*Dalil Shalat Lima Waktu dalam Al-Qur'an*
👉Dari Abu Razin, beliau berkata, Nafi' bin al-Azraq mendatangi Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma seraya bertanya,
هل تجد الصلوات الخمس في القرآن
"Apakah Anda mendapati shalat lima waktu ada di dalam Al-Qur'an?"
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menjawab,
نعم
"Iya."
Lalu beliau membaca (surah _Ar-Rum_ ayat 17 dan 18),
فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ حِینَ تُمۡسُونَ وَحِینَ تُصۡبِحُونَ ١٧ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَعَشِیࣰّا وَحِینَ تُظۡهِرُونَ ١٨
" _Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu petang dan waktu pagi. Segala puji hanya bagi-Nya di langit dan di bumi, pada waktu sore dan pada saat kamu berada pada waktu siang._"
فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ حِینَ تُمۡسُونَ
_Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu petang_
قال: صلاة المغرب والعشاء
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Magrib dan Isya."
وَحِینَ تُصۡبِحُونَ
_dan waktu pagi_
قال: صلاة الصبح
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Subuh."
وَعَشِیࣰّا
_pada waktu sore_
قال: صلاة العصر
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Asar."
وَحِینَ تُظۡهِرُونَ
_dan pada saat kamu berada pada waktu siang._
قال: صلاة الظهر
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Zuhur."
📚 Riwayat Abdurrazaq, Al-Firyabi, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabrani, dan al-Hakim.
Lihat _Al-Bahr al-Muhiith ats-Tsajjaaj Syarh Shahiih al-Imaam Muslim Ibn al-Hajjaaj_ jilid 42 hlm. 368-369.
👉Dari Abu Razin, beliau berkata, Nafi' bin al-Azraq mendatangi Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma seraya bertanya,
هل تجد الصلوات الخمس في القرآن
"Apakah Anda mendapati shalat lima waktu ada di dalam Al-Qur'an?"
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menjawab,
نعم
"Iya."
Lalu beliau membaca (surah _Ar-Rum_ ayat 17 dan 18),
فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ حِینَ تُمۡسُونَ وَحِینَ تُصۡبِحُونَ ١٧ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَعَشِیࣰّا وَحِینَ تُظۡهِرُونَ ١٨
" _Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu petang dan waktu pagi. Segala puji hanya bagi-Nya di langit dan di bumi, pada waktu sore dan pada saat kamu berada pada waktu siang._"
فَسُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ حِینَ تُمۡسُونَ
_Bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada pada waktu petang_
قال: صلاة المغرب والعشاء
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Magrib dan Isya."
وَحِینَ تُصۡبِحُونَ
_dan waktu pagi_
قال: صلاة الصبح
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Subuh."
وَعَشِیࣰّا
_pada waktu sore_
قال: صلاة العصر
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Asar."
وَحِینَ تُظۡهِرُونَ
_dan pada saat kamu berada pada waktu siang._
قال: صلاة الظهر
Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu'anhuma menafsirkan, "Shalat Zuhur."
📚 Riwayat Abdurrazaq, Al-Firyabi, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabrani, dan al-Hakim.
Lihat _Al-Bahr al-Muhiith ats-Tsajjaaj Syarh Shahiih al-Imaam Muslim Ibn al-Hajjaaj_ jilid 42 hlm. 368-369.
📖 Kajian Ahad Rutin
InsyaAllah bersama,
👤 *Al-Ustadz Abu 'Aashim Nanang Ismail*
_Hafidzahullahu Ta'ala._
Kitab:
📚 *Arbain Nawawi*
Hari/Tanggal:
📅 Ahad, 07 November 2021 M
Pukul:
⏰ 09.00 WIB - Selesai.
🔴 InsyaAllah Kajian Live Streaming via Fanspage & Youtube Channel @mediasunnahblora
Tempat:
📍 Masjid Imam Syafi'i, Bangkle, Blora, Jawa Tengah.
(https://maps.google.com/?cid=15408896423709104578)
➖➖➖➖➖➖➖➖
Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa menempuh sebuah jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju Surga". (HR. Muslim).
InsyaAllah bersama,
👤 *Al-Ustadz Abu 'Aashim Nanang Ismail*
_Hafidzahullahu Ta'ala._
Kitab:
📚 *Arbain Nawawi*
Hari/Tanggal:
📅 Ahad, 07 November 2021 M
Pukul:
⏰ 09.00 WIB - Selesai.
🔴 InsyaAllah Kajian Live Streaming via Fanspage & Youtube Channel @mediasunnahblora
Tempat:
📍 Masjid Imam Syafi'i, Bangkle, Blora, Jawa Tengah.
(https://maps.google.com/?cid=15408896423709104578)
➖➖➖➖➖➖➖➖
Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa menempuh sebuah jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju Surga". (HR. Muslim).
Forwarded from Majelis Ilmu ICC DAMMAM KSA
“Tidak pernah aku melihat sosok yang lebih dungu daripada seorang penggunjing. Ia hadiahkan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya -yakni kebaikan-kebaikan- kepada orang yang tidak ia sukai.”
(Dr. Mutlaq al-Jasir hafizhahullahu)
(Dr. Mutlaq al-Jasir hafizhahullahu)
📌 Hanbal berkata:
"Aku mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah) berkata, 'Barangsiapa yang bersilat lidah niscaya tidak akan beruntung dan dia tidak akan membawa kepada kebaikan.'"
📚 Mukadimah Musnad Imam Ahmad. Tahkik Syekh Ahmad Syakir.
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
"Aku mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah) berkata, 'Barangsiapa yang bersilat lidah niscaya tidak akan beruntung dan dia tidak akan membawa kepada kebaikan.'"
📚 Mukadimah Musnad Imam Ahmad. Tahkik Syekh Ahmad Syakir.
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
👍1
⏰ *Al-Kahfi Time*
📌 Disukai membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat menurut jumhur ulama: Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hanabilah. Ini juga pendapat yang dipilih oleh Imam Ibnul Haaj dari kalangan Malikiyah, Syekh Ibnu Baz, dan Syekh Ibnu 'Utsaimin rahimahumullah.
👉 Dalilnya adalah dari Sahabat Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
مَن قَرَأَ سورةَ الكَهفِ يومَ الجُمُعةِ أضاءَ له من النورِ ما بَينَ الجُمُعتينِ
" _Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat maka ia akan diterangi cahaya antara dua Jumat_." (HR Al-Hakim. Disahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam _Shahiihul Jaami'_)
🔰 Lalu, jika membaca surat Al-Kahfi di malam Jumat adakah keutamaannya? Ada.
