَكَذَلِكَ حُبُّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ, وَخَشْيَةُ اللَّهِ وَالْإِنَابَةُ إِلَيْهِ, وَإِخْلَاصُ الدِّينِ لَهُ, وَالصَّبْرُ لِحُكْمِهِ, وَالشُّكْرُ لِنِعَمِهِ, وَالرِّضَا بِقَضَائِهِ, وَالتَّوَكُّلُ عَلَيْهِ, وَالرَّجَاءُ لِرَحْمَتِهِ, وَالْخَوْفُ مِنْ عَذَابِهِ, وَأَمْثَالُ ذَلِكَ هِيَ مِنَ الْعِبَادَةِ لِلَّهِ .
Demikian juga mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, bertaubat kepada-Nya, mengikhlaskan ibadah, sabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat dari-Nya, rida terhadap takdir-Nya, bertawakal kepada-Nya, berharap akan rahmat-Nya, takut dari azab-Nya, dan selain itu, semuanya adalah ibadah hanya untuk Allah."
Source:
📕 Al-'Ubudiyah hal. 44, penerbit Maktabah Al-Islamiyah.
✍ Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Join on telegram @sunnaheduofficial
KEUTAMAAN ILMU DAN AHLINYA
Al-Imam Badruddin Ibnu Jama’ah Asy-Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya yang sarat faedah yakni Tadzkiratus Saami’ wal Mutakallim fii Adabil ‘Aalim wal Muta’allim hal. 37 terbitan Darul Basyr Al-Islamiyah tentang sebagian ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan ilmu dan ahlinya, beliau mengatakan:
Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11)
Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Para ulama itu berada di atas orang-orang mukmin dengan 700 derajat, di antara dua derajat 100 tahun.” (Disebutkan oleh Imam Al-Ghazali di Al-Ihyaa` (1/5), namun sanadnya belum ditemukan, -muhaqqiq)
Read More https://sunnahedu.com/2020/03/11/keutamaan-ilmu-dan-ahlinya/
Al-Imam Badruddin Ibnu Jama’ah Asy-Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya yang sarat faedah yakni Tadzkiratus Saami’ wal Mutakallim fii Adabil ‘Aalim wal Muta’allim hal. 37 terbitan Darul Basyr Al-Islamiyah tentang sebagian ayat-ayat yang berbicara tentang keutamaan ilmu dan ahlinya, beliau mengatakan:
Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11)
Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Para ulama itu berada di atas orang-orang mukmin dengan 700 derajat, di antara dua derajat 100 tahun.” (Disebutkan oleh Imam Al-Ghazali di Al-Ihyaa` (1/5), namun sanadnya belum ditemukan, -muhaqqiq)
Read More https://sunnahedu.com/2020/03/11/keutamaan-ilmu-dan-ahlinya/
sunnahedu.com
Keutamaan Ilmu dan Ahlinya - sunnahedu.com
Sahabat Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu berkata, "Para ulama itu berada di atas orang-orang mukmin dengan 700 derajat, di antara dua derajat 100 tahun." (Disebutkan oleh Imam Al-Ghazali di Al-Ihyaa` (1/5), namun sanadnya belum ditemukan, -muhaqqiq)
👆👆 Panduan untuk Covid-19 dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi
Al-Faqih Asy-Syekh Muhammad bin Ahmad Bajabir -semoga Allah menjaga beliau- sebelum memulai pelajaran kitab 'Umdah Ath-Thaalib li Naiylil Ma
Setelah itu semua, barulah dia menginjak ke ilmu Al-Maqaashid, seperti tauhid, fikih, hadits, dan tafsir. Lagi-lagi ini pun dimulai dari yang ringkas dulu pembahasannya.
ii. Bertahap dalam memilih kitab; maksudnya dimulai terlebih dahulu dengan kitab-kitab yang ringkas, lalu yang pertengahan, kemudian yang panjang pembahasannya.
iii. Bertahap dalam memilih syarah kitab; maksudnya seseorang itu menghadiri syarah kitab sesuai dengan marhalah (level)nya. Jika dia berada di marhalah pemula jangan hadir di pembahasan kitab untuk marhalah pertengahan terlebih yang tingkat lanjut. Pun demikian dengan seorang guru, ketika dia mengajar Al-Jurumiyah misalnya yang notabene ini untuk marhalah pemula jangan secara panjang lebar pembahasannya.
