📜 SANAD YANG DITULIS DENGAN TINTA EMAS
👤 Syaikh Dr. Muthlaq al-Jasir hafizhahullah berkata:
"Sanad yang ditulis dengan tinta emas: diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya (3/455), dari Imam Asy-Syafi'i, dari Imam Malik, dari Imam Az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik, dari bapaknya radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
'Ruh orang mukmin adalah burung yang bertengger di pohon surga, hingga Allah mengembaikan ke jasadnya pada hari dibangkitkan.'"
📚 Status beliau di twitternya @Dr_Mutlaq
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
YT : youtube.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
👤 Syaikh Dr. Muthlaq al-Jasir hafizhahullah berkata:
"Sanad yang ditulis dengan tinta emas: diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya (3/455), dari Imam Asy-Syafi'i, dari Imam Malik, dari Imam Az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik, dari bapaknya radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
'Ruh orang mukmin adalah burung yang bertengger di pohon surga, hingga Allah mengembaikan ke jasadnya pada hari dibangkitkan.'"
📚 Status beliau di twitternya @Dr_Mutlaq
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
YT : youtube.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
Sunnahedu
pendidikan islam fikih mazhab hanbali hanabilah nusantara
📜 ALLAH MENYUKAI YANG BAIK
👤 Al-Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Baik tidaklah menyukai sesuatu kecuali yang baik.
Dan tidaklah menerima dari perkataan, amal, dan sedekah kecuali yang baik."
📚 Mukhtashar Zaadul Ma'aad lil Imaam Ibn Qayyim hal. 9. Darussalam Riyadh.
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
👤 Al-Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata
"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Baik tidaklah menyukai sesuatu kecuali yang baik.
Dan tidaklah menerima dari perkataan, amal, dan sedekah kecuali yang baik."
📚 Mukhtashar Zaadul Ma'aad lil Imaam Ibn Qayyim hal. 9. Darussalam Riyadh.
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
Sunnahedu
pendidikan islam fikih mazhab hanbali hanabilah nusantara
✅ JANGAN LUPA BESOK PUASA HARI ARAFAH
🔰 Hukum puasa hari Arafah adalah mustahab (Al-Mughni, 4/239). Puasa ini memiliki keutamaan, yakni diampuni dosa tahun lalu dan yang akan datang.
👉 Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah. Beliau ﷺ menjawab,
يكفّر السّنة الماضية والباقية
'Melebur dosa tahun lalu dan yang akan datang.'". (Shahih. HR Muslim)
👉 Hari Arafah ialah tanggal 9 Dzulhijjah, yang tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 10 Agustus 2019.
🔺 Yuk besok kita puasa. Niatkan karena Allah Ta'ala semata. Jangan lupa sahur dan memperbanyak memohon ampun dikala waktu sahur.
✍ Abahnya 'Aashim.
🔰 Hukum puasa hari Arafah adalah mustahab (Al-Mughni, 4/239). Puasa ini memiliki keutamaan, yakni diampuni dosa tahun lalu dan yang akan datang.
👉 Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah. Beliau ﷺ menjawab,
يكفّر السّنة الماضية والباقية
'Melebur dosa tahun lalu dan yang akan datang.'". (Shahih. HR Muslim)
👉 Hari Arafah ialah tanggal 9 Dzulhijjah, yang tahun ini jatuh pada hari Sabtu, 10 Agustus 2019.
🔺 Yuk besok kita puasa. Niatkan karena Allah Ta'ala semata. Jangan lupa sahur dan memperbanyak memohon ampun dikala waktu sahur.
✍ Abahnya 'Aashim.
📜 BAGAIMANA TATA CARA TAKBIR?
👤 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Tata cara takbir yang dinukil dari kebanyakan para Sahabat ridwanullah alayhim ajmain ialah,
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ, اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwaa, 3/125)
Dan jika takbirnya tiga kali, boleh. Sebagian fuqaha takbirnya tiga kali saja. Dan sebagian dari mereka takbirnya tiga kali lalu mengatakan,
لا إلهَ إلا اللهُ و حدهُ لا شريكَ لَهُ، لَهُ المُلكُ و لَهُ الحمدُ، و هُوَ على كلِّ شئٍ قدير "
📚 Majmuu'atul Fataawaa (12/343). Darul Hadits, Kairo.
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
👤 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Tata cara takbir yang dinukil dari kebanyakan para Sahabat ridwanullah alayhim ajmain ialah,
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ, اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ
(Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwaa, 3/125)
Dan jika takbirnya tiga kali, boleh. Sebagian fuqaha takbirnya tiga kali saja. Dan sebagian dari mereka takbirnya tiga kali lalu mengatakan,
لا إلهَ إلا اللهُ و حدهُ لا شريكَ لَهُ، لَهُ المُلكُ و لَهُ الحمدُ، و هُوَ على كلِّ شئٍ قدير "
📚 Majmuu'atul Fataawaa (12/343). Darul Hadits, Kairo.
_
Follow, like & Subscribe
Web : https://sunnahedu.com
FB : facebook.com/sunnaheduofficial
IG : instagram.com/sunnaheduofficial
TELEGRAM : t.me/sunnaheduofficial
Sunnahedu
pendidikan islam fikih mazhab hanbali hanabilah nusantara
Berapa Usia Khadijah Ketika Menikah dengan Rasulullah?
https://sunnahedu.com/2019/08/17/berapa-usia-khadijah-ketika-menikah-dengan-rasulullah/
https://sunnahedu.com/2019/08/17/berapa-usia-khadijah-ketika-menikah-dengan-rasulullah/
sunnahedu.com
Berapa Usia Khadijah Ketika Menikah dengan Rasulullah? - sunnahedu.com
Ada beberapa pendapat dikalangan para ahli sejarah mengenai usia Khadijah radhiyallahu ‘anha ketika beliau menikah dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Yang masyhur diantaranya yaitu pendapat yang mengatakan beliau menikah pada usia 40 tahun dan…
Larangan Meninggikan Suara kepada Rasulullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS Al-Hujurat [49]: 2)
AL-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (4/241) berkata:
“Melalui ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan etika sopan santun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam bergaul dengan Rasulullah shallallallau ‘alaihi wa sallam. Yaitu hendaknya mereka menghormati, memuliakan, dan mengagungkan Beliau shallallallau ‘alaihi wa sallam.”
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata:
“Selanjutnya Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras.” Ini adalah adab terhadap Rasulullah ketika berbicara dengan beliau.
Artinya, orang yang berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tidak boleh meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan tidak boleh mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, ketika berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam suara harus dilirihkan dengan sopan, lembut seraya mengagungkan dan memuliakan, karena Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bukan seperti salah seorang dari kalian, untuk itu bedakanlah ketika berbicara dengannya sebagaimana kalian membedakan hak-haknya terhadap umatnya, kalian wajib mencintainya dengan kecintaan di mana keimanan tidak bisa sempurna tanpanya. Karena tanpa melaksanakan hal itu dikhawatirkan akan bisa menggugurkan amalan seorang hamba sedangkan dia tidak merasa, sebagaimana beretika terhadap Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam juga merupakan salah satu penyebab mendapatkan pahala dan diterimanya amalan.” (Taisîrul Karîmirrahmân, hal. 764 – 165)
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2019/08/20/larangan-meninggikan-suara-kepada-rasulullah/
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS Al-Hujurat [49]: 2)
AL-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (4/241) berkata:
“Melalui ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan etika sopan santun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam bergaul dengan Rasulullah shallallallau ‘alaihi wa sallam. Yaitu hendaknya mereka menghormati, memuliakan, dan mengagungkan Beliau shallallallau ‘alaihi wa sallam.”
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata:
“Selanjutnya Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras.” Ini adalah adab terhadap Rasulullah ketika berbicara dengan beliau.
Artinya, orang yang berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam tidak boleh meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dan tidak boleh mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, ketika berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam suara harus dilirihkan dengan sopan, lembut seraya mengagungkan dan memuliakan, karena Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bukan seperti salah seorang dari kalian, untuk itu bedakanlah ketika berbicara dengannya sebagaimana kalian membedakan hak-haknya terhadap umatnya, kalian wajib mencintainya dengan kecintaan di mana keimanan tidak bisa sempurna tanpanya. Karena tanpa melaksanakan hal itu dikhawatirkan akan bisa menggugurkan amalan seorang hamba sedangkan dia tidak merasa, sebagaimana beretika terhadap Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam juga merupakan salah satu penyebab mendapatkan pahala dan diterimanya amalan.” (Taisîrul Karîmirrahmân, hal. 764 – 165)
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2019/08/20/larangan-meninggikan-suara-kepada-rasulullah/
sunnahedu.com
Larangan Meninggikan Suara kepada Rasulullah - sunnahedu.com
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan…
Syarah Kitab Akhsharul Mukhtasharât: Definisi Thaharah
Penulis yakni Al-Imam Ibnu Badran Al-Hambali rahmatullah ‘alaihi memulai dengan Kitâb Ath-Thahârah sebagaimana kebiasaan para ahli fikih rahimahumullah. Kebiasaan fuqaha dalam menulis fikih, mereka membagi pembahasannya ke dalam empat jenis, yakni tentang (1) ibadah, (2) muamalah seperti jual beli dan lainnya, (3) nikah dan talak, dan (4) jinayat, hudud, dan qadha.
Itulah metode yang mereka tempuh. Mereka memulai pertama kali dengan masalah ibadah karena hal ini merupakan bagian yang terpenting. Dan ibadah merupakan asal penciptaan manusia, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya),
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 56)
Dalam fikih ibadah, yang didahulukan pembahasannya adalah tentang thaharah. Mengapa demikian? Karena thaharah salah satu syarat dari syarat-syarat sahnya shalat seseorang. Dan shalat merupakan ibadah yang terpenting lagi agung, yang tidaklah diterima kecuali terpenuhi syarat-syaratnya di antaranya ialah thaharah ini. Maka wajar jika fuqaha rahimahumullah memulai pembahasan kitab fikih mereka dengan thaharah.
Definisi Thaharah
Thaharah adalah
رفع الحدث وزوال الخبث
“Mengangkat hadats dan menghilangkan khabats.”
Selengkapnya baca di https://sunnahedu.com/2019/08/21/syarah-kitab-akhsharul-mukhtasharat-definisi-thaharah/
Penulis yakni Al-Imam Ibnu Badran Al-Hambali rahmatullah ‘alaihi memulai dengan Kitâb Ath-Thahârah sebagaimana kebiasaan para ahli fikih rahimahumullah. Kebiasaan fuqaha dalam menulis fikih, mereka membagi pembahasannya ke dalam empat jenis, yakni tentang (1) ibadah, (2) muamalah seperti jual beli dan lainnya, (3) nikah dan talak, dan (4) jinayat, hudud, dan qadha.
Itulah metode yang mereka tempuh. Mereka memulai pertama kali dengan masalah ibadah karena hal ini merupakan bagian yang terpenting. Dan ibadah merupakan asal penciptaan manusia, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya),
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 56)
Dalam fikih ibadah, yang didahulukan pembahasannya adalah tentang thaharah. Mengapa demikian? Karena thaharah salah satu syarat dari syarat-syarat sahnya shalat seseorang. Dan shalat merupakan ibadah yang terpenting lagi agung, yang tidaklah diterima kecuali terpenuhi syarat-syaratnya di antaranya ialah thaharah ini. Maka wajar jika fuqaha rahimahumullah memulai pembahasan kitab fikih mereka dengan thaharah.
Definisi Thaharah
Thaharah adalah
رفع الحدث وزوال الخبث
“Mengangkat hadats dan menghilangkan khabats.”
Selengkapnya baca di https://sunnahedu.com/2019/08/21/syarah-kitab-akhsharul-mukhtasharat-definisi-thaharah/
sunnahedu.com
Syarah Kitab Akhsharul Mukhtasharât: Definisi Thaharah - sunnahedu.com
Jadi thaharah mencakup tiga hal: (1) mengangkat hadats, (2) dan apa-apa yang semakna dengannya maksudnya ialah setiap hal yang semakna dengan mengangkat hadats, dan (3) menghilangkan khabats.
Jihad fi Sabilillah adalah Sebuah Keniscayaan
Jihad fi sabilillah adalah sebuah keniscayaan. Bahkan ini merupakan puncak dari Islam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رأسُ الأَمرِ الإِسلامُ، وعَمُودُهُ الصلاةُ، وذُرْوَةٌ سَنَامِهِ الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ
“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.” (Shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/86), Ahmad (5/231), At-Tirmidzi (5/11), dan Ibnu Majah (2/314))
Ingat! Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan jihad dalam rangka untuk menegakkan kalimat Allah agar tinggi lagi mulia dan melindungi agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya …” (QS Al-Hajj [22]: 78)
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan,
“(Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah) Yakni berperang melawan orang-orang kafir dan membela diri dari serangan mereka jika mereka menyerang negeri kaum muslimin. (Dengan jihad yang sebenar-benarnya) Yakni jihad yang ikhlas karena Allah tanpa takut cercaan orang lain.” (Lihat Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir pada tafsir ayat ini)
Pada tafsir ringkas Kemenag RI disebutkan, “Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan.”
Selengkapnya: https://sunnahedu.com/2019/09/15/jihad-fi-sabilillah-adalah-sebuah-keniscayaan/
Jihad fi sabilillah adalah sebuah keniscayaan. Bahkan ini merupakan puncak dari Islam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رأسُ الأَمرِ الإِسلامُ، وعَمُودُهُ الصلاةُ، وذُرْوَةٌ سَنَامِهِ الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ
“Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.” (Shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/86), Ahmad (5/231), At-Tirmidzi (5/11), dan Ibnu Majah (2/314))
Ingat! Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan jihad dalam rangka untuk menegakkan kalimat Allah agar tinggi lagi mulia dan melindungi agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya …” (QS Al-Hajj [22]: 78)
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan,
“(Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah) Yakni berperang melawan orang-orang kafir dan membela diri dari serangan mereka jika mereka menyerang negeri kaum muslimin. (Dengan jihad yang sebenar-benarnya) Yakni jihad yang ikhlas karena Allah tanpa takut cercaan orang lain.” (Lihat Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir pada tafsir ayat ini)
Pada tafsir ringkas Kemenag RI disebutkan, “Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan.”
Selengkapnya: https://sunnahedu.com/2019/09/15/jihad-fi-sabilillah-adalah-sebuah-keniscayaan/
Ibnu Taimiyah dan Jin Perempuan yang Jatuh Cinta
Jin jatuh cinta? Mungkinkah? Kenapa tidak? Ini bisa saja terjadi. Sebagaimana manusia jatuh cinta kepada manusia lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
صرع الجن للإنس قد يكون عن شهوة وهوى وعشق ، كما يتفق للإنس مع الإنس
“Jin merasuk ke dalam tubuh manusia, terkadang karena syahwat, hawa nafsu, atau jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan sesama manusia.” (Majmu’ Al-Fatawa, 19/39).
Ada kisah yang menarik tentang jin perempuan yang jatuh cinta. Kisah ini saya nukil dengan alih bahasa secara bebas dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin karya Al-Allamah Al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah hal. 113 terbitan Ad-Dar Al-Alamiyyah, Kairo. Beliau rahimahullah berkata,
“Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah): Bahwasanya ada seorang lelaki yang kesurupan, lalu Syaikh membaca (ayat-ayat ruqyah) untuknya dan berbicara kepadanya (yakni kepada jin yang merasuki si lelaki tersebut. Dalam teks Arabnya menggunakan kata ganti “laHhaa” hal ini berarti yang diajak bicara ialah jin perempuan. –pen).
Syaikh : “Bertakwalah engkau kepada Allah. Keluar!”
Jin : “Aku menginginkan lelaki ini dan aku mencintainya.”
Syaikh: “Tapi dia tidak mencintaimu. Keluar!”
Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca di https://sunnahedu.com/2019/09/16/ibnu-taimiyah-dan-jin-perempuan-yang-jatuh-cinta/
Jin jatuh cinta? Mungkinkah? Kenapa tidak? Ini bisa saja terjadi. Sebagaimana manusia jatuh cinta kepada manusia lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
صرع الجن للإنس قد يكون عن شهوة وهوى وعشق ، كما يتفق للإنس مع الإنس
“Jin merasuk ke dalam tubuh manusia, terkadang karena syahwat, hawa nafsu, atau jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan sesama manusia.” (Majmu’ Al-Fatawa, 19/39).
Ada kisah yang menarik tentang jin perempuan yang jatuh cinta. Kisah ini saya nukil dengan alih bahasa secara bebas dari kitab Syarh Riyadhus Shalihin karya Al-Allamah Al-Faqih Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah hal. 113 terbitan Ad-Dar Al-Alamiyyah, Kairo. Beliau rahimahullah berkata,
“Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah): Bahwasanya ada seorang lelaki yang kesurupan, lalu Syaikh membaca (ayat-ayat ruqyah) untuknya dan berbicara kepadanya (yakni kepada jin yang merasuki si lelaki tersebut. Dalam teks Arabnya menggunakan kata ganti “laHhaa” hal ini berarti yang diajak bicara ialah jin perempuan. –pen).
Syaikh : “Bertakwalah engkau kepada Allah. Keluar!”
Jin : “Aku menginginkan lelaki ini dan aku mencintainya.”
Syaikh: “Tapi dia tidak mencintaimu. Keluar!”
Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca di https://sunnahedu.com/2019/09/16/ibnu-taimiyah-dan-jin-perempuan-yang-jatuh-cinta/
.
📚 HAMBA YANG PALING ALLAH CINTAI
.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
.
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
.
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
.
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
.
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻️ Silakan Disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
📚 HAMBA YANG PALING ALLAH CINTAI
.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
.
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
.
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
.
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
.
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
.
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻️ Silakan Disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
id-tanya-jawab-akidah-syiah-isna-asyariyyah.pdf
5.2 MB
id-tanya-jawab-akidah-syiah-isna-asyariyyah.pdf
*Asal Besi dari Langit?*
Oleh Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“ _Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. *Dan Kami turunkan besi* yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa._ ” (QS Al-Hadiid [57] : 25)
Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, diriwayatkan dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ _Sesungguhnya Allah telah *menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi*, api, air, dan garam._” ( _Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur`aan_, 9/17: 215. Hadits ini asalnya dari _Kanzul ‘Umaal_, 15/418, 419, no. 41650 dari riwayat Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/02/16/__trashed/
Oleh Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“ _Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. *Dan Kami turunkan besi* yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa._ ” (QS Al-Hadiid [57] : 25)
Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, diriwayatkan dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu; bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ _Sesungguhnya Allah telah *menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi*, api, air, dan garam._” ( _Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur`aan_, 9/17: 215. Hadits ini asalnya dari _Kanzul ‘Umaal_, 15/418, 419, no. 41650 dari riwayat Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma).
Selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/02/16/__trashed/
sunnahedu.com
Asal Besi dari Langit? - sunnahedu.com
Sesungguhnya Allah telah menurunkan empat keberkahan dari langit ke bumi: besi, api, air, dan garam
Doa Memohon Ditambahkan Ilmu yang Bermanfaat
Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunannya di Kitab Muqaddimah, Bab Mengambil Manfaat Ilmu dan Beramal dengannya, nomor hadits 247, membawakan riwayat:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Musa bin Ubaidah dari Muhammad bin Tsabit dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
"Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi." (HR Ibnu Majah no. 247. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat yang lain akhir haditsnya berlafaz,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
"... aku pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka." (HR Ibnu Majah no. 3832. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi rahimahullah redaksi akhir tersebut berbunyi,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
" .... aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka." (HR At-Tirmidzi no. 3532. At-Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Wallahu 'alam.
Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Sumber: https://sunnahedu.com/2020/02/16/doa-memohon-ditambahkan-ilmu-yang-bermanfaat/
Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunannya di Kitab Muqaddimah, Bab Mengambil Manfaat Ilmu dan Beramal dengannya, nomor hadits 247, membawakan riwayat:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Musa bin Ubaidah dari Muhammad bin Tsabit dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
"Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi." (HR Ibnu Majah no. 247. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat yang lain akhir haditsnya berlafaz,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
"... aku pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka." (HR Ibnu Majah no. 3832. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi rahimahullah redaksi akhir tersebut berbunyi,
... وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
" .... aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka." (HR At-Tirmidzi no. 3532. At-Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib. Dishahihkan oleh Al-Albani).
Wallahu 'alam.
Abu 'Aashim Asy-Syibindunji
Sumber: https://sunnahedu.com/2020/02/16/doa-memohon-ditambahkan-ilmu-yang-bermanfaat/
sunnahedu.com
Doa Memohon Ditambahkan Ilmu yang Bermanfaat - sunnahedu.com
Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah atas setiap kondisi
Bagaimana Keadaan Kedua Telapak Kaki ketika Sujud?
Tidak jarang sebagian penuntut ilmu yang sedang dalam masa pubertas beragama menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Ini artinya dia belum merasakan luas dan dalamnya ilmu fikih itu. Sepatutnya bagi penuntut ilmu pemula itu banyak diam dan mendengar, bukan berfatwa yang akhirnya membuat “gaduh” baik di masyarakatnya terlebih di dunia maya. Inilah yang dilupakan oleh banyak penuntut ilmu. Belum tuntas berguru sudah turun gunung.
Perkara yang sering dibuat “berisik” salah satunya adalah tentang keadaan kedua telapak kaki ketika sujud, direnggangkan ataukah dirapatkan. Untuk mengetahuinya marilah kita simak uraian dari Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid rahimahullah berikut ini.
Kata beliau; dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat menjadi dua pendapat:
Baca selengkapnya biar gak penasaran di https://sunnahedu.com/2020/02/17/bagaimana-keadaan-kedua-telapak-kaki-ketika-sujud/
Tidak jarang sebagian penuntut ilmu yang sedang dalam masa pubertas beragama menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat dengannya. Ini artinya dia belum merasakan luas dan dalamnya ilmu fikih itu. Sepatutnya bagi penuntut ilmu pemula itu banyak diam dan mendengar, bukan berfatwa yang akhirnya membuat “gaduh” baik di masyarakatnya terlebih di dunia maya. Inilah yang dilupakan oleh banyak penuntut ilmu. Belum tuntas berguru sudah turun gunung.
Perkara yang sering dibuat “berisik” salah satunya adalah tentang keadaan kedua telapak kaki ketika sujud, direnggangkan ataukah dirapatkan. Untuk mengetahuinya marilah kita simak uraian dari Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid rahimahullah berikut ini.
Kata beliau; dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat menjadi dua pendapat:
Baca selengkapnya biar gak penasaran di https://sunnahedu.com/2020/02/17/bagaimana-keadaan-kedua-telapak-kaki-ketika-sujud/
sunnahedu.com
Bagaimana Keadaan Kedua Telapak Kaki ketika Sujud? - sunnahedu.com
Disunahkan bagi orang yang sujud untuk merenggangkan antara kedua lututnya dan kedua telapak kakinya. Al-Qadhi Abu Thayib berkata dalam komentarnya, ‘Para ulama dalam mazhab kami berkata, ‘Hendaknya jarak antara kedua telapak kakinya seukuran sejengkal.
Bergembira Bisa Tunduk Pada Kebenaran
Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
متى رزق العبد انقيادا للحق وثباتا عليه فليبشر، فقد بشر بكل خير، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء.
“Kapan saja seorang hamba dikaruniai sikap tunduk kepada kebenaran dan kekokohan di atasnya, maka hendaklah dia bergembira, karena sesungguhnya dia telah diberi kabar gembira akan mendapatkan semua kebaikan, dan itu adalah keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
[Sumber: Thariqatul Hijratain, jilid 2, hlm. 347]
Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
متى رزق العبد انقيادا للحق وثباتا عليه فليبشر، فقد بشر بكل خير، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء.
“Kapan saja seorang hamba dikaruniai sikap tunduk kepada kebenaran dan kekokohan di atasnya, maka hendaklah dia bergembira, karena sesungguhnya dia telah diberi kabar gembira akan mendapatkan semua kebaikan, dan itu adalah keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”
[Sumber: Thariqatul Hijratain, jilid 2, hlm. 347]
Doa Agar Terhindar dari Virus Corona
Wabah virus corona menjadi momok bagi umat manusia dewasa ini. Bermula wabah tersebut tersebar di negeri Tirai Bambu, lalu penyebarannya begitu cepat hingga kini di negeri tercinta. Bagi seorang mukmin, ketika terjadi suatu wabah maka ia kembalikan semuanya itu kepada Allah Jalla wa ‘Alla. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas semua itu, dan hanya Allah-lah tempat kembali kita yakni dengan berdoa kepada-Nya, agar Dia menjauhkan kita dari wabah yang buruk tersebut.
Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa pun merupakan jalan keselamatan yang seorang muslim tidak akan pernah bisa lepas dari kebutuhan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya, terlebih lagi ketika ada wabah yang dapat memudharatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (QS. Al-Baqarah: 186)
Dan firman-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu …” (QS. Ghafir: 60)
Dari Sahabat Ibnu ‘Umar radiyallahu ‘anhuma, dia berkata’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/03/02/doa-agar-terhindar-dari-virus-corona/
Wabah virus corona menjadi momok bagi umat manusia dewasa ini. Bermula wabah tersebut tersebar di negeri Tirai Bambu, lalu penyebarannya begitu cepat hingga kini di negeri tercinta. Bagi seorang mukmin, ketika terjadi suatu wabah maka ia kembalikan semuanya itu kepada Allah Jalla wa ‘Alla. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas semua itu, dan hanya Allah-lah tempat kembali kita yakni dengan berdoa kepada-Nya, agar Dia menjauhkan kita dari wabah yang buruk tersebut.
Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa pun merupakan jalan keselamatan yang seorang muslim tidak akan pernah bisa lepas dari kebutuhan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya, terlebih lagi ketika ada wabah yang dapat memudharatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (QS. Al-Baqarah: 186)
Dan firman-Nya,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu …” (QS. Ghafir: 60)
Dari Sahabat Ibnu ‘Umar radiyallahu ‘anhuma, dia berkata’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca selengkapnya di https://sunnahedu.com/2020/03/02/doa-agar-terhindar-dari-virus-corona/
sunnahedu.com
Doa Agar Terhindar dari Virus Corona - sunnahedu.com
Pun demikian dengan kita, ketika wabah corona ini muncul, maka sebaik-baiknya senjata untuk menghindari wabah tersebut adalah dengan berdoa; memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Diantara doa yang dapat diamalkan adalah sebagai berikut, “Ya Allah, aku berlindung…