👉 Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنْ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
" _Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat maka ia akan diterangi oleh cahaya yang terangnya mencapai jarak antara dirinya dan Baitul 'Atiq_." (HR Ad-Darimi. Isnadnya sahih menurut Husain Salim Asad ad-Darani)
💐 So, it's time to read Al-Kahfi. Don't forget.
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
📌 Disukai membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat menurut jumhur ulama: Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hanabilah. Ini juga pendapat yang dipilih oleh Imam Ibnul Haaj dari kalangan Malikiyah, Syekh Ibnu Baz, dan Syekh Ibnu 'Utsaimin rahimahumullah.
👉 Dalilnya adalah dari Sahabat Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
مَن قَرَأَ سورةَ الكَهفِ يومَ الجُمُعةِ أضاءَ له من النورِ ما بَينَ الجُمُعتينِ
" _Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat maka ia akan diterangi cahaya antara dua Jumat_." (HR Al-Hakim. Disahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam _Shahiihul Jaami'_)
🔰 Lalu, jika membaca surat Al-Kahfi di malam Jumat adakah keutamaannya? Ada.
👉 Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنْ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
" _Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat maka ia akan diterangi oleh cahaya yang terangnya mencapai jarak antara dirinya dan Baitul 'Atiq_." (HR Ad-Darimi. Isnadnya sahih menurut Husain Salim Asad ad-Darani)
💐 So, it's time to read Al-Kahfi. Don't forget.
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
Sahl bin Abdullah at Tustari rahimahullah berkata:
"Meninggalkan perintah di sisi Allah itu lebih besar dibanding melanggar larangan, karena Nabi Adam 'alaihissalam dilarang memakan buah dari pohon terlarang lalu dilanggar dengan memakannya, tetapi pada akhirnya Allah Ta'ala menerima taubatnya.
Sedangkan iblis diperintahkan sujud kepada Nabi Adam 'alaihissalam, namun ia enggan sujud, pada akhirnya Allah tidak menerima taubatnya"
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Dosa melanggar larangan itu pada umumnya bersumber dari syahwat dan hajat, sedangkan dosa meninggalkan perintah itu umumnya bersumber dari kesombongan, padahal seseorang tidak masuk surga jika di hatinya ada kesembongan walau hanya seukuran dzarrah.
Sedangkan orang yang meninggal di atas tauhid bisa masuk surga walaupun dia pernah berzina maupun mencuri."
Faidah dri Ust. Muhammad Faqih Wajak al-Hanbali
"Meninggalkan perintah di sisi Allah itu lebih besar dibanding melanggar larangan, karena Nabi Adam 'alaihissalam dilarang memakan buah dari pohon terlarang lalu dilanggar dengan memakannya, tetapi pada akhirnya Allah Ta'ala menerima taubatnya.
Sedangkan iblis diperintahkan sujud kepada Nabi Adam 'alaihissalam, namun ia enggan sujud, pada akhirnya Allah tidak menerima taubatnya"
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Dosa melanggar larangan itu pada umumnya bersumber dari syahwat dan hajat, sedangkan dosa meninggalkan perintah itu umumnya bersumber dari kesombongan, padahal seseorang tidak masuk surga jika di hatinya ada kesembongan walau hanya seukuran dzarrah.
Sedangkan orang yang meninggal di atas tauhid bisa masuk surga walaupun dia pernah berzina maupun mencuri."
Faidah dri Ust. Muhammad Faqih Wajak al-Hanbali
📌 Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dia berkata; telah mengabarkan kepada kami Isma'il dari Qais dia berkata; Abu Bakar berdiri lalu memuji Allah dan mensucikan-Nya kemudian berkata; wahai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
" _Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk._" (QS. Al-Ma`idah ayat 105).
Dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ
" _Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran kemudian mereka tidak mengingkarinya, maka hampir saja Allah akan menimpakan siksa kepada mereka semua_." (HR Ahmad no. 1. Isnadnya sahih menurut Syekh Syu'aib al-Arna'uth)
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
" _Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk._" (QS. Al-Ma`idah ayat 105).
Dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ
" _Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran kemudian mereka tidak mengingkarinya, maka hampir saja Allah akan menimpakan siksa kepada mereka semua_." (HR Ahmad no. 1. Isnadnya sahih menurut Syekh Syu'aib al-Arna'uth)
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
📌 Telah menceritakan kepada kami Waki' dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Mis'ar dan Sufyan dari Utsman bin Al Mughirah Ats Tsaqafi dari Ali bin Rabi'ah Al Walibi dari Asma'bin Al Hakam Al Fazari dari Ali, dia berkata; jika aku mendengar sebuah hadits dari Rasulullah ﷺ, maka Allah memberiku manfaat dari padanya menurut yang dikehendak-Nya. Dan jika ada orang lain yang menceritakannya kepadaku, maka aku memintanya untuk bersumpah, apabila dia telah bersumpah kepadaku maka aku membenarkannya. sesungguhnya Abu Bakar Telah menceritakan kepadaku, dan benarlah bahwa Abu Bakar telah mendengar Nabi ﷺ bersabda,
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ
" _Tidaklah seorang lelaki berbuat dosa kemudian dia berwudhu dan membaguskan wudhunya_, -Mis'ar berkata;
عَرٌ وَيُصَلِّي
_kemudian dia shalat_, sedangkan sufyan berkata,
ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ فَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا غَفَرَ لَهُ
_kemudian dia shalat dua rakaat dan memohon ampun kepada Allah kecuali pasti Allah akan mengampuni dosanya._" (HR Ahmad no. 2. Isnadnya shahih menurut Syekh Syu'aib al-Arna'uth)
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ
" _Tidaklah seorang lelaki berbuat dosa kemudian dia berwudhu dan membaguskan wudhunya_, -Mis'ar berkata;
عَرٌ وَيُصَلِّي
_kemudian dia shalat_, sedangkan sufyan berkata,
ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ فَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا غَفَرَ لَهُ
_kemudian dia shalat dua rakaat dan memohon ampun kepada Allah kecuali pasti Allah akan mengampuni dosanya._" (HR Ahmad no. 2. Isnadnya shahih menurut Syekh Syu'aib al-Arna'uth)
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
🔥 Pengambilan Sanad Kitab Karya Ulama Hanabilah & Sanad Keguruan Ulama & Fiqh Hanbali 🔥
_
Sebagai khidmat kepada mazhab dan menghidup-hidupkan silsilah sanad ilmiyyah dan barokah, insyaallah Markaz Riwayah akan kembali mengadakan majelis pengambilan sanad Kitab-kitab karya ulama Hanabilah & sanad keguruan ulama Hanbali.
Sesi I :
⏰ Waktu: Sabtu-Ahad, 4 - 5 Desember 2021 M.
🎤 Pemateri: Abu Abdillah as-Surianji (mujiz lebih dari 250 Syaikh)
____
📖 Kitab yang akan diambil sanadnya:
(1). Musalsal bil Hanabilah,
(2). Qawaid Ushul al-Fiqh Ibn Mabrad,
(3). Muqadimah Tafsir Ibnu Taimiyyah,
(4). Manzumah al-Kabair al-Hajawi,
(5). Manzumah al-Adab ash-Shughra al-Mardawi,
(6). Manzumah al-Qawaid al-Fiqhiyyah as-Sa’di,
(7). Hadits-Hadits Ulama Hanabilah,
(8). Silsilah Keguruan Hanabilah.
✅ Peserta online via Zoom maksimal 20 peserta.
✅ Offline untuk sementara khusus Ikhwan dengan kuota maksimal 15 peserta. Tempat: Markaz Riwayah (Kab. Bandung) bisa dicari di google maps.
✅ Syarat Peserta: telah mengikuti kajian muqadimah atau telah membaca buku muqadimah (karya pemateri). Buku bisa dibeli & dipesan melalui WA. Markaz.
📝 Cara daftar:
Online:
Online/hanabilah/nama/no. hp
Lampirkan bukti transfer total Rp. 100.000, dengan perincian biaya:
1. Makalah & ijazah (Free/Pdf)
2. Infaq Markaz Rp. 100.000.
Kirim ke WA. 087746600300
Offline:
Offline/Hanabilah/nama/no. hp
Lampirkan bukti transfer total Rp. 150.000, dengan perincian biaya:
1. Makalah & ijazah Rp. 50.000
2. Infaq Markaz Rp. 100.000
Kirim ke WA. 087746600300
Disediakan makan bagi peserta offline (free).
💰 Transfer ke:
No. Rekening :
BSI 7178765889
an. Rikrik Aulia Rahman.
Pendaftaran ditutup ketika kuota terpenuhi (segera).
__
✅ Pemesanan poster silsilah Hanabilah dipersilahkan dgn mengirimkan nama lengkap arabic 3 thabaqah. Harga 250 rb, pemesanan maksimal sampai tgl 20 Nov. Dibagikan di majelis.
_
Sebagai khidmat kepada mazhab dan menghidup-hidupkan silsilah sanad ilmiyyah dan barokah, insyaallah Markaz Riwayah akan kembali mengadakan majelis pengambilan sanad Kitab-kitab karya ulama Hanabilah & sanad keguruan ulama Hanbali.
Sesi I :
⏰ Waktu: Sabtu-Ahad, 4 - 5 Desember 2021 M.
🎤 Pemateri: Abu Abdillah as-Surianji (mujiz lebih dari 250 Syaikh)
____
📖 Kitab yang akan diambil sanadnya:
(1). Musalsal bil Hanabilah,
(2). Qawaid Ushul al-Fiqh Ibn Mabrad,
(3). Muqadimah Tafsir Ibnu Taimiyyah,
(4). Manzumah al-Kabair al-Hajawi,
(5). Manzumah al-Adab ash-Shughra al-Mardawi,
(6). Manzumah al-Qawaid al-Fiqhiyyah as-Sa’di,
(7). Hadits-Hadits Ulama Hanabilah,
(8). Silsilah Keguruan Hanabilah.
✅ Peserta online via Zoom maksimal 20 peserta.
✅ Offline untuk sementara khusus Ikhwan dengan kuota maksimal 15 peserta. Tempat: Markaz Riwayah (Kab. Bandung) bisa dicari di google maps.
✅ Syarat Peserta: telah mengikuti kajian muqadimah atau telah membaca buku muqadimah (karya pemateri). Buku bisa dibeli & dipesan melalui WA. Markaz.
📝 Cara daftar:
Online:
Online/hanabilah/nama/no. hp
Lampirkan bukti transfer total Rp. 100.000, dengan perincian biaya:
1. Makalah & ijazah (Free/Pdf)
2. Infaq Markaz Rp. 100.000.
Kirim ke WA. 087746600300
Offline:
Offline/Hanabilah/nama/no. hp
Lampirkan bukti transfer total Rp. 150.000, dengan perincian biaya:
1. Makalah & ijazah Rp. 50.000
2. Infaq Markaz Rp. 100.000
Kirim ke WA. 087746600300
Disediakan makan bagi peserta offline (free).
💰 Transfer ke:
No. Rekening :
BSI 7178765889
an. Rikrik Aulia Rahman.
Pendaftaran ditutup ketika kuota terpenuhi (segera).
__
✅ Pemesanan poster silsilah Hanabilah dipersilahkan dgn mengirimkan nama lengkap arabic 3 thabaqah. Harga 250 rb, pemesanan maksimal sampai tgl 20 Nov. Dibagikan di majelis.
👍1
🔰 Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
"المعاصي تفسد العقل. فإن للعقل نورا، والمعصية تطفئ نور العقل، ولابد؛ وإذا طفئ نوره ضعف ونقص".
"Kemaksiatan itu merusak akal. Sedangkan akal itu cahaya. Dan kemaksiatan akan merusak cahaya akal, pasti itu. Jika rusak cahayanya maka akal menjadi lemah dan berkurang."
📚 _Ad-Daa wa ad-Dawaa_, hal. 147
🔖 FB Syekh Abu Bakar al-Hanbali al-Mishri hafizhahullah.
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
"المعاصي تفسد العقل. فإن للعقل نورا، والمعصية تطفئ نور العقل، ولابد؛ وإذا طفئ نوره ضعف ونقص".
"Kemaksiatan itu merusak akal. Sedangkan akal itu cahaya. Dan kemaksiatan akan merusak cahaya akal, pasti itu. Jika rusak cahayanya maka akal menjadi lemah dan berkurang."
📚 _Ad-Daa wa ad-Dawaa_, hal. 147
🔖 FB Syekh Abu Bakar al-Hanbali al-Mishri hafizhahullah.
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
🔰 Syaikhuna Dr. Wahid Abdussalam Bali -hafizhahullah- berkata:
"Tidaklah sempurna iman seorang muslim kepada Rasulullah ﷺ kecuali telah merealisasikan lima perkara:
1️⃣ Membenarkan setiap apa saja beliau ﷺ kabarkan.
2️⃣ Melaksanakan perintah beliau ﷺ.
3️⃣ Meninggalkan setiap hal yang beliau ﷺ larang.
4️⃣ Meneladan beliau ﷺ baik secara lahir dan batin.
5️⃣ Berselawat kepada beliau ﷺ ketika namanya disebut.
🔖 FB Syekh Wahid Abdussalam Bali
✍️ Abahnya 'Aashim
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
"Tidaklah sempurna iman seorang muslim kepada Rasulullah ﷺ kecuali telah merealisasikan lima perkara:
1️⃣ Membenarkan setiap apa saja beliau ﷺ kabarkan.
2️⃣ Melaksanakan perintah beliau ﷺ.
3️⃣ Meninggalkan setiap hal yang beliau ﷺ larang.
4️⃣ Meneladan beliau ﷺ baik secara lahir dan batin.
5️⃣ Berselawat kepada beliau ﷺ ketika namanya disebut.
🔖 FB Syekh Wahid Abdussalam Bali
✍️ Abahnya 'Aashim
----
📲 t.me/sunnaheduofficial
🔰 *Kunci-kunci Kebahagiaan*
1️⃣ Selalu jujur
2️⃣ Ikhlas (dalam beramal) kepada Rabbmu
3️⃣ Mengikuti Nabimu shalallahu 'alaihi wa sallam
4️⃣ Berbuat baik kepada ayah dan ibumu
5️⃣ Sayang kepada saudara saudarimu
6️⃣ Lembut kepada istrimu
7️⃣ Dekat dengan anak-anakmu
8️⃣ Sambung tali silaturahim
9️⃣ Perhatian dengan hak tetangga
🔟 Semangat terhadap hal yang dapat memberi manfaat bagimu
1️⃣1️⃣ Berbuat baik kepada selainmu
1️⃣2️⃣ Saling menasehati
👉 Jika hal-hal tersebut engkau lakukan, niscaya engkau dapatkan kebahagiaan tak terkira di dunia dan di akhirat.
🤲 Semoga Allah menjagamu.
🔖 FB Syekh Dr. 'Ashim bin Abdillah al-Qaryuthi _hafizhahullah_
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
1️⃣ Selalu jujur
2️⃣ Ikhlas (dalam beramal) kepada Rabbmu
3️⃣ Mengikuti Nabimu shalallahu 'alaihi wa sallam
4️⃣ Berbuat baik kepada ayah dan ibumu
5️⃣ Sayang kepada saudara saudarimu
6️⃣ Lembut kepada istrimu
7️⃣ Dekat dengan anak-anakmu
8️⃣ Sambung tali silaturahim
9️⃣ Perhatian dengan hak tetangga
🔟 Semangat terhadap hal yang dapat memberi manfaat bagimu
1️⃣1️⃣ Berbuat baik kepada selainmu
1️⃣2️⃣ Saling menasehati
👉 Jika hal-hal tersebut engkau lakukan, niscaya engkau dapatkan kebahagiaan tak terkira di dunia dan di akhirat.
🤲 Semoga Allah menjagamu.
🔖 FB Syekh Dr. 'Ashim bin Abdillah al-Qaryuthi _hafizhahullah_
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
Hukum Istighotsah dan Tawasul Dengan Mayit Menurut Mu'tamad Mazhab Hanbali
حكم الاستغاثة عند الحنابلة، وهذا منشور جامع مختصر، قاضٍ على كل تشغيب وتلبيس، الله ينفع به، وانظر ما بعده لزاما.
——
“Hukum Istighotsah(dengan mayit) menurut Hanabilah” dan tulisan yg saya sebar ini hanya ringkasan dan kumpulan(dari ucapan para ulama) yg akan menjadi pemutus masalah atas semua bentuk talbis dan kekacuan, -semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat- dan simaklah tulisan ini.
بسم الله..
تأملوا هذا النص المهم الذي أشرع به في المقصود:
Dengan menyebut nama Allah..
Simak dan perhatikan nash-nash penting di bawah ini, yg akan saya mulai penyebutan dan inti pembahasannya.
(لو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم كَفَرَ "إجماعًا").
(Jika ada seseorang menjadikan sesuatu sebagai wasilah antara dirinya dengan Allah, sehingga dia bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya, dan meminta-minta kepadanya maka dia kafir secara ijmak)
هذا النص أول من نقله من الحنابلة هو إمامهم في زمانه محمد بن مفلح المقدسي (توفي ٧٦٣).
فقد ذكره في كتابه الفروع فقال في (١٠/١٨٨): (أو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم"ع").
ورمز العين هذا اختصاره للإجماع فقد قال في نفس الكتاب (١/٦): (وأشير إلى ذكر الوفاق والخلاف، فعلامة ما أجمع عليه "ع").
Nash ini adalah salah satu nash yg pertama dinukilkan oleh ulama hanabilah, yaitu Imam Hanabilah di zamannya Muhammad bin Muflih al-Maqdisiy (763 H)
Beliau menyebutkan nash tersebut di dalam kitabnya al-Furuu', yaitu : (10/188) “atau menjadikan sesuatu sebagai perantara(wasilah) di antara dirinya dan Allah, sehingga dia bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya dan meminta-minta kepadanya "ع" ”
Huruf 'ain (ع) di nash tersebut bermakna ijmak, dan ini metode beliau dalam meringkas, sebagaimana beliau jelaskan metode ini di kitab yg sama (1/6) : “Adapun penyebutan khilaf atau kesepakatan ulama akan saya beri isyarat tertentu, adapun ijmak saya beri isyarat tanda huruf (ع)”
ومن بعده لا يكاد يخلو كتاب معتمد مبسوط من كتب الحنابلة من هذا النص، فقد ذكره علاء الدين المرداوي (ت ٨٨٥)، -وهو مصحح المذهب ومنقّحه- في الإنصاف (٢٧/١٠٨):
(وكذا الحكم لو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم إجماعا).
أي كفر كمن جحد كتابا من كتب الله تعالى، أو شيئا منه، أو سب الله تعالى، أو رسوله.
وذكره الشيخ موسى الحجاوي(ت٩٦٨) في كتابه الإقناع وهو أحد كتابين عليهما مدار الإفتاء والقضاء والاعتماد عند المتأخرين، ذكره في كتابه هذا (٤/٢٩٧).
Begitupula ulama-ulama hanabilah setelahnya, tidak ada satupun kitab hanbaliy (baik mu'tamad atau yg ringan) absen dari penyebutan nash (pembatal keislaman org yg bertawasul dengan mayit).
Syaikh 'Alaa ad-Din al-Mardaawiy (885 H) -beliau adalah salah satu ulama hanabilah, musohhih mazhab dan munaqqihnya- berkata di dalam kitabnya al-Insoof (27/108) “Begitu pula (kafirnya) orang yg menjadikan sesuatu sebagai wasilah perantara dirinya dengan Allah, bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya dan meminta-minta kepadanya, maka ini ijmak kafir”
Maksud kafir di atas adalah kafir sebagaimana kafirnya org yg mengingkari salah satu kitab Allah, atau mengingkari salah satu syariat dari kitab Allah, atau mencela Allah dan RasulNya.
Begitu pula disebutkan oleh Syaikh Musa al-Hajjaawiy (968 H) di dalam kitabnya al-Iqnaa' yg menjadi sumber berfatwa dan pemutusan hukum bagi kalangan hanabilah mutaakhkhirin, beliau sebutkan di dalam kitabnya ini di halaman 297 jilid 4.
وذكره خاتم المحققين الحنابلة الشيخ منصور بن يونس البهوتي (ت ١٠٥١).
وقد ذكره في:
١- شرحه كشاف القناع على الإقناع (٦/١٦٨)، وقد علل التكفير بزيادة وكلام مهم، فقال: (كفر لأن ذلك كفعل عابدي الأصنام قائلين: {ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى}).
٢- وذكره في حواشيه على منتهى الإرادات رغم أن متن المنتهى لم ترد فيه العبارة المذكورة، لكن البهوتي أضافها في حواشيه وذلك في (ص١٣٤٨).
Begitu pula penutup ulama ahli tahkik hanabilah, yaitu Syaikh Manshur bin Yunus al-Buhuutiy (1051 H) juga menyebutkan di dalam kitab-kitabnya :
حكم الاستغاثة عند الحنابلة، وهذا منشور جامع مختصر، قاضٍ على كل تشغيب وتلبيس، الله ينفع به، وانظر ما بعده لزاما.
——
“Hukum Istighotsah(dengan mayit) menurut Hanabilah” dan tulisan yg saya sebar ini hanya ringkasan dan kumpulan(dari ucapan para ulama) yg akan menjadi pemutus masalah atas semua bentuk talbis dan kekacuan, -semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat- dan simaklah tulisan ini.
بسم الله..
تأملوا هذا النص المهم الذي أشرع به في المقصود:
Dengan menyebut nama Allah..
Simak dan perhatikan nash-nash penting di bawah ini, yg akan saya mulai penyebutan dan inti pembahasannya.
(لو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم كَفَرَ "إجماعًا").
(Jika ada seseorang menjadikan sesuatu sebagai wasilah antara dirinya dengan Allah, sehingga dia bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya, dan meminta-minta kepadanya maka dia kafir secara ijmak)
هذا النص أول من نقله من الحنابلة هو إمامهم في زمانه محمد بن مفلح المقدسي (توفي ٧٦٣).
فقد ذكره في كتابه الفروع فقال في (١٠/١٨٨): (أو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم"ع").
ورمز العين هذا اختصاره للإجماع فقد قال في نفس الكتاب (١/٦): (وأشير إلى ذكر الوفاق والخلاف، فعلامة ما أجمع عليه "ع").
Nash ini adalah salah satu nash yg pertama dinukilkan oleh ulama hanabilah, yaitu Imam Hanabilah di zamannya Muhammad bin Muflih al-Maqdisiy (763 H)
Beliau menyebutkan nash tersebut di dalam kitabnya al-Furuu', yaitu : (10/188) “atau menjadikan sesuatu sebagai perantara(wasilah) di antara dirinya dan Allah, sehingga dia bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya dan meminta-minta kepadanya "ع" ”
Huruf 'ain (ع) di nash tersebut bermakna ijmak, dan ini metode beliau dalam meringkas, sebagaimana beliau jelaskan metode ini di kitab yg sama (1/6) : “Adapun penyebutan khilaf atau kesepakatan ulama akan saya beri isyarat tertentu, adapun ijmak saya beri isyarat tanda huruf (ع)”
ومن بعده لا يكاد يخلو كتاب معتمد مبسوط من كتب الحنابلة من هذا النص، فقد ذكره علاء الدين المرداوي (ت ٨٨٥)، -وهو مصحح المذهب ومنقّحه- في الإنصاف (٢٧/١٠٨):
(وكذا الحكم لو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم إجماعا).
أي كفر كمن جحد كتابا من كتب الله تعالى، أو شيئا منه، أو سب الله تعالى، أو رسوله.
وذكره الشيخ موسى الحجاوي(ت٩٦٨) في كتابه الإقناع وهو أحد كتابين عليهما مدار الإفتاء والقضاء والاعتماد عند المتأخرين، ذكره في كتابه هذا (٤/٢٩٧).
Begitupula ulama-ulama hanabilah setelahnya, tidak ada satupun kitab hanbaliy (baik mu'tamad atau yg ringan) absen dari penyebutan nash (pembatal keislaman org yg bertawasul dengan mayit).
Syaikh 'Alaa ad-Din al-Mardaawiy (885 H) -beliau adalah salah satu ulama hanabilah, musohhih mazhab dan munaqqihnya- berkata di dalam kitabnya al-Insoof (27/108) “Begitu pula (kafirnya) orang yg menjadikan sesuatu sebagai wasilah perantara dirinya dengan Allah, bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya dan meminta-minta kepadanya, maka ini ijmak kafir”
Maksud kafir di atas adalah kafir sebagaimana kafirnya org yg mengingkari salah satu kitab Allah, atau mengingkari salah satu syariat dari kitab Allah, atau mencela Allah dan RasulNya.
Begitu pula disebutkan oleh Syaikh Musa al-Hajjaawiy (968 H) di dalam kitabnya al-Iqnaa' yg menjadi sumber berfatwa dan pemutusan hukum bagi kalangan hanabilah mutaakhkhirin, beliau sebutkan di dalam kitabnya ini di halaman 297 jilid 4.
وذكره خاتم المحققين الحنابلة الشيخ منصور بن يونس البهوتي (ت ١٠٥١).
وقد ذكره في:
١- شرحه كشاف القناع على الإقناع (٦/١٦٨)، وقد علل التكفير بزيادة وكلام مهم، فقال: (كفر لأن ذلك كفعل عابدي الأصنام قائلين: {ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى}).
٢- وذكره في حواشيه على منتهى الإرادات رغم أن متن المنتهى لم ترد فيه العبارة المذكورة، لكن البهوتي أضافها في حواشيه وذلك في (ص١٣٤٨).
Begitu pula penutup ulama ahli tahkik hanabilah, yaitu Syaikh Manshur bin Yunus al-Buhuutiy (1051 H) juga menyebutkan di dalam kitab-kitabnya :
1. Kitab Kasysyaaf al-Qinaa' 'Ala al-Iqnaa' (168/6), bahkan beliau menambahkan kalimat alasan pengkafirannya yaitu “(tawasul dengan mayit) adalah amalan kufur disebabkan amalan ini serupa dengan apa yg dilakukan para penyembah berhala yg beralasan ketika menyembah berhala : {Kita tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah}”
2. Kitab Hawasyi Muntaha al-Iroodaat, akan tetapi di matan kitab al-Muntaha tidak disebutkan masalah ini. Tp beliau menambahkan masalah ini di dalam hawasyinya, lihat di halaman 1348.
وذكر هذا النص الشيخ مرعي الكرمي(ت ١٠٣٣) في غاية المنتهى،وشرحه الشيخ الرحيباني (١٢٤٣) في مطالب أولي النهى، فقالا في المتن مع الشرح (٦/٢٧٩):
(أو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم) كفر (إجماعا قاله الشيخ) تقي الدين، وقال: أو كان مبغضا لرسوله أو لما جاء به كفر اتفاقا؛ لأن ذلك كفعل عابدي الأصنام قائلين ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى).
Begitupula disebutkan oleh Syaikh Mar'iy al-Karmiy al-Hanbaliy (1033 H) di dalam kitabnya al-Muntaha dan juga di kitab syarah al-Muntaha yaitu Mathoolib Uli an-Nuhaa oleh Syaikh ar-Rohiibaaniy al-Hanbaliy mereka berdua berkata di matan dan syarahnya :
“atau menjadikan sesuatu sebagai wasilah antara dirinya dan Allah, bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya, dan meminta-minta kepadanya maka dia kafir dan ini ijmak sebagaimana yg dikatakan Syaikh Taqiyuddin” dan juga : “atau disebabkan membenci Rasulullah, atau ketika datang Rasulullah dengan membawa perintah tersebut maka dia kafir ittifaaqon(kesepakatan para ulama); karena perbuatan tersebut serupa dengan perbuatan para penyembah berhala yg beralasan : {Kita tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah}
Wallahu a'lam
================
Sumber asli teks kanal telegram Syaikh Ahmad Ghorib waffaqohullah
Sumber: FB Abu Musa Al Mizzi
2. Kitab Hawasyi Muntaha al-Iroodaat, akan tetapi di matan kitab al-Muntaha tidak disebutkan masalah ini. Tp beliau menambahkan masalah ini di dalam hawasyinya, lihat di halaman 1348.
وذكر هذا النص الشيخ مرعي الكرمي(ت ١٠٣٣) في غاية المنتهى،وشرحه الشيخ الرحيباني (١٢٤٣) في مطالب أولي النهى، فقالا في المتن مع الشرح (٦/٢٧٩):
(أو جعل بينه وبين الله وسائط يتوكل عليهم ويدعوهم ويسألهم) كفر (إجماعا قاله الشيخ) تقي الدين، وقال: أو كان مبغضا لرسوله أو لما جاء به كفر اتفاقا؛ لأن ذلك كفعل عابدي الأصنام قائلين ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى).
Begitupula disebutkan oleh Syaikh Mar'iy al-Karmiy al-Hanbaliy (1033 H) di dalam kitabnya al-Muntaha dan juga di kitab syarah al-Muntaha yaitu Mathoolib Uli an-Nuhaa oleh Syaikh ar-Rohiibaaniy al-Hanbaliy mereka berdua berkata di matan dan syarahnya :
“atau menjadikan sesuatu sebagai wasilah antara dirinya dan Allah, bertawakal kepadanya, berdoa kepadanya, dan meminta-minta kepadanya maka dia kafir dan ini ijmak sebagaimana yg dikatakan Syaikh Taqiyuddin” dan juga : “atau disebabkan membenci Rasulullah, atau ketika datang Rasulullah dengan membawa perintah tersebut maka dia kafir ittifaaqon(kesepakatan para ulama); karena perbuatan tersebut serupa dengan perbuatan para penyembah berhala yg beralasan : {Kita tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah}
Wallahu a'lam
================
Sumber asli teks kanal telegram Syaikh Ahmad Ghorib waffaqohullah
Sumber: FB Abu Musa Al Mizzi
👍1
Fiqh Hanbali Akhsor al-Mukhtashorot
Ibnu Balban al-Hanbaliy
Kitab Thoharoh
(Bab Air)
Air terbagi menjadi tiga :
1. Air thohur : Yaitu air yg tetap di atas sifat penciptaannya, dari air thohur ini ada yg bersifat makruh semisal air thohur yg berubah sifatnya disebabkan kemasukan benda-benda yg tidak dapat bersatu dengan air dan juga ada yg bersifat haram, jika digunakan tidak dapat mengangkat hadats dan tidak dapat membersihkan najasah; contohnya semisal air ghosob dan air dari sumur-sumur kaum tsamud kecuali sumur yg dahulu diminum airnya oleh Onta Nabi Soleh.
2. Air Thohir : adalah air yang tidak dapat mengangkat hadats dan juga tidak dapat menghilangkan najasah.
Hakekat air ini adalah air yg berubah sifatnya disebabkan tercampur sekaligus bersatu dengan benda suci dan termasuk air thohir adalah air dengan takaran sedikit yang telah digunakan untuk mengangkat hadats.
3. Air najis : adalah air yang hukumnya haram digunakan secara mutlak.
Hakekat air najis adalah air yg telah berubah sifatnya disebabkan tercampur dengan najasah, kecuali ketika masih dalam keadaan membersihkan najasah dengan air maka air tersebut belum menjadi najis atau air dengan takaran sedikit yang bertemu najasah dengan syarat bukan air yang masih dalam keadaan digunakan untuk mengangkat hadats atau najasah.
Air yang mengalir jika sedikit maka hukumnya sama dengan air yg tidak mengalir.
Adapun jumlah air yang banyak, maka menurut mazhab adalah dua qullah yaitu Seratus tujuh lebih sepertujuh (107+1/7 ) Rithl Dimasyqi. Sedangkan jumlah air sedikit maka yang jumlahnya di bawah dua Qullah.
•••Penjelasan tambahan dan gambaran masalah :
1. Perbedaan antara air makruh dan air thohir adalah di sifat bercampur. Jika air kemasukan benda suci dan dia dapat bersatu dengannya serta merubah sifatnya maka ia dianggap air thohir. Sedangkan jika air kemasukan benda suci, akan tetapi tidak bersatu (Ghoiru Mumazij) semisal minyak atau kapur maka ia thohur akan tetapi makruh digunakan.
2. Hakekat air najis adalah air yg telah berubah disebabkan tercampur dengan najasah kecuali ketika masih dalam keadaan membersihkan najasah dengan air, maka air tersebut belum menjadi najis, atau air dengan takaran sedikit yang bertemu najasah dengan syarat bukan air yang masih dalam keadaan digunakan untuk mengangkat hadats atau najasah.
Gambaran untuk masalah ini :
“Jika anda menggunakan air untuk mengangkat hadats maka otomatis air tersebut telah bertemu dengan hadats atau ketika anda membersihkan najasah dengannya maka air tersebut otomatis telah bertemu dengan najasah. Menurut mazhab, air tersebut tidak berubah menjadi najis meskipun di air tersebut terdapat dzat najisnya sampai air tersebut terpisah dari objek yg ada najisnya atau sampai air tersebut terpisah dari anggota wudhu.”
3. Menurut penjelasan Syaikh Ahmad al-Qu'aimiy di kitab al-Hawasyi 107 lebih 1/7 rithl Dimasyqi itu setara 191,25 liter air.
Menurut Muntaha al-Irodat : 2 qullah setara bak air dengan panjang lebar dan kedalaman satu hasta/lengan lebih seperempatnya, ini jika bentuknya persegi.
========================
Sumber : Kitab Akshor al-Mukhtashorot, al-Hawasyi as-Sabighot, Muntaha al-Irodat
FB Abo Musa Al Mizzi
Ibnu Balban al-Hanbaliy
Kitab Thoharoh
(Bab Air)
Air terbagi menjadi tiga :
1. Air thohur : Yaitu air yg tetap di atas sifat penciptaannya, dari air thohur ini ada yg bersifat makruh semisal air thohur yg berubah sifatnya disebabkan kemasukan benda-benda yg tidak dapat bersatu dengan air dan juga ada yg bersifat haram, jika digunakan tidak dapat mengangkat hadats dan tidak dapat membersihkan najasah; contohnya semisal air ghosob dan air dari sumur-sumur kaum tsamud kecuali sumur yg dahulu diminum airnya oleh Onta Nabi Soleh.
2. Air Thohir : adalah air yang tidak dapat mengangkat hadats dan juga tidak dapat menghilangkan najasah.
Hakekat air ini adalah air yg berubah sifatnya disebabkan tercampur sekaligus bersatu dengan benda suci dan termasuk air thohir adalah air dengan takaran sedikit yang telah digunakan untuk mengangkat hadats.
3. Air najis : adalah air yang hukumnya haram digunakan secara mutlak.
Hakekat air najis adalah air yg telah berubah sifatnya disebabkan tercampur dengan najasah, kecuali ketika masih dalam keadaan membersihkan najasah dengan air maka air tersebut belum menjadi najis atau air dengan takaran sedikit yang bertemu najasah dengan syarat bukan air yang masih dalam keadaan digunakan untuk mengangkat hadats atau najasah.
Air yang mengalir jika sedikit maka hukumnya sama dengan air yg tidak mengalir.
Adapun jumlah air yang banyak, maka menurut mazhab adalah dua qullah yaitu Seratus tujuh lebih sepertujuh (107+1/7 ) Rithl Dimasyqi. Sedangkan jumlah air sedikit maka yang jumlahnya di bawah dua Qullah.
•••Penjelasan tambahan dan gambaran masalah :
1. Perbedaan antara air makruh dan air thohir adalah di sifat bercampur. Jika air kemasukan benda suci dan dia dapat bersatu dengannya serta merubah sifatnya maka ia dianggap air thohir. Sedangkan jika air kemasukan benda suci, akan tetapi tidak bersatu (Ghoiru Mumazij) semisal minyak atau kapur maka ia thohur akan tetapi makruh digunakan.
2. Hakekat air najis adalah air yg telah berubah disebabkan tercampur dengan najasah kecuali ketika masih dalam keadaan membersihkan najasah dengan air, maka air tersebut belum menjadi najis, atau air dengan takaran sedikit yang bertemu najasah dengan syarat bukan air yang masih dalam keadaan digunakan untuk mengangkat hadats atau najasah.
Gambaran untuk masalah ini :
“Jika anda menggunakan air untuk mengangkat hadats maka otomatis air tersebut telah bertemu dengan hadats atau ketika anda membersihkan najasah dengannya maka air tersebut otomatis telah bertemu dengan najasah. Menurut mazhab, air tersebut tidak berubah menjadi najis meskipun di air tersebut terdapat dzat najisnya sampai air tersebut terpisah dari objek yg ada najisnya atau sampai air tersebut terpisah dari anggota wudhu.”
3. Menurut penjelasan Syaikh Ahmad al-Qu'aimiy di kitab al-Hawasyi 107 lebih 1/7 rithl Dimasyqi itu setara 191,25 liter air.
Menurut Muntaha al-Irodat : 2 qullah setara bak air dengan panjang lebar dan kedalaman satu hasta/lengan lebih seperempatnya, ini jika bentuknya persegi.
========================
Sumber : Kitab Akshor al-Mukhtashorot, al-Hawasyi as-Sabighot, Muntaha al-Irodat
FB Abo Musa Al Mizzi
👍1
"Nikmat diniah dari Allah taala yang terbesar dan bermanfaat atas seorang mukmin adalah dia mengenal-Nya subhanahu wa taala.
Adapun nikmat duniawi yang terbesar adalah Allah taala memberikannya kehidupan yang bebas dari keburukan."
📚 _Qala-idul 'Iqyan fi Ikhtishar 'Aqidah Ibn Hamdan_ karya Imam Ibnu Balban rahimahullah hal. 94. Darul Minhaj.
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
Adapun nikmat duniawi yang terbesar adalah Allah taala memberikannya kehidupan yang bebas dari keburukan."
📚 _Qala-idul 'Iqyan fi Ikhtishar 'Aqidah Ibn Hamdan_ karya Imam Ibnu Balban rahimahullah hal. 94. Darul Minhaj.
✍️ Abahnya 'Aashim
---
📲 t.me/sunnaheduofficial
👍1
Fiqh Hanbali
Kitab Akhsor al-Mukhtashorot
Ibnu Balban al-Hanbaliy
Kitab Thoharoh
(Bab Bejana)
Setiap bejana yang suci hukumnya boleh digunakan, boleh diproduksi dan dibeli kecuali jika ia terbuat dari emas atau perak maka tidak boleh digunakan, atau ditambal dengan emas dan perak juga tidak boleh digunakan.
Akan tetapi jika ada kebutuhan maka dibolehkan menggunakan bejana dengan tambalan sedikit dari perak.
Begitu pula dibolehkan menggunakan bejana-bejana orang kafir dan pakaian mereka selama tidak diketahui adanya najasah.
Kulit dari bangkai hewan tidak dapat disucikan dengan cara (dibagh/disamak).
Seluruh bagian tubuh dari bangkai hewan dinilai najis, kecuali beberapa bagian semisal rambut dan selainnya
Setiap sisi tubuh makhluk yang masih hidup lantas terpotong/terpisah, maka hukum potongan tersebut sebagaimana status tubuh tersebut di saat menjadi bangkai.
~Penjelasan dan Gambaran Permasalahan~
1. Dalam mazhab hanbali kulit bangkai hewan memang tidak dapat disucikan dengan dibagh, akan tetapi khusus utk kulit bangkai dari hewan yang suci (di masa hidupnya) maka boleh digunakan tetapi dengan syarat khusus untuk dzat-dzat yg sifatnya kering dan sudah didibagh dahulu.
Adapun jika digunakan utk menampung dzat cair seperti air, maka tidak boleh.
2. “Seluruh bagian tubuh dari bangkai hewan dinilai najis, kecuali beberapa bagian semisal rambut dan selainnya”
Maksud selain rambut di sini adalah seperti risyh (bulu burung) dan shuff (bulu domba), dan ini khusus utk bangkai hewan yang semasa hidupnya suci.
3. “Setiap sisi tubuh makhluk yang masih hidup lantas terpotong(Munfasil), maka hukum potongan tersebut sebagaimana status tubuh tersebut di saat menjadi bangkai”
Contoh :
•Bagian tubuh sapi yang dalam keadaan hidup terpotong, maka hukum potongan tersebut adalah najis karena jika sapi itu menjadi bangkai dia akan dinilai najis.
Kecuali:
•Bagian tubuh ikan yang dalam keadaan hidup terpotong, maka potongan tersebut hukumnya suci karena ketika ikan tersebut menjadi bangkai dia dinilai suci.
Sehingga jika seekor hewan dinilai najis bangkainya, maka potongan tubuhnya di saat ia hidup dinilai najis juga dan jika seekor hewan itu dinilai suci bangkainya maka potongan tubuhnya di saat ia masih hidup dinilai suci juga.
================
Sumber materi :
Kitab Akhsor al-Mukhtasorot Ibnu Balban, kitab Tahqiq al-Murod fi Syarhi Matni az-Zadd Abdullah bin Aqil, al-Fiqh al-Hanbaliy al-Muyassar az-Zuhailiy.
FB Abo Musa Al Mizzi
Kitab Akhsor al-Mukhtashorot
Ibnu Balban al-Hanbaliy
Kitab Thoharoh
(Bab Bejana)
Setiap bejana yang suci hukumnya boleh digunakan, boleh diproduksi dan dibeli kecuali jika ia terbuat dari emas atau perak maka tidak boleh digunakan, atau ditambal dengan emas dan perak juga tidak boleh digunakan.
Akan tetapi jika ada kebutuhan maka dibolehkan menggunakan bejana dengan tambalan sedikit dari perak.
Begitu pula dibolehkan menggunakan bejana-bejana orang kafir dan pakaian mereka selama tidak diketahui adanya najasah.
Kulit dari bangkai hewan tidak dapat disucikan dengan cara (dibagh/disamak).
Seluruh bagian tubuh dari bangkai hewan dinilai najis, kecuali beberapa bagian semisal rambut dan selainnya
Setiap sisi tubuh makhluk yang masih hidup lantas terpotong/terpisah, maka hukum potongan tersebut sebagaimana status tubuh tersebut di saat menjadi bangkai.
~Penjelasan dan Gambaran Permasalahan~
1. Dalam mazhab hanbali kulit bangkai hewan memang tidak dapat disucikan dengan dibagh, akan tetapi khusus utk kulit bangkai dari hewan yang suci (di masa hidupnya) maka boleh digunakan tetapi dengan syarat khusus untuk dzat-dzat yg sifatnya kering dan sudah didibagh dahulu.
Adapun jika digunakan utk menampung dzat cair seperti air, maka tidak boleh.
2. “Seluruh bagian tubuh dari bangkai hewan dinilai najis, kecuali beberapa bagian semisal rambut dan selainnya”
Maksud selain rambut di sini adalah seperti risyh (bulu burung) dan shuff (bulu domba), dan ini khusus utk bangkai hewan yang semasa hidupnya suci.
3. “Setiap sisi tubuh makhluk yang masih hidup lantas terpotong(Munfasil), maka hukum potongan tersebut sebagaimana status tubuh tersebut di saat menjadi bangkai”
Contoh :
•Bagian tubuh sapi yang dalam keadaan hidup terpotong, maka hukum potongan tersebut adalah najis karena jika sapi itu menjadi bangkai dia akan dinilai najis.
Kecuali:
•Bagian tubuh ikan yang dalam keadaan hidup terpotong, maka potongan tersebut hukumnya suci karena ketika ikan tersebut menjadi bangkai dia dinilai suci.
Sehingga jika seekor hewan dinilai najis bangkainya, maka potongan tubuhnya di saat ia hidup dinilai najis juga dan jika seekor hewan itu dinilai suci bangkainya maka potongan tubuhnya di saat ia masih hidup dinilai suci juga.
================
Sumber materi :
Kitab Akhsor al-Mukhtasorot Ibnu Balban, kitab Tahqiq al-Murod fi Syarhi Matni az-Zadd Abdullah bin Aqil, al-Fiqh al-Hanbaliy al-Muyassar az-Zuhailiy.
FB Abo Musa Al Mizzi
👍1
Delapan Kaedah/Rumus di Dalam Bab Haid Menurut Fiqih Hanbali
[1] Tidak ada haid bersama dengan kehamilan (Jika datang darah haid, maka dia adalah darah rusak)
[2] Tidak ada haid setelah umur 50 tahun (jika datang darah haid, maka dia adalah darah rusak)
[3] Tidak ada haid di bawah umur 9 tahun (jika datang darah haid di bawah umur 9 tahun maka dianggap sebagai darah rusak)
[4] Minimal masa haid adalah satu hari satu malam maksud nya 24 jam, terbentang selama 15 hari.
[5] Masa haid terbanyak adalah 15 hari (jika lebih dari ini maka dianggap darah rusak)
[6] Mayoritas wanita masa haidnya adalah selama 6 atau 7 hari
[7] Minimal masa suci diantara dua haid adalah 13 hari.
[8] Tidak ada batasan terbanyak untuk masa suci di antara dua haid
===============
Sumber faidah Kitab Syarh Akhsor al-Mukhtasorot Syaikh Muhammad Bajabir -Hafidzohullah-
FB Abo Musa Al Mizzi
[1] Tidak ada haid bersama dengan kehamilan (Jika datang darah haid, maka dia adalah darah rusak)
[2] Tidak ada haid setelah umur 50 tahun (jika datang darah haid, maka dia adalah darah rusak)
[3] Tidak ada haid di bawah umur 9 tahun (jika datang darah haid di bawah umur 9 tahun maka dianggap sebagai darah rusak)
[4] Minimal masa haid adalah satu hari satu malam maksud nya 24 jam, terbentang selama 15 hari.
[5] Masa haid terbanyak adalah 15 hari (jika lebih dari ini maka dianggap darah rusak)
[6] Mayoritas wanita masa haidnya adalah selama 6 atau 7 hari
[7] Minimal masa suci diantara dua haid adalah 13 hari.
[8] Tidak ada batasan terbanyak untuk masa suci di antara dua haid
===============
Sumber faidah Kitab Syarh Akhsor al-Mukhtasorot Syaikh Muhammad Bajabir -Hafidzohullah-
FB Abo Musa Al Mizzi