3). Mudzakarah; yakni muraja'ah (mempelajari kembali ilmu yang didapat) dan hadir pada pembahasan kitab yang sama beberapa kali. Sebab jika tidak demikian, dia tidak akan mendapatkan apapun. Ketika seseorang hadir dalam satu majelis, lalu dia hadir lagi pada majelis yang sama, akan banyak memberinya faedah tambahan. Berbeda jika hanya mencukupkan dengan satu kali majelis saja, sedikit yang dia dapatkan. [ ]
Alih bahasa secara bebas dan diringkas oleh Abahnya 'Aashim.
Sumber: Audio #1 Syarh 'Umdath Thaalib
aarib karya Syekh Manshur bin Yunus al-Buhuti rahimahullah, seorang imam mazhab Hanbali di era muta'akhirin; memulai terlebih dahulu dengan menyampaikan nasehat yang bagus terkait thariiqah (metode) menuntut ilmu yang benar.
Menurut beliau, ada tiga hal yang kudu diperhatikan dalam masalah ini:
1). Menuntut ilmu dengan bimbingan guru.
Yakni dengan bimbingan guru yang mutakhashishin (sesuai dengan fann-nya), baik itu ketika akan mempelajari ilmu fikih, hadis, tafsir, tauhid, atau lughah ataupun lainnya, maka pilihlah guru yang sesuai dengan keahliannya. Hatta ketika mempelajari kedokteran, arsitek, dan geologi misalnya, maka harus sesuai dengan fann-nya.
2). Belajar dengan bertahap
Kenapa harus bertahap? Ya karena hal ini merupakan sebab yang dapat mengantarkan seseorang dalam memahami yang dia pelajari. Ada tiga poin dalam perkara ini,
i. Bertahap dalam mempelajari ilmu; maksudnya memulai terlebih dahulu dengan ilmu Al-Wasaa
il yakni ilmu alat sebelum dia berpindah mempelajari ilmu Al-Maqaashid. Ilmu alat dimulai dengan nahwu, lalu sharaf, dilanjut balaghah. Mempelajari ini semua dimulai dari yang ringkas, jangan langsung yang pembahasannya panjang. Kemudian berpindah ke ilmu alat lainnya seperti, ushul tafsir, ulumul quran, musthalah hadits, dan ushul fikih. Sama ini juga dimulai dari yang ringkas dulu.Setelah itu semua, barulah dia menginjak ke ilmu Al-Maqaashid, seperti tauhid, fikih, hadits, dan tafsir. Lagi-lagi ini pun dimulai dari yang ringkas dulu pembahasannya.
ii. Bertahap dalam memilih kitab; maksudnya dimulai terlebih dahulu dengan kitab-kitab yang ringkas, lalu yang pertengahan, kemudian yang panjang pembahasannya.
iii. Bertahap dalam memilih syarah kitab; maksudnya seseorang itu menghadiri syarah kitab sesuai dengan marhalah (level)nya. Jika dia berada di marhalah pemula jangan hadir di pembahasan kitab untuk marhalah pertengahan terlebih yang tingkat lanjut. Pun demikian dengan seorang guru, ketika dia mengajar Al-Jurumiyah misalnya yang notabene ini untuk marhalah pemula jangan secara panjang lebar pembahasannya.
3). Mudzakarah; yakni muraja'ah (mempelajari kembali ilmu yang didapat) dan hadir pada pembahasan kitab yang sama beberapa kali. Sebab jika tidak demikian, dia tidak akan mendapatkan apapun. Ketika seseorang hadir dalam satu majelis, lalu dia hadir lagi pada majelis yang sama, akan banyak memberinya faedah tambahan. Berbeda jika hanya mencukupkan dengan satu kali majelis saja, sedikit yang dia dapatkan. [ ]
Alih bahasa secara bebas dan diringkas oleh Abahnya 'Aashim.
Sumber: Audio #1 Syarh 'Umdath Thaalib
👆👆 Nasehat dan Fatwa bagi Tim Medis dari Